Jumat, Mei 31, 2013

31 Mei – Pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet (Zef. 3:14-18a; Luk. 1:39-56) 

Teks Kitab Suci
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Pada pesta St. Perawan maria mengunjungi Elisabet menjadi cerminan sikap untuk bersedia membantu, mengulurkan tangan, bersabahat dengan siapa saja, teristimewa mereka yang membutuhkan. Peristiwa perjumpaan itu, tentu saja bukan hanya beraspek perjumpaan manusiawi tetapi juga bernuansa rohani. Allah yang berperan bagi kedua wanita yang sedang mengandung, telah menggerakkan hati mereka untuk berjumpa. Dorongan ilahi telah mengikis kepenatan perjalanan yang jauh, kemalasan, rasa nikmat berpangku tangan. Maria telah menunjukkan kesediaan dan ketaatan pada kehendak Allah. Ia mau dan sanggup meski harus berjuang dan menderita. Namun ia bahagia karena Allah menjadi Juruselamatnya. Allah telah memperhatikan kerendahan hati dan sungguh tak terkira perbuatan besar Allah bagi dirinya. Maka ia pun selalu bersyukut dan taat setia kepadaNya. 

Gerak inisatif Maria oleh dorongan ilahi dapat kita kembangkan pula dalam kehidupan sehari-hari. Jiwa yang bersemangat dan gembira mencari mereka yang membutuhkan pertolongan menjadi spirit hidup sosial. Perjumpaan penuh iman dan kasih di anatar dua wanita itu, telah meninspitasi kita dalam berbelarasa dan peduli kepada sesama. Sekecil apapun kunjungan kita yang penuh kasih, akan berarti bagi sesama. Oleh karena itu, jangan takut dan berhenti untuk berbuat baik, bertindak penuh kasih, meskipun kecil dan tidak pernah diperhitungkan orang. Sebab Tuhan selalu ada di tengah-tengah kita, sebagai pahlawan yang memberi kemenangan (Zef 3:17).

Kamis, Mei 30, 2013

New Book! 
Mempelai Anak Domba
Alfons Jehadut 


















Cet. I. 2013, 146 x 204 mm, -187 hlm, LBI 
Harga Rp 35.000,- Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%) 
Kategori : Kitab Suci 

ISBN: 978-979-15839-5 

Mendengarkan dan menafsirkan pengalaman penglihatan Yohanes 
(Why. 12.22) 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book!
Catholic Parenting 
Alfonsus Sutarno, PR 


















Foto: Sungging, Doddy 
Desain Sampul dan Isi: Sungging 
Editor: Sinubyo 
Ilustrasi: Risna 

Cet. I. 2013, 190 x 234 mm, -104 hlm, Kanisius 
Harga Rp 48.000,- Harga Member Rp. 43.200,- (disc 10%) 
Kategori : Rohani 

ISBN: 978-979-21-3526-8 

Keluarga merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami-istri, dan kerja sama orang tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak. 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
30 Mei – Hari Biasa (Sir. 42:15-25; Mrk. 10:46-52) 

Teks Kitab Suci
46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau."50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Orang yang sakit mempunyai satu keinginan, yakni sembuh. Bartimeus seorang pengemis dan buta (Markus 10:46). Meski tidak melihat, tetapi telinganya berfungsi dengan baik. Ia mendengar tentang Yesus yang dapat menyembuhkan, yang berkuasa atas segalanya. Maka terdorong oleh kuatnya pendengarannya saat banyak orang mengikuti Yesus dan kekuatan batinnya untuk sembuh, ia beseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (ay 47). Seruannya merupakan pengakuan terhadap siapa Yesus. Meski hanya mendengar, ia mampu menyebut Yesus sebagai Anak Daud. Inilah yang disebut iman bertumbuh lewat pendengaran. Seruan imannya telah mengatasi kerapuhan diri sehingga dapat berjumpa dengan Yesus. Seruan imannya telah mendorongnya untuk sembuh, untuk dapat melihat. 

Acapkali kita bimbang dan buta dengan segala persoalan hidup, kerapuhan, dan kejatuhan dalam dosa. Juga sikap mau memaksakan keinginan, ego, merampas kebahagiaan orang lain mengaburkan kepercayaan kita. Contoh sederhana Bartimues, dapat membuka mata batin dan iman kita agar tetap berseru kepada Tuhan, tanpa henti, tanpa kenal lelah, tanpa putus asa dan kecewa. Seruan Yesus, kasihanilah kami, dapat menjadi doa kita pribadi setiap saat. Seruan yang dapat melegakan dahaga rohani kita. Seruan yang dapat menyembuhkan setiap luka batin kita. Seruan yang mendatangkan penebusan dan keselamatan. Seruan yang memampukan kita hidup dan bangkit di kala jatuh.

Rabu, Mei 29, 2013

29 Mei – Hari Biasa (Sir. 36:1,4-5a,10-17; Mrk. 10:32-45) 

Teks Kitab Suci 
32 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya,33 kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,34 dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit."35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Ketidakpastian atau bahasa zaman ini galau (kegalauan) membuat hidup tidak tenang, cemas, lesu tidak semangat. Demikian juga para murid Yesus. Mereka mengikuti Yesus, namun belum menangkap jaminan yang akan didapatkan, apalagi orang banyak yang mengikutiNya. Namun Yesus justru mengajak para muridNya untuk memasuki Yerusalem. Ia membentangkan peristiwa yang akan terjadi dan menimpa DiriNya (Mrk 10:33-34). Mungkin, jika ditelaah lebih dalam, hati para murid makin ciut, kecut, cemas, tiada harapan kegembiraan. Bisa jadi akhir hidup mereka tidak bahagia, suram, sedih (sad ending, istilahnya). Yesus mengajak para muridNya untuk fokus dalam mengikuti Yesus. 

Di tengah-tengah situasi yang galau tersebut, Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan agar kelak duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus, dalam kemuliaan (ay 37). Dengan permintaan tersebut, mereka berharap dapat mengatasi kegalaun hati, sehingga mengikuti Yesus lebih gembira karena ada jaminan kemuliaan. Kemuliaan atau kebahagiaan yang dilontarkan Yakobus dan Yohanes merupakan ukuran dunia (manusiawi). Sementara kemuliaan menurut Yesus (ukuran ilahi, rohani) adalah mau dengan rendah hati melayani, membuat sesama bersukacita, selamat dan berjiwa pemimpin yang rela berkorban (menyerahkan nyawa). Semangat pelayanan dan pengorbanan diri untuk zaman ini terasa mahal. Sering terkaburkan dengan sikap mencari untuk dalam pelayanan, berkorban bila ada manfaatnya. Mari, kita melaksanakan tugas, pekerjaan sebagai wujud melayani dan semangat berkorban. Sebelum kita mengeluh tentang pekerjaan dan kepenantan, ingatlah banyak orang yang belum punya pekerjaan dan yang masih bersaing untuk dapat berja.

Selasa, Mei 28, 2013

28 Mei – Hari Biasa (Sir. 35:1-12; Mrk. 10:28-31) 

Teks Kitab Suci
28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Ganjaran hidup kekal bagi mereka yang setia mengikuti Yesus. Yaaaa.... setiap orang pasti pernah memperhitungan sesuatu sebelum bertindak atau memutuskan. Entah berdasarkan untung-rugi, tulus ikhas – terpaksa, gembira-sedih. Memang sangat wajar dan manusiawi demi tujuan hidup yang lebih baik di kemudian hari. Yesus menjawab pertanyaan Petrus perihal apa yang akan didapatkan dengan meninggalkan banyak hal untuk mengikutiNya (Mrk 10:28). Ia akan memberikan hidup yang kekal bagi mereka yang mengikutiNya (ay 30). Kehidupan yang lebih baik menurut ukuran Yesus (segi ilahi), yang berbeda dengan pikiran manusiawi. Yesus menambahkan, kehidupan kekal itu akan diperoleh jika ia berani mengutamakan Allah (percaya dan mengandalkan Allah), setia dalam penderitaan, ketulusan, kerelaan dalam berbuat kasih. 

Semua itu hanya di dasarkan pada iman. Iman mampu mengubah segala sesuatu. Tetapi kalo kita kehilangan iman, akan kehilangan juga segala-galanya termasuk hidup kekal. Iman kepada Allah tidak dapat digantikan dengan kekayaan, kuasa, jabatan. Allah menjadi yang utama untuk dapat mempersembahkan diri dengan baik, untuk menjauhkan diri dari segala kejahatan. Allah menjadi yang utama, sebagai sumber kejujuran, keadilan, dan ketulusan.

Senin, Mei 27, 2013

27 Mei – Hari Biasa (Sir. 17:24-29; Mrk. 10:17-27) 

 Teks Kitab Suci
17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Tuhan itu sumber pengharapanku. Dalam Tuhanlah aku mendapatkan jamiman hidup kekal. Percakapan sesesorang dengan Yesus mengenai hidup kekal sungguh menarik. Orang tersebut merasa hidupnya sudah baik, dan merasa hidup kekal tidak jauh dari padanya. Segala perintah Allah telah dijalankan (dihidupinya) bahkan sejak masa muda (Mrk 10:20). Bila direnungkan, orang ini sungguh hebat, hidupnya terprogram indah dengan ketaatan akan perintah Allah (membangun hidup rohani). Dan tanggapan Yesus di luar dugaan orang tersebut, yang kemudian membuat ia kecewa, sedih. Yesus menunjukkan satu yang belum dilakukannya. Ia diminta menjual hartanya, dan memberikannya kepada orang miskin, kemudian datang kepada Yesus untuk mengikutiNya. Meski Yesus mengatakan dengan penuh kasih, namun tetap saja orang tersebut kecewa. Harta dan kekayaan telah menutup hatinya terhadap kekuasaan Allah.

Perbuatan baiknya dengan menuruti perintah Allah telah mengaburkan sikap berbelarasa, berbagi, lepas bebas dalam percaya kepada Allah. Harta dan kekayaannya telah memperberat langkah kakinya untuk mengikuti Yesus. harta, kekayaan, bahkan kuasa atau jabatan dapat membutakan mata kasih, ketulusan cinta kepada Allah dan sesama. Oleh karena ini, mata batin rohani kita hendaknya selalu kita asah agar sikap dan cara hidup kita sungguh mengarah kepada kehidupan kekal. Meski kaya, kita tetap tulus dalam berbagi. Meski berkuasa, tetap berbelas kasih, jujur, dalam hidup. Meski hidup berkelimpahan, tetap rendah hati mempersembahkan pujian kepada Tuhan, Dialah jaminan hidup kekal yang tak pernah usang.
26 Mei – HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS (Ams. 8:22-31; Yoh. 16:12-15) 

Teks Kitab Suci
12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Hari ini kita merayakan Tritunggal Mahakudus. Kita merayakan misteri iman Katolik. Kesatuan ilahi yang memberi kehidupan kepada kita. Kesatuan ilahi yang meneguhkan, menguatkan, yang memampukan kita dalam menanggung banyak hal. Kesatuan ilahi yang berpangkal pada cinta kasih yang menyelamatkan. Kita yang percaya dan mengimani Tritunggal Mahakudus, terus menerus dalam proses mamahami dan menghidupi misteri itu sepanjang sejarah hidup kita. Kesatuan cinta kasih Tritunggal Mahakudus menjadi inspirasi, spirit (semangat),daya dorong, daya ubah bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita dapat bertanya, sudahkan semangat cinta kasih yang dibawa oleh Bapa, Putera, dan Roh Kudus terpanacar jelas dan tulus dalam hidup kita? 

Kita mengalami damai sejahtera dengan Allah karena percaya kepada kristus. Dan kita pun memperoleh jalan masuk ke dalam damai sejahtera itu karena kasih yang dicurahkan kepada kita melalui Roh Kudus. Kita sungguh memperoleh kasih karunia Allah (Rom 5:1-2). Sungguh mengagumkan kenyataan rohani dan kebenaran iman ini. Sehingga kita dengan gembira penuh pengaharapan dan iman, akan menerima kemuliaan Allah. Betapa tiada habis-habisnya rasa syukur kita sebagai orang Katolik yang mempunyai Allah yang demikian itu. Kenyataan kasih ilahi Allah Tritunggal Mahakudus, menjadikan kita berani menjalani kehidupan meski berhadapan dengan banyak kesulitan bahkan penderitaan. Ayooo..... sebagai orang Katolik menghadirkan kesatuan kasih ilahi Bapa, Putera, dan Roh Kudus dengan penuh semangat, gembira, dan tulus. Janganlah berhenti berbuat kasih dan sudahkah Anda hari ini berbuat kasih sekecil (sesederhana) apapun?

Sabtu, Mei 25, 2013

25 Mei – Hari Biasa- (Sir. 17:1-15; Mrk. 10:13-16)  

Teks Kitab Suci
13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Ketika orang banyak membawa anak-anak kecil agar Yesus menjamah mereka, murid-murid Yesus memarahi orang-orang itu.Kemarahan para murid itu adalah ungkapan sikap mereka yang meremehkan anak-anak.Para murid Yesus itu masih berpola pikir duniawi. Maka, Yesus menegur mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”Kerajaan Allah merupakan rahmat bagi mereka yang terbuka pada pemberian Allah, terutama pada Yesus.Kebanyakan orang Yahudi tidak mau mendengarkan Yesus karena mereka tidak pernah merasa membutuhkan-Nya dan merasa telah memiliki segalanya dengan praktek-praktek kesalehannya.Mereka mengandalkan jasanya untuk memperoleh Kerajaan Allah, pada hal Kerajaan Allah itu karunia belaka. 

Kalau orang-orang yang seperti anak-anak kecil itu disebut empunya Kerajaan Allah, itu bukan karena mereka tidak berdosa, polos, dlsbnya, tetapi karena mereka tidak mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dan mereka menggantungkan hidupnya pada Allah, sebagaimana sikap pasrah anak-anak kecil. Untuk itulah Yesus meletakkan tangan-Nya atas mereka, yang berarti memohonkan berkat Allah bagi anak-anak itu. 

Mengapa kita kadang yakin telah memiliki karcis masuk surga karena jasa-jasa kita?Yesus telah menyatakan bahwa masuk Kerajaan Allah itu anugerah bagi yang mendengarkan dan melaksanakan sabda-Nya. Apa mau kita sekarang?

Kamis, Mei 23, 2013

24 Mei – Hari Biasa- (Sir. 6:5-17; Mrk. 10:1-12)  

Teks Kitab Suci
1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah." 

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

“Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, ia menulis surat cerai...” (Ul 24:1). Kata “tidak senonoh” sebagai alasan penceraian ditafsir berbeda-beda.Rabi Syammai berpendapat bahwa “tidak senonoh” berkaitan dengan sesuatu yang memalukan secara moral, terutama perzinahan.Rabi Hillel menafsir lebih longgar dan luas sekali hingga hal-hal sepele, seperti memecahkan piring makan, berbicara dengan laki-laki asing, berkata tidak sopan tentang hubungan dengan suaminya dan cerewet.Dengan demikian perceraian bisa terjadi karena alasan-alasan yang sangat sepele, bahkan tanpa alasan. Peraturan dalam Ul 24:1-4 diberikan Musa bukan untuk mengesahkan perceraian, tetapi membatasi akibat-akibat negatif dari tindakan para suami yang tidak bertanggungjawab terhadap isterinya. Musa bukan mengizinkan perceraian, tetapi melarang laki-laki menikahi lagi isteri yang diceraikannya, kalau isteri itu sudah menikah lagi dengan laki-laki lain. Jadi, teks itu sudah mengandaikan adanya perceraian dan hanya menentukan formalitas hukum demi melindungi perempuan dari ketidakadilan. Karena malangnya nasib isteri yang diceraikan dan demi belaskasih terhadapnya, Musa menyuruh memberi surat cerai. Musa mengizinkan perceraian karena dipaksa kaum laki-laki Yahudi yang telah berdosa dan toleran terhadap tindakan-tindakan salah mereka.Toleran itu bukan berarti bahwa Musa membenarkan tindakan salah mereka, tetapi untuk mengatasi ketegaran hati orang Yahudi, membatasi praktek kejahatan dan melindungi kaum perempuan dari akibat buruk penceraian. 

Yesus menolak tegas dispensasi itu dan memaparkan perkawinan yang dikehendaki Allah dengan mengutip Kej 1:27; 2:24. Ia berkata: “...apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”Persatuan itu hubungan eksklusif, di mana mereka meninggalkan orang tuanya untuk menjadi satu daging sebagai suami-isteri, sehingga mereka bukan lagi dua melainkan satu. Menjadi satu daging berarti secara total dipersatukan dalam persatuan badani atau seks. Kata daging mengacu pada seluruh pribadi manusia, tetapi fokusnya adalah fisik.Persatuan badani itu tak terbatalkan dan tak ada satu hukum atau kuasa manusiawi dapat menceraikan dua orang yang sudah dipersatukan Allah.Setiap perkawinan adalah karya Allah dan mengungkapkan kehendak-Nya, sebab dalam relasi kasih mereka hadirlah Allah.Konsekuensinya, perceraian dan perkawinan lagi adalah zinah. Penegasan “menceraikan isterinya” pun menunjuk pada kesederajatan antara suami-isteri, sehingga bukan saja isteri yang harus setia pada suami, tetapi juga suami kepada isteri. Hanya dalam kesederajatan dan saling setia itulah mereka berelasi secara benar, sebab relasi yang merendahkan salah satu pihak tidak pernah mendatangkan persatuan. Sedangkan dengan isteri yang menceraikan suaminya dimaksudkan dengan isteri yang meninggalkan suaminya untuk kawin dengan laki-laki lain. Sebab hukum Yahudi tidak membenarkan isteri menceraikan suaminya.Itupun suatu zinah.Dengan demikian perceraian memang tidak dimungkinkan dan suami-isteri harus selalu berusaha mengampuni dan berekonsiliasi. 

Mengapa kita kadang mempermainkan peraturan untuk memperoleh keuntungan pribadi?Yesus telah menyatakan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan manusia. Apa mau kita sekarang?
23 Mei – Hari Biasa- (Sir. 5:1-8; Mrk. 9:41-50)  

Teks Kitab Suci
41 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."42 "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;44 [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;46 [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.49 Karena setiap orang akan digarami dengan api.50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Yesus berkata: “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” Artinya, orang-orang yang bersikap ramah dan melayani para murid Yesus yang aktif mewartakan Injil akan menerima upahnya. Mereka akan mendapat tempat di hati para murid dan melalui murid-murid itu nantinya akan digabungkan dan tinggal bersama Yesus di surga. Para murid akan menjadi berkat bagi orang lain yang bersikap baik terhadap mereka. Namun Yesus juga mengingatkan para murid akan bahaya penyesatan. Mereka akan dihukum bila menyebabkan orang beriman yang lemah, kurang berpendidikan dan sering diremehkan, berbuat dosa dan meninggalkan imannya/murtad. Mereka tidak hanya akan dibuang ke laut, sebagaimana dilakukan oleh para penguasa Romawi terhadap pemberontak, tetapi di lehernya akan diikatkan batu kilangan. Karena itu jika tangan, kaki dan mata menjadi penyebab orang berbuat dosa, maka penggal dan cukil saja.Sebab lebih baik masuk dalam kehidupan kekal Kerajaan Allah dengan tangan kaki puntung dan mata buta, dari pada dengan tangan kaki dan mata utuh masuk ke neraka.Kehidupan jasmani tidak bernilai dibanding kehidupan kekal. 

Anjuran pemenggalan bagian tubuh bukan berarti bahwa Yesus menghendaki agar orang membuat dirinya cacat secara fisik, sebab cacat fisik saja tidak menjamin orang berhenti berbuat dosa. Ia menuntut agar orang menghentikan segala aktivitas yang membuat dirinya berdosa. Ia meminta agar para pengikutnya memiliki roh pengorbanan, menyangkal diri dan hidup berdamai dengan sesama. Itulah artinya mempunyai garam dalam dirinya. 

Mengapa kita kadang tidak mau meninggalkan kebiasaan buruk menghina, menipu, menfitnah dan korup?Yesus telah menunjukkan bahwa untuk memperoleh hidup kekal kita harus menghentikan segala aktivitas jahat. Apa mau kita sekarang?

Rabu, Mei 22, 2013

22 Mei – Hari Biasa- (Sir. 4:11-19; Mrk. 9:38-40)  

Teks Kitab Suci
38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." 39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Yohanes lapor kepada Yesus bahwa bersama murid yang lain ia telah melarang orang yang mengusir setan atas nama-Nya. Ini tanda bahwa mereka tidak menangkap misi Yesus yang harus menghancurkan kuasa setan di dunia. Bukankah pengusiran setan dengan nama Yesus itu berarti menggunakan kuasa Yesus sendiri? Orang yang mengusir setan dengan nama Yesus sebenarnya telah menundukkan dirinya kepada kehendak Yesus. Ia membenarkan tindakan orang itu, sebab untuk melawan setan tidak harus terdaftar sebagai pengikut Yesus. 

Siapapun yang memusuhi setan dengan sendirinya telah bergabung dengan Yesus. Karena itu Ia berkata: “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” Jawaban ini menjadi peringatan bagi para murid agar tidak eksklusif dan memonopoli iman akan Yesus, lalu memanfaatkannya untuk berkuasa atas orang lain. 

Mengapa kita kadang bertindak dan berhimpun sebagai pengikut Yesus yang eksklusif? Yesus telah menyatakan bahwa Ia datang dan membuka diri bagi siapapun yang percaya.Apa mau kita sekarang?

Selasa, Mei 21, 2013

New Book! 
Melacak Jejak Surga 
Albertus Purnomo, OFM 













Editor: Satriyo Sinubyo 
Desain Sampul dan Isi: Fajar Sungging 

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr 
(Yogyakarta, 23 Februari 2013) 
Imprimatur: Rm. F.X. Sukendar Wignyosumarta, Pr Vikjen KAS 
(Semarang, 1 Maret 2013) 

Cet. I. 2013, 223 x 223 mm, -83 hlm, Kanisius 
Harga Rp 45.000,- Harga Member Rp. 40.500,- (disc 10%) 
Kategori : Kitab Suci

ISBN: 978-979-21-3523-7 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
21 Mei – Hari Biasa- (Sir. 2:1-11; Mrk. 9:30-37)  

Teks Kitab Suci
30 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; 31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit." 32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Seturut kehendak Allah, Yesus akan diserahkan ke tangan manusia yang memanipulasikan segala kejahatan kepada-Nya, sehingga Ia akan menderita sebagaimana dialami orang-orang benar dan para nabi. Ia bahkan akan dibunuh, tetapi tiga hari kemudian akan dibangkitkan. Yesus sadar dan tahu bahwa kematian-Nya akan menjadi peristiwa sentral rencana penyelamatan Allah, sehingga Ia siap menerimanya dengan ketaatan seorang Putera Allah. Namun para murid-Nya tidak tahu atau malah tidak mau tahu akan penderitaan itu, sehingga mereka segan menanyakannya dan malah sibuk bertengkar tetang siapa yang terbesar di antara mereka. Pertengkaran itu mengacu pada kecenderungan mencari hormat dan kedudukan. Karena itu Yesus menegaskan pentingnya kerendahan hati dan pelayanan: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dan pelayan dari semuanya.”Kebesaran bukan terletak pada posisi pertama, tetapi pada pelayanan dan kerelaan menjadi pelayan.Ia memberi contoh dengan mengambil seorang anak kecil. Kata Yunani paidionpunya dua arti, yakni “anak” dan “budak”. Jadi, sebagaimana seorang budak tidak punya dasar apapun untuk berpretensi akan kedudukan dan kehormatan, demikian halnya murid-murid Yesus. 

Menyambut anak, yang dalam masyarakat Yahudi tidak memiliki peran dan tidak diperhitungkan, berarti menyangkal diri dan menjadi murid Yesus.Sebab Yesus mengidentikkan diri dengan seorang anak dan menyatakan sikap Allah yang mengaruniakan kerajaan-Nya kepada orang-orang tertindas dan tak diperhitungkan. 

Mengapa kita kadang berebut kedudukan dan ambisijadi yang pertama. Yesus telah menunjukkan bahwa ukuran kebesaran dalam Kerajaan Allah adalah pelayanan dan kerendahan hati. Apa mau kita sekarang?

Senin, Mei 20, 2013

20 Mei – Hari Biasa- (Sir. 1:1-10; Mrk. 9:14-29)  

Teks Kitab Suci
14 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. 15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"17 Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."19 Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya.22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"24 Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"25 Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!"26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati."27 Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.28 Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"29 Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Seseorang membawa anaknya yang kerasukan setan kepada para murid, tetapi murid-murid Yesus tidak mampu mengusir setan itu.Beberapa ahli Taurat sibuk mempersoalkan kegagalan para murid itu dengan banyak orang, sehingga mereka tidak memperhatikan kedatangan Yesus. Mereka tercengang melihat kehadiran Yesus dan ayah dari anak itu memohon kepada-Nya: “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”Orang itu menjadi kurang beriman karena kegagalan para murid Yesus. Karena itu Yesus mencari kalau-kalau masih ada iman orang itu: “Katamu, jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Orang itupun diteguhkan kembali imannya akan kuasa Yesus: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”Kepercayaan orang itulah yang memungkinkan Yesus berkarya dan mendatangkan penyembuhan bagi anaknya. 

Murid-murid Yesus tidak mengerti mengapa mereka tidak mampu mengusir setan itu, pada hal Ia telah memberi kuasa dan mengutus mereka untuk mengusir setan. Yesus berkata: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” Artinya, mereka telah mendapat kuasa dari Yesus untuk mengusir setan, tetapi karena mereka kurang memelihara dan memupuknya dengan doa, karunia itu hilang kekuatannya. 

Mengapa kita kadang heran dan menjadi tidak percaya karena kegagalan kita?Yesus telah menunjukkan bahwa karunia Allah harus terus-menerus dipelihara dan dipupuk dengan doa. Apa mau kita sekarang?

Minggu, Mei 19, 2013

19 Mei – HARI RAYA PENTAKOSTA- (Kis. 2:1-11; Yoh. 14:15-16,23b-26) 

Teks Kitab Suc
15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup.20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?"23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap 

Kasih adalah syarat mutlak untuk menyambut Yesus pada saat kedatangan-Nya kembali. Kasih itulah yang melahirkan ketaatan untuk melakukan perintah-perintah-Nya: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Yesus akan menyatakan diri kepada orang yang mengasihi-Nya dan dengan Bapa akan tinggal bersamanya. Cara penyataan diri itu melalui perwakilan aktif dari Roh Kudus. 

Roh Kudusakan diutus Bapa dalam nama Yesus dan akan mengajarkan segala sesuatu kepada para murid. Kata “dalam nama Yesus” mengungkap bahwa Roh itu akan datang dengan otoritas Yesus, sehingga apa yang dikatakan Roh itu harus diterima sebagai yang berasal dari Yesus sendiri. Roh itu akan menciptakan kepekaan rohani dan kesadaran batin yang memungkinkan orang mengerti pengajaran-pengajaran Yesus dengan baik. Karena orang gampang lupa akan pengajaran itu, maka Roh itupun akan menyegarkan ingatan, sehingga kata-kata Yesus yang diucapkan-Nya selama Ia tampil di hadapan publik bersama mereka tetap hidup. 

Mengapa kita kadang sibuk sendiri dan tidak punya waktu lagi berbuat kasih? Yesus telah menyatakan bahwa Ia hanya akan datang kepada orang yang mengasihi-Nya.Apa mau kita sekarang?

Jumat, Mei 17, 2013

New Book! 
Doa dan Ibadat Rosario Tematis
Wilhelminus David 


















Cover: Gracia Mungki Leona 
Layout: Alfonsus Liguori & Paulus Senadi 

Nihil Obstat: Rm. Petrus Aman , OFM 
(Jakarta, 04 September 2012) 
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Pr. Vikjen Keuskupan Agung 
Jakarta (Jakarta, 10 Oktober 2012) 

Cet. I.Jan. 2013, 110 x 179 mm, -243 hlm, Orbit Media 
Harga Rp 33.000,- Harga Member Rp. 29.700,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi Doa 

ISBN: 978-602-17548-3-2 

Dalam buku ini tersedia berbagai tema Doa Rosario yang dapat dipilih sesuai keperluan kita, baik pribadi, keluarga maupun lingkungan.

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
200 Anekdot dan Kisah Inspiratif
Fr. M.K. Paul, SSP


















Judul asli: Inspiring Anecdotes and Stories 
Penerjemah: Wilhelminus David 

Cet. I. 2013, 144 x 208 mm, -226 hlm, Orbit Media 
Harga Rp 35.000,- Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi-Doa 

ISBN: 978-602-21-17548-4-9 

Anekdot-anekdot dan cerita-cerita dalam buku ini telah diolah ulang, diedit, atau diringkas dari berbagai sumber demean berbagai topik.

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id

Sabtu, Mei 04, 2013

4 Mei – Hari Biasa Pekan V Paskah- (Kis. 16:1-10; Yoh. 15:18-21) 

Teks Kitab Suci
18 "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.20 Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.21 Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Seringkali kita merasa diri yang paling menderita bila ada penderitaan, kesulitan hidup. Atau merasa tidak berharga, karena penghinaan yang datang kepada kita. Padahal bila, kita lebih cermat, ada orang lain yang jauh lebih menderita dalam hidup. Dalam hal ini, kita cenderung hanya melihat diri tanpa berani melayangkan padangan mata juga hati untuk sekitar kita. Yesus memberikan nasehat, Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dulu membenci Aku. Yesus mau memperlihatkan, bahwa penolakan terhadap kahadiran Yesus terjadi lebih dulu. Maka belajar dari Yesus, tatkala mengalami penghinaan dan kesulitan hidup, janganlah putus asa. Hadapi dengan penuh iman. Semua penderitaan dan kesukitan akan berlalu dan tidak kita tanggung sendiri. 

Kita yang percaya kepada Yesus, hendaklah tidak pesimis berhadapan dengan kerumitan hidup dunia. Bila kita mengenal kasih Tuhan, pastilah kita akan bersikap bijaksana, jernih, dan bertanggungjawab. Cara hidup kita makin mencerminkan hidup Kristus yang berasal dari keilahian. Kita tidak masuk dalam jebakan dan tawaran dunia, namun kita dapat mengatasi dunia. Dunia dengan segala tawarannya dapat kita kendalikan, sebab kita mengenal Yesus yang ilahi, yang hidup di dunia tetapi tidak dikuasai dunia. Yang ilahi tetap berkuasa karena keterbukaan diri kepadaNya. Maka, jadikanlah dunia ini sebagai tempat yang berbeda karena kita ini murid-murid Yesus. jadikanlah dunia ini penuh cinta kasih dan pengampunan.

Jumat, Mei 03, 2013

3 Mei – Pesta S. Filipus dan Yakobus, Ras- (1Kor. 15:1-8; Yoh. 14:6-14) 

Teks Kitab Suci
6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Untuk menjadi percaya, seseorang harus belajar, bahkan membutuhkan waktu yang tidak pendek. Kerapkali kita percaya dengan bertitiktolak pada bukti atau sesuatu yang dapat diindera. Thomas yang tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit dan menampakkan diri kepada murid yang lain. Ia akan percaya, jika telah melihat sendiri dan mencucukkan jarinya ke luka-luka Yesus. Filipus pun menuntut tanda kepada Yesus, agar dapat melihat Allah Bapa (Yoh 14:8). Ya... perkataan dan pembeberan ajaran Yesus tidak cukup bagi Filipus untuk percaya. Di sinilah, proses untuk percaya menjadi kentara. Dari pendengaran dan penglihatan menuju kepada percaya karena iman. Dari percaya melalui inderawi menuju kepada pengenalan secara rohani (ilahi). Oleh karena itu, di samping kita menajamkan fungsi inderawi, kita juga diajak terus menerus untuk olah rohani, agar batin menjadi tenteram, kepercayaan makin mendalam, dan hidup makin rohani. 

Pada pesta St. Filipus dan Yakobus, gambaran proses pendalaman iman secara pribadi nampak dan ditonjolkan. Seorang Katolik tidak cukup kalau sudah menerima baptisan. Ia diundang untuk terus memperdalam dan memperkembangkan iman. Baik secara pribadi dengan membaca buku-buku rohani, mengikuti seminar, kursus tentang pengetahuan iman, maupun bersama di lingkungan, paguyuban-paguyuban. Dengan pendalaman iman tersebut, kita pun akan makin berani memberi kesaksian tentang kebenaran Allah dan cinta kasihNya.

Kamis, Mei 02, 2013

2 Mei – Pw S. Atanasius, UskPujG- (Kis. 15:7-21; Yoh. 15:9-11)  

Teks Kitab Suci
9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Tataran motivasi dapat bertingkat-tingkat. Seorang yang taat dapat karena takut, dapat karena mencari muka (dianggap baik). Namun tingkat tataran yang tinggi yakni taat karena cinta. Dalam tataran ini, ia berada dalam sukacita, kebahagiaan hidup. Dengan cinta, ia akan merasakan situasi yang rileks, tiada beban meskipun mempraktekkan ketaatan. Taat karena cinta telah mengobarkan diri untuk memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Yesus telah memberi teladan kepada kita untuk tinggal dalam kasih (cinta) kepada Bapa dan menurti kehendahNya (perintahNya). Ia bersuka ceita meskipun mempunyai beban. Ia tetap bersemangat, meskipun pewartaan dan kehadiranNya ditentang. Ia tetap mengampuni, meskipun difitnah. Ia tetap sabar, meskipun manusia tetap berdosa. 

Permohonan Yesus kepada kita, yakni supaya kita tinggal dalam kasihNya dan menuruti perintah Bapa. Dalam situasi yang demikian, sukacita Tuhan Yesus terus menerus ada dalam diri kita. Dan terlebih sukacita kita menjadi penuh, menjadi utuh, komplet, berdaya ubah. Sukacita Tuhan Yesus akan terus mendorong kita untuk tetap hidup dalam kesabaran, kelemahlembutan, penuh pengampunan, ketekunan, kerendahan hati, kemurahan hati, peduli kepada sesama. St. Athanasius yang cinta kepada Bapa dan tinggal dalam kasihNya, ia setia pada kebenaran iman. Ia mengajar dan membela Gereja dalam hal Tritunggal Mahakudus, penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia, dan keilahian Yesus. ia melawan Arianisme yang menyangkal keilahian Yesus. Cintanya kepada Tuhan telah mendantangkan kebenaran iman bagi banyak orang.

Rabu, Mei 01, 2013

1 Mei – Hari Biasa Pekan V Paskah- (Kis. 15:1-6; Yoh. 15:1-8)  

Teks Kitab Suci
1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Dalam kesatuan segala sesuatu menjadi mungkin untuk dicapai atau diraih. Peribahasa mengatakan bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Ketangguhan akan mudah dialami bila ada persatuan. Bila sendiri-sendiri atau terpisah akan mudah diombang-ambingkan situasi dan mudah terancam bahasa, mudah menjadi rapuh. Yesus memberikan perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya. Kebersatuan rating dan pokok anggur akan menghasilkan buah. Ranting akan berbuah bila ia bersatu dengan pokok anggur. Ranting akan mendapat makanan, mendapatkan kehidupan, dan ranting sungguh dapat hidup dan berbuah. Dari pokok anggur mengalir sari-sari hidup yang menghidupkan ranting. Dari Yesus sang pokok anggur, kita mendapatkan daya ilahi untuk hidup sebagai manusia rohani yang menghasilkan buah kasih. 

Kebersatuan dengan Yesus dapat diwujudkan dalam sikap doa dan cara hidup kita yang senantiasa dalam kasih. Kita diundang untuk selalu tinggal dalam Tuhan, tinggal dalam kasihNya, tinggal dalam kehendakNya, tinggal dalam firmanNya. Ini berarti seluruh daya diri, inderawi, hati, perasaan, pikiran, emosi, cita-cita, impian, kesulitan, beban, tanggungjawab, sukacita hidup yang ada pada kita, diletakkan di dalam Yesus. Kita memberi ruang dan waktu yang selebar-lebarnya untuk Yesus agar merajai hidup kita. Dengan demikian, kita akan menemukan arti, makna, nilai, keutamaan dari kehidupan yang lebih mendalam berkat kesatuan dengan Yesus. Yesus membuat berbeda (pembeda) dari setiap jejak hidup yang kuperjuangkan.