Senin, Februari 27, 2012

AKU SESAMA BAGI SIAPA?
Jarot Hadianto

Yesus pastilah orang yang pintar bercerita. Dalam rangka mengajar umat yang tentu memiliki pola pikir yang sederhana, Ia banyak mengisahkan perumpamaan yang menarik. Beberapa di antaranya dapat kita golongkan sebagai masterpiece karena begitu terkenal, populer, dan tertancap demikian mendalam di hati para pencinta Kitab Suci. Perumpamaan “orang Samaria yang murah hati” adalah salah satu contohnya. Meskipun “hanya” merupakan kisah fiktif, tidak ada yang menolak bahwa perumpamaan ini begitu indah, mengharukan, dan membangkitkan sebuah kesadaran baru.

Bukan sekadar menjelaskan tentang siapa yang disebut sebagai “sesama”, perumpamaan yang hanya ada dalam Injil Lukas ini sebenarnya tergolong sebagai perumpamaan yang radikal, mengingat betapa buruknya relasi orang Yahudi dan orang Samaria waktu itu. Mungkin kita bahkan bisa menyejajarkan maksud perumpamaan ini dengan ajaran Yesus ten tang “mengasihi musuh” (Luk. 6:27-36).

Yesus yang memiliki pandangan terbuka kali ini berhadapan dengan seorang ahli Taurat yang berpandangan picik, yang bertanya hanya dengan maksud mencobai Dia. Perhatikan bahwa perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati dengan jelas memperlihatkan “kecerdasan” Yesus yang mengubah pertanyaan “siapakah sesamaku manusia” menjadi “siapakah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu”.

LUKAS 10:25-37
25 Kemudian berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26 Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di dalamnya?” 27 Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28 Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” 30 Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia mengeluarkan dua dinar dan memberikannya kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” 37 Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Struktur Teks
Perikop panjang Luk. 10:25-37 dapat kita bagi dalam dua bagian besar, ay. 25-28 dan ay. 29-37. Ternyata dua bagian ini isinya sama, yaitu perdebatan antara Yesus dan seorang ahli Taurat, dan memiliki pola yang sejajar, sebagai berikut:

• Ay. 25 = ay. 29 = Ahli Taurat bertanya kepada Yesus, tapi tidak dengan maksud yang tulus.
• Ay. 26 = ay. 30-36 = Yesus memberikan tanggapan, termasuk dengan mengisahkan suatu perumpamaan. Tanggapan Yesus itu pada dasarnya berbentuk “pertanyaan balik”.
• Ay. 27 = ay. 37a = Ahli Taurat menanggapi pertanyaan Yesus.
• Ay. 28 = ay. 37b = Perintah Yesus: “perbuatlah demikian”, yang sekaligus merupakan penutup perdebatan.

Ulasan Teks
Cara memperoleh hidup yang kekal
Semua orang tahu, hidup di dunia ini hanya sementara. Pada masa Yesus, konsep kehidupan abadi pasca kematian sudah dikenal. Tentunya setiap orang berharap agar dalam kehidupan abadi itu ia mendapatkan tempat yang nyaman (dalam istilah sekarang: surga), bukan sebaliknya, menderita di tempat gelap yang penuh “ratapan dan kertak gigi” (maksudnya neraka). Kehidupan kekal nan bahagia juga menjadi kerinduan seorang ahli Taurat, yang kali ini bertanya kepada Yesus, bagaimana cara memperolehnya. Sayang, ia bertanya tidak dengan maksud yang tulus, semata-mata “untuk mencobai Yesus”.

Namun, itu jelas bukan hal yang mudah. Selain cukup peka menangkap isi hati seseorang, Yesus juga suka menjawab pertanyaan dengan suatu pertanyaan (bdk. Luk. 20:21-24). Kali ini Yesus menyuruh si ahli Taurat mencari sendiri jawabannya dalam hukum Taurat. Orang ini tentu saja mengetahui hukum Taurat sampai sekecil-kecilnya. Maka, dengan senang hati ia “menjelaskan” kepada Yesus bahwa menurut Taurat Musa, cara memperoleh hidup kekal adalah “kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu” (Ul. 6:5) dan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im. 19:18).

Meski hubungan antara “mengasihi Tuhan” dan “mengasihi sesama” tidak dijelaskan (apakah berjalan sendiri-sendiri ataukah ada hubungannya, misalnya mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama?), kiranya cukup diterima bahwa mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan mengasihi sesama dengan sungguh-sungguh akan membuat seseorang hidup dengan “seimbang”. Ia hidup di dunia ini sebagai orang yang benar dan karenanya nanti layak menerima kehidupan kekal. Tanpa pikir panjang, tidak juga memberi tambahan komentar dan penjelasan, Yesus menyetujui jawaban ahli Taurat itu dan berkata pendek, “... Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Sesama manusia adalah...
Mestinya jawaban itu sudah cukup menyadarkan ahli Taurat untuk segera “berbuat” sesuatu, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama manusia secara konkret. Namun, mungkin karena maksudnya memang hanya untuk mencobai Yesus, orang itu masih sibuk “berteori” dan malah meminta Yesus mendefinisikan siapakah yang disebut “sesama manusia” itu. Dengan begitu, ahli Taurat itu melebarkan tema pembicaraan dari cara memperoleh hidup kekal kepada definisi sesama manusia.

Baginya Yesus pun lalu mengisahkan perumpamaan (yang juga diakhiri dengan sebuah pertanyaan!) tentang seorang yang sekarat dihajar para penyamun. Sebagaimana kita, ahli Taurat itu mestinya mula-mula mengira bahwa cerita Yesus itu pasti biasa-biasa saja, yang paling-paling – sesuai dengan pertanyaan: siapakah sesamaku manusia – mau mengatakan bahwa “orang malang itu adalah sesama bagimu”. Kalau itu kesimpulannya mah, setiap orang juga tahu...

Celaka bagi si orang pintar, cerita Yesus ternyata bergulir di luar dugaan. Siapa pun yang mendengar perumpamaan itu rupanya harus mengidentifikasikan diri sebagai korban perampokan, bukan sebagai salah satu dari tiga orang yang lewat di tempat itu. Saya adalah orang yang dirampok dan hampir mati: siapakah yang sudi menolong saya; siapa yang sudi menganggap saya sebagai sesama? Bukan orang-orang dari bangsa sendiri (tokoh imam dan orang Lewi) yang menolong saya, melainkan orang Samaria! Orang Samaria yang saya pandang rendah, najis, tidak murni, berkeyakinan sesat, dan bukan umat Tuhan yang sejati ternyata adalah sesamaku.

Terkejut dengan ending perumpamaan Yesus, dengan rasa segan ahli Taurat itu terpaksa menjawab pertanyaan: “siapakah sesama manusia dari korban perampokan itu?” atau dengan ungkapan lain: “siapakah sesama manusia bagimu?” Mempertahankan egonya, ia tidak mau terang-terangan menyebut “orang Samaria itu” dan hanya berkata, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Si ahli Taurat masih tidak terima orang Samaria dikatakan sebagai sesamanya!

Amanat
Menutup perumpamaan-Nya, sekaligus mengakhiri perdebatan dengan ahli Taurat itu, Yesus mengatakan “perbuatlah demikian”. Sampai dua kali Yesus mengatakan hal itu dalam pembicaraan ini, menunjukkan bahwa bagi-Nya, teori dan definisi tentang sesama manusia bukan merupakan hal yang utama dan tidak terlalu penting. Yang penting adalah mempraktikkan kasih itu. Banyak orang tahu ajaran tentang “mengasihi sesama manusia”, tetapi perang, kebencian, kerusuhan, dan perselisihan yang sekarang ini terjadi di mana-mana dengan jelas membuktikan bahwa ajaran itu baru sebatas diketahui, belum dilaksanakan.

Bagi kita, kenyataan ini cukup ironis, sebab dengan semboyan bhinneka tunggal ika mestinya bangsa ini memandang keragaman sebagai berkat, bukannya pangkal masalah. Nyatanya, masyarakat terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, yang satu sama lain saling memusuhi dan merendahkan. Dengan perumpamaan “orang Samaria yang murah hati”, Yesus mau mengajarkan bahwa orang yang berasal dari kelompok lain adalah manusia seperti kita juga. Dalam diri mereka ada belas kasih, kebaikan, dan kasih sayang. Terbukti, mereka mau mengulurkan tangan ketika seseorang berada dalam kesusahan, meski orang itu bukanlah anggota kelompok mereka.

Lukas menyajikan perumpamaan itu dalam injilnya untuk menyampaikan gagasannya tentang kasih Allah kepada seluruh manusia, tanpa kecuali, tanpa pandang bulu. Meneladani Allah, hendaknya manusia pun bersikap demikian. Kasih yang tidak membeda-bedakan itu akan membuat manusia hidup rukun satu sama lain, bumi pun menjadi damai. Semoga dengan begitu, jalan menuju ke hidup yang kekal terbuka lebar-lebar bagi semua orang.***

Pertanyaan Pendalaman
1. Sebagai siapa kita mengidentifikasikan diri kita dalam perumpamaan “orang Samaria yang murah hati” ini?
2. Apa maksud Yesus mengatakan “perbuatlah demikian” sampai dua kali dalam perikop ini?
3. Jadi, siapakah yang Anda sebut sebagai “sesama manusia” itu?
4. Apa yang secara konkret Anda lakukan “untuk memperoleh hidup yang kekal”?

Jumat, Februari 24, 2012










Cinta Allah Tak Berkesudahan New Book!
Felix Supranto, SS. CC

Cet. I. 2012, 109 x 175 mm - 133 hlm, OBOR
Harga Rp 25.000,-
Harga Member Rp. 22.500,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN: 978-979-565-607-4


“Cinta adalah perasaan yang bernyawa. Ia ingin dicari. Ia ingin dirindukan. Ia ingin dipertahankan. Ia ingin dihidupi. Ia tidak mau dipermainkan. Cinta akan memancarkan keindahan jika tidak ditelantarkan”

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Calling to LEAD Panggilan untuk Memimpin New Book!
Antonius Purbiatmadi

Cet. I. 2012, 140 x 208 mm - 164 hlm, OBOR
Harga Rp 35.000,-
Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%)
Kategori : Rohani

ISBN: 978-979-565-605-0

Panduan Praktis untuk Pembinaan Dasar Berorganisasi dan Latihan Dasar Kepemimpinan bagi Orang Muda

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Preparing EXCELLENT LEADERS New Book!
Herdy N. Hutabarat

Cet. I. 2012, 140 x 208 mm - 194 hlm, OBOR
Harga Rp 39.000,-
Harga Member Rp. 35.100,- (disc 10%)
Kategori : Rohani

ISBN: 978-979-565-604-3

Buku ini sangat praktis, siap saji, sebagai alat untuk membantu para pemimpin, para gembala, para hamba Tuhan (pengusaha, pemimpin organisasi, kaum professional dan semua yang berjiwa pemimpin) untuk mempersiapkan, membangkitkan serta mengembangkan generasi pemimpin dari dalam Gereja local masing-masing atau dalam organisasi Anda.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Allah Orang Kristen Kok Aneh New Book!
Bernard Baro Angin Muda

Nihil Obstat: P. Subroto Widjojo, Sj
(Jakarta, 21 Februari 2011)
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Vikjen Keuskupan Agung Jakarta
(Jakarta, 7 November 2011)
Cet. I. 2011, 148 x 208 mm - 98 hlm, FIDEI PRESS
Harga Rp 18.000,-
Harga Member Rp. 16.200,- (disc 10%)
Kategori : Rohani

ISBN: 978-602-8670-20-3

Nikmatilah obrolan santai dan menarik dalam buku ini. Niscaya, pengetahuan iman Anda akan semakin kaya dan Anda akan semakin mencintai Yesus Kristus.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











BAHASA ROH itu Nyata Penelusuran Sejarah dan Perannya Dalam Gereja New Book!
Hendra Ignatius A. Sumaksud

Nihil Obstat: Rm. Petrus Aman, OFM
(Jakarta, 23 Desember 2011)
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Vikjen Keuskupan Agung Jakarta
(Jakarta, 7 November 2011)
Cet. I. 2011, 148 x 208 mm - 81 hlm, FIDEI PRESS
Harga Rp 18.000,-
Harga Member Rp. 14.400,- (disc 10%)
Kategori : Rohani

ISBN: 978-602-8670-20-3

Uraian dalam buku ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan sederet pertanyaan lain mengenai bahasa roh serta menyajikan kepada kita informasi yang memadai tentang bahasa roh itu sendiri dan seluk-beluknya: mulai dari pro kontra mengenainya hingga hubungannya dengan liturgy dalam Gereja.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










TEOLOGI ALKITABIAH (Paus Benediktus XVI) Covenant and Communion New Book!
Scott W. Hahn

Nihil Obstat: RM. Martin Harun, OFM
(Jakarta, 5 Maret 2011)
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Vikjen Keuskupan Agung Jakarta
(Jakarta, 15 Maret 2011)
Cet. I. 2011, 148 x 208 mm - 256 hlm, FIDEI PRESS
Harga Rp 50.000,-
Harga Member Rp. 45.000,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN: 978-602-8670-33-3


“Menuntun manusia kepada Allah, kepada Allah yang berbicara dalam Kitab Suci: ini merupakan tugas utama dan pokok Gereja dan penerus Petrus di masa sekarang”
-Paus Benediktus XVI-

Scott Hann membantu kita dengan menampilkan pandangan teologis Paus Benediktus XVI mengenai Kitab Suci. Pandangan-pandangan ini akan menuntun kita untuk memahami apa sebenarnya Kitab Suci, dari mana asalnya, siapa sebenarnya yang berbicara di dalamnya, bagaimana hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bagaimana hubungan Perjanjian Sinai dan Perjanjian dengan Darah Yesus, makna apa sebenarnya yang terkandung di balik teks-teks Kitab Suci, dan hal-hal lain yang mungkin selama ini masih menjadi misteri bagi kita. Dengan mengenal Kitab Suci, kita mengenal balik Kristus.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Rabu, Februari 15, 2012










Pengantar Singkat PERJANJIAN BARU New Book!
YM Seto Marsunu

Cet. 2011, 139 x 209 mm, - 170hlm, LBI
Harga Rp 40.000,-
Harga Member Rp. 36.000,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci

Buku ini ditulis untuk memberikan gambaran singkat mengenai isi kitab-kitab yang termasuk dala Perjanjian Baru.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Jumat, Februari 10, 2012










Aku Sayang Saudaraku New Book!
R.W. Alley
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-2745-4


Semoga buku ini bisa menyakinkan anak-anak bahwa masing-masing mempunyai tempat yang istimewa di hati Anda. Juga membimbing mereka untuk tumbuh bersama sebagai saudara yang rukun dan saling menyayangi.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Kamu Boleh Sedih New Book!
Michaelene Mundy
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-1690-8


Buku ini menyajikan gambaran yang realistis dan menghibur untuk semua anak dengan berbagai tingkatan usia (juga untuk orang dewasa yang sayang dan peduli pada anak-anak). Selain itu, buku ini juga menyajikan kiat-kiat untuk meneguhkan diri secara positif dalam mengatasi rasa kehilangan pada anak-anak. Inilah buku yang mengungkapkan, secara jujur dan sehat, kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai dan juga dampaknya.


©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Doa Anak New Book!
Michaelene Mundy
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-1696-0


Pengarang buku ini juga telah mengingatkan para orang tua, guru, dan pemerhati masalah anak dalam pesannya di halaman 3 berikut ini: Saya berharap buku ini dapat menolong Anda mengenalkan Tuhan kepada anak Anda dan juga membagikan iman Anda kepada anak Anda.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Menghadapi Tekanan Teman-Teman Sebaya New Book!
Jim Auer
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-1694-6


Melalui bahasa yang sederhana dan ilustrasi yang menarik, buku ini mencoba menjelaskan konsep tentang tekanan teman-teman sebaya. Buku ini juga mencoba membimbing anak-anak agar mereka bias menjadi diri sendiri dan juga mengajari anak-anak bagaimana mengatakan “Tidak” pada tekanan negatif teman-teman sebayanya.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Katakan “Tidak!” pada Narkoba dan Minuman Keras New Book!
Jim Auer
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-2746-1


Buku ini meringkas dan menjelaskan konsep dasar pengaruh minuman beralkohol dan narkoba terhadap tubuh, perasaan, dan pikiran pemakainya. Selain itu, buku ini juga menunjukkan cara yang baik dan sehat untuk mengatasi perasaan tidak nyaman. Buku ini mengandung pesan “Pokoknya Tidak!” dengan cara yang segar dan mudah dipahami, sekaligus membimbing anak-anak meraih cita-cita dan impiannya tanpa gangguan minuman beralkohol dan narkoba.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Ketika Aku Cemburu New Book!
Molly Wigand
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-2747-8


Buku ini membantu anak-anak mengenali kecemburuan di rumah, sekolah, dan tempat bermain lainnya. Dengan beberapa langkah sederhana dan ide yang diberikan oleh penulis, anak-anak yang membaca buku ini akan melihat betapa hidup menjadi lebih menggembirakan jika mereka bias mengatasi rasa cemburu.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Malu Tidaklah Buruk New Book!
J.S. Jackson
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-2748-5


Buku ini akan membantu Anda dan anak-anak mengatasi situasi rumit itu. Tak hanya member tips mengatasi perasaan malu, tapi juga cara-cara memupuk pemikiran kreatif yang mereka miliki. Buku ini membantu Anda menyadari bahwa malu bukanlah suatu kekurangan.


©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Rayakan Natal dengan Istimewa! New Book!
Ted O’Neal
Ilustrator: R.W. Alley

KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Buku Cerita Anak-Anak
ISBN: 978-979-21-2749-2

Buku ini mengajak anak-anak memahami makna Natal yang sesungguhnya, melalui gambar-gambar dan cerita yang menarik. Inilah buku yang menunjukkan makna Natal yang paling dalam.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Rasul Petrus New Book!
Alfons Jehadut

Cet. 2011, 139 x 209 mm, - 125hlm, LBI
Harga Rp 33.000,-
Harga Member Rp. 29.700,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci


Membaca buku ini membantu kita untuk melihat peranan kepemimpinan Petrus yang sangat menentukan dalam jemaat perdana di Yerusalem dan di Palestina.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Senin, Februari 06, 2012

Pelayanan Paulus di Roma (Kis. 28:17-31)
Alfons Jehadut

Kisah Lukas tentang pelayanan Paulus di Roma menegaskan pemenuhan janji Allah. Allah telah menjanjikan bahwa Paulus akan menjadi saksi-Nya di Roma (Kis. 23:11). Janji itu terpenuhi ketika ia mewartakan injil di Roma yang dianggap sebagai ujung bumi dan pusat dunia bangsa-bangsa lain. Namun, sebelum mewartakan injil kepada bangsa-bangsa lain, ia bertemu dengan para pemimpin Yahudi lokal di Roma sebanyak dua kali.

Pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma (28:17-22)
Kisah pertemuan pertama Paulus dengan para pemimpin Yahudi lokal di Roma ini dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi lokal di Roma (ay. 17-20). Kedua, tanggapan mereka pidatonya (ay. 21-22).

Pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi Roma (ay. 17-20)
Tiga hari setelah berada di Roma, Paulus segera mengundang para pemimpin Yahudi lokal untuk datang mengunjunginya. Informasi ini memunculkan sebuah pertanyaan tentang kapan orang Yahudi pertama kali datang ke Roma. Kitab Makabe menceritakan bahwa Yudas memilih dua orang utusan yang bernama Eupolemus bin Yohanes bin Akos dan Yason bin Eleazar. Dua orang ini diutus dari Yudea ke Roma sekitar tahun 160 SM untuk mengadakan persahabatan dan persekutuan dengan orang-orang Roma (1Mak. 8:17-22). Cerita ini memperlihatkan bahwa orang Yahudi di Roma sudah ada sejak lama. Akan tetapi, beberapa orang lain meragukan bahwa ada orang Yahudi yang menetap di Roma jauh sebelum abad pertama.

Tindakan Paulus mengundang para pemimpin Yahudi lokal itu memunculkan sebuah pertanyaan. Bagaimana hubungan Paulus dengan jemaat kristiani Roma? Lukas tidak melukiskannya. Hal ini tentu saja mengherankan sebab Paulus telah ditemani oleh beberapa utusan gereja Roma. Lukas hanya memberi sedikit perhatian kepada jemaat kristiani di Roma, meski ia telah mengetahui keberadaan gereja di sana (Kis. 28:15). Mengapa Paulus tidak memberi perhatian kepada hubungan Paulus dengan jemaat kristiani yang sudah ada di Roma? Alasannya karena Lukas tampaknya ingin memfokuskan seluruh lukisan pada misi Paulus mewartakan injil sampai ke ujung bumi, pusat dunia, yakni ibu kota imperium Romanum.1

Mengapa Paulus segera memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal sementara ia dibawa ke Roma untuk diadili di hadapan kaisar? Talbert menawar dua alasan.2 Pertama, alasan teologis: Paulus harus pertama-tama mewartakan injil kepada orang Yahudi dan baru kemudian kepada orang bukan Yahudi (Kis. 3:26; 10:36). Namun, kini ia tidak mungkin lagi bisa pergi dengan bebas ke sinagoga-sinagoga karena statusnya sebagai seorang tahanan rumah. Itulah sebabnya ia berinisiatif untuk memanggil dan berbicara dengan para pemimpin Yahudi lokal. Kedua, alasan sosiologis. Pada waktu itu komunitas Yahudi di Roma itu besar dan sangat kuat. Mereka tidak segan mempengaruhi keputusan penguasa Roma yang berkaitan dengan kepentingan mereka.


1. Martin Harun, Kamu akan menjadi saksiku: Dua belas langkah dalam Kisah Para Rasul (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 111.
2. Talbert, Reading Acts, 227.

Apa yang dibicarakan dalam pidato Paulus di hadapan para pemimpin Yahudi lokal? Ia mengangkat kembali tuduhan yang dilontarkan oleh orang Yahudi terutama tuduhan menentang bangsa Israel atau adat istiadat nenek moyang Israel (ay. 17; Kis. 21:21, 28). Tuduhan itu disangkalnya. Ia tidak melakukan apa pun yang menentang bangsanya atau adat istiadat nenek moyangnya (ay. 17; 24:14-19; 25:8-10; 26:22). Meski tidak bersalah, ia ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang Roma. Penangkapan ini mengingatkan kita pada apa telah dikisahkan sebelumnya (Kis. 21:30-33). Penangkapan itu dilanjutkan dengan penyelidikan terhadap kasusnya yang mengingatkan kita pada kisah tentang penyelidikannya di hadapan pengadilan gubernur Festus (bdk. Kis. 23:29; 25:18-20; 25-27; 26:31.

Dari hasil penyelidikan itu tidak ditemukan adanya kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati sehingga wakil pemerintah kaisar Roma ingin melepaskannya (ay. 18; bdk. Kis. 25:11-12, 21; 26:32). Namun, keinginan dan keputusan itu ditentang oleh orang-orang Yahudi sehingga ia terpaksa naik banding kepada kaisar Roma. Apa yang dialaminya ini sejajar dengan pengalaman Yesus yang diwartakannya. Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus dan ingin membebaskan-Nya, tetapi orang Yahudi menentangnya (Kis. 13:28; Luk. 23:4; 16, 22).

Paulus selanjutnya menjelaskan di hadapan para pemimpin Yahudi Roma tentang alasan utama mengapa ia ditahan, diikat, dan dibelenggu (ay. 20). Alasannya justru karena pengharapan Israel pada kebangkitan orang mati (bdk. Kis. 23:6; 24:21; 26:6-7). Pengharapan itu didasarkan pada janji Allah kepada Daud (Mzm. 16; 132; bdk. Kis. 2:30; 13:23, 32-35). Paulus meyakini bahwa pemenuhan awal harapan itu ditemukan dalam kebangkitan Yesus sebagai orang pertama yang bangkit dari antara orang mati (Kis. 26:23). Dikatakan awal karena pemenuhannya secara total itu hanya akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua.

Tanggapan dari orang Yahudi Roma (ay. 21-22)
Apa tanggapan para para pemimpin Yahudi lokal di Roma setelah mendengar pidato Paulus? Tanggapan mereka dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama, mereka memberi jaminan kepada Paulus bahwa mereka tidak menerima surat dari Yudea. Tidak surat dari para pemimpin Yahudi di Yerusalem yang mendiskreditkannya. Tanggapan ini mengindikasikan bahwa para pemimpin Yahudi di Yerusalem tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap hasil penyelidikan Paulus di hadapan kaisar Roma.3 Kedua, mereka juga memberi jaminan kepada Paulus bahwa tidak seorang pun dari “saudara-saudara”4 mereka dari Yudea atau dari tempat lain yang datang ke Roma untuk memberitakan kejahatannya. Dengan jaminan mereka tampaknya menyatakan secara tidak langsung bahwa hasil pengadilan Paulus di hadapan kaisar itu tidak dipengaruhi oleh fitnahan orang-orang Yahudi. Ketiga, mereka terbuka kepada Paulus dan ingin mendengarkan apa yang dikatakannya karena mereka tahu bahwa mazhab atau sekte ini dilawan di mana-mana dan Paulus dikenal sebagai tokoh dari mazhab atau sekte itu. Di sini kekristenan lagi-lagi dibicarakan sebagai sebuah mazhab atau sekte (Yunani: hairesis) di dalam agama Yahudi (bdk. 5:17; 24:5, 14).

3. Krodel, Acts, 496.
4. Dengan menyapa orang-orang Yahudi dari Yerusalem sebagai “saudara-saudara” para pemimpin Yahudi lokal di Roma mengungkapkan solidaritas mereka dengan para lawan Paulus. Sapaan itu berbeda dengan sebutan Paulus sendiri bagi para lawannya sebagai orang-orang Yahudi (ay. 19), sementara para pemimpin Yahudi Roma disapanya sebagai “saudara-saudara” karena berbeda dengan orang-orang Yahudi Roma, orang Yahudi Yerusalem telah menolak harapan Israel seperti yang dijanjikan dalam kitab suci, terpenuhi dalam kebangkitan Yesus, dan diwartakan oleh hamba atau saksi-Nya.


Pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi (28:23-29)
Kisah pertemuan kedua Paulus dengan para pemimpin Yahudi di Roma berbicara tiga hal. Pertama, pewartaan Paulus kepada mereka (ay. 23). Kedua, reaksi mereka terhadap pewartaannya (ay. 24-29). Ketiga, ringkasan tentang situasi hidup Paulus di Roma (ay. 30-31).

Kerajaan Allah dan Yesus Kristus (ay. 23)
Para pemimpin Yahudi lokal di Roma menetapkan suatu hari untuk bertemu lagi dan mendengarkan gagasan-gagasan Paulus. Pada hari yang telah ditetapkan dan disepakati mereka datang dalam jumlah besar, lebih banyak dari orang yang dalam pertemuan pertama. Pertanyaan tentang bagaimana orang sebanyak itu bisa ditampung di rumah sewaannya tidak menjadi perhatian Lukas. Kehadiran orang banyak itu membuat rumah sewaannya ditransformasi menjadi semacam sinagoga.

Apa yang dibicarakan oleh Paulus di hadapan banyak orang Yahudi di Roma itu? Paulus menjelaskan dan bersaksi kepada mereka. Ada dua hal pokok yang saling terkait erat dari penjelasan dan kesaksiannya, yakni kerajaan Allah dan Yesus Kristus. Menjelaskan dan bersaksi tentang kerajaan Allah kepada mereka berarti meyakinkan mereka dengan memakai hukum Musa dan kitab para nabi bahwa Yesus adalah orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk menyatakan kerajaan dan pemerintahan-Nya yang menyelamatkan. Berbicara kerajaan Allah itu juga berarti memuat tema pengharapan Israel, kebangkitan Mesias, dan kebangkitan orang mati pada masa yang akan datang (bdk. Kis. 26:6-7; Luk. 13:28-30; 22:28-30). Dengan demikian, kesaksian tentang kerajaan Allah itu berkesinambungan dengan kesaksian Yesus, para rasul, dan Perjanjian Lama.

Pokok penjelasan dan kesaksian yang kedua kepada mereka adalah Yesus Kristus. Penjelasan dan kesaksian tentang Yesus Kristus itu mencakup kehidupan, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kemuliaan-Nya. Paulus meyakinkan mereka bahwa Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan adalah Mesias. Seperti yang telah dilakukannya di hadapan raja Agripa di Kaisarea, Paulus menjelaskan dan memberikan kesaksian dengan memakai hukum Musa dan kitab para nabi untuk menunjukkan hubungan antara kekristenan dengan agama Yahudi (bdk. Luk. 24:27, 44).

Menjelaskan dan memberikan kesaksian tentang Yesus dengan memakai hukum Musa dan kitab para nabi berarti mewartakan-Nya sebagai seorang nabi seperti Musa (Ul. 18:15-16) yang telah dibangkitkan oleh Allah dan yang harus didengarkan oleh orang Israel (Kis. 3:22; 7:37; Luk. 9:30-31, 35). Diwartakan bahwa Yesus adalah Mesias-Penyelamat yang telah dijanjikan kepada Daud (Kis. 2:25-36; 13:22-23, 32-37), hamba Allah yang dihina dan direndahkan (Yes. 53; Kis. 8:32-33), dan Tuhan yang dimuliakan di sisi kanan Allah (Mzm. 110; Kis. 2:24-36).

Reaksi orang Yahudi Roma (ay. 24-29)
Reaksi orang Yahudi Roma terhadap penjelasan dan kesaksian Paulus terbagi. Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, tetapi ada juga yang tetap tidak percaya. Reaksi percaya dan tidak percaya ini dipandang sebagai sebuah reaksi khas orang Yahudi terhadap pesan pewartaan injil (ay. 24; 13:46; 18:6; bdk. Rm. 11:7-10). Orang Yahudi yang menanggapi secara positif penjelasan dan kesaksian Paulus tentang kerajaan Allah dan Yesus Kristus itu kemudian dibaptis dalam nama Yesus.

Sebelum orang Yahudi Roma itu membubarkan diri dalam keadaan tidak sepaham, Paulus mengutip Yesaya 6:9-10 untuk menjelaskan fakta bahwa tidak semua orang Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias yang diwartakannya. Dalam kutipan itu Allah menubuatkan kepada Yesaya bahwa orang Yahudi tidak percaya pada pesan pewartaannya (bdk. Mat. 13:14-15; Mrk. 4:12; Luk. 8:10; Yoh. 12:40-41). Dengan kutipan itu Paulus ingin menegaskan bahwa ketidakpercayaan sebagian orang Yahudi memenuhi apa yang telah dinubuatkan oleh Yesaya (ay. 25b-27; bdk. Yes. 6:9-10). Nubuat negatif itu terpenuhi dalam diri mereka yang tidak percaya kepada pesan pewartaan kristiani tentang kehidupan, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan kemuliaan Yesus Kristus.

Paulus mengakhiri pembicaraannya dengan sebuah kesimpulan. “Sebab itu kamu harus tahu bahwa keselamatan yang berasal dari Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya” (ay. 28). Dari kesimpulan ini dinyatakan bahwa satu tahap dalam sejarah gereja telah berakhir dan tahap baru dimulai. Para misionaris kristiani tidak lagi akan mewartakan injil pertama-tama kepada orang Yahudi sebelum kepada orang bukan Yahudi. Namun, tahap baru ini tentu saja tidak berarti bahwa Allah menyingkirkan orang Israel dari umat-Nya.

Situasi hidup Paulus di Roma (ay. 30-31)
Lukas mengakhiri kisahnya dengan menceritakan bahwa Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewakan oleh orang kristiani Roma. Selama dua tahun ia tetap dijaga oleh prajurit kaisar. Apa yang terjadi pada diri Paulus setelah dua tahun? Kita dapat berasumsi bahwa ia dibebaskan. Ada dua alasan yang melandasi asumsi bahwa Paulus dibebaskan setelah ditahan selama dua tahun.5 Pertama, isi dan nada suratnya yang kedua kepada Timotius yang berbicara tentang penahanan dirinya (2Tim. 1:16-17; 4:11, 16). Kedua, pernyataan tentang keinginannya untuk mewartakan injil ke Spanyol melalui kota Roma setelah berkunjung ke Yerusalem untuk membawa sumbangan kepada jemaat miskin di sana (Rm. 15:23-29).

Terlepas dari asumsi di atas, kita harus ingat bahwa nasib hidup Paulus setelah ditahan selama dua tahun di Roma tidak menjadi perhatian Lukas. Apa yang penting bagi Lukas adalah karya misinya yang terbuka untuk menerima semua orang yang datang kepadanya, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Ia mewartakan kerajaan Allah dan Tuhan Yesus Kristus dengan berani dan tanpa rintangan apa-apa baik kepada orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Keberanian ini dapat dipandang sebagai pemenuhan janji Yesus (Luk. 21:15-19). Sementara ungkapan “tanpa rintangan apa-apa” menunjukkan lunaknya sikap penguasa Romawi terhadap karya kerasulan umat Kristiani. Ungkapan itu juga mengungkapkan keyakinan iman Lukas bahwa belenggu dan penganiayaan (bdk. 2Tim. 2:9) tidak dapat merintangi penyebaran injil. Sebaliknya, injil semakin tersebar luas karena seluruh istana dan semua orang lain mengetahui bahwa Paulus dipenjarakan karena Kristus (bdk. Flp. 1:3).

Tidak hanya nasib hidupnya setelah ditahan selama dua tahun, tetapi juga kematian Paulus tidak menjadi pokok perhatian Lukas.6 Hal ini tentu saja memunculkan sebuah pertanyaan. Mengapa Lukas tidak melukiskan kematian Paulus? Ada banyak jawaban spekulatif yang ditawarkan seperti yang dicatat oleh Witherup.7 Pertama, Lukas tidak memberitahukan kematian Paulus karena kisahnya ditulis sebelum

5. Bdk. Schnabel, Early Christian mission: Paul and the early Church, 1047.
6. Baik surat-surat Paulus maupun Kisah Para Rasul tidak menyediakan sebuah kisah spesifik tentang kematian Paulus. Namun, tradisi kuno mengindikasikan bahwa Paulus mati sebagai martir di tangan kaisar Nero di Roma pada tahun 62-64 M, sekitar tahun yang sama dengan kemartiran Petrus. Tradisi ini didasarkan pada sumber non-biblis seperti surat pertama Klemens (96 M)
7. Bdk. Witherup, 101 Questions and Answers on Paul, 22-23.


kematiannya. Pendapat ini tidak meyakinkan karena kebanyakan ahli menempatkan waktu penulisan Kisah Para Rasul sekitar dua dekade setelah kematian Paulus. Kedua, Lukas tidak melukiskannya semata-mata karena tidak peduli dengan kematiannya. Pendapat ini juga kurang meyakinkan karena Lukas begitu tertarik dengan figur Paulus dan karya misinya sehingga sulit untuk dibayangkan bahwa Lukas tidak mau mengikuti kisahnya sampai akhir. Ketiga, Lukas memiliki tujuan teologis, yakni melukiskan bagaimana orang bukan Yahudi menjadi para pendengar sabda dan menunjukkan keberaniannya dalam mewartakan injil walau menghadapi situasi sulit. Pendapat ini meyakinkan.






Kamis, Februari 02, 2012









"Tuhan itu misteri, kehendak-Nya kadang sulit dimengerti. Pengalaman Abraham dengan jelas menunjukkan hal itu. Tuhan menjanjikan banyak hal padanya. Namun, ketika janji itu terwujud, Ia memintanya kembali"



RINGKASAN PKS VOL.27
NO. 2, Maret-April 2012
New
Harga Rp. 7.500,-



Iman Abraham
Hari Minggu Prapaskah II – 4 Maret 2012
Tuhan itu misteri, kehendak-Nya kadang sulit dimengerti. Pengalaman Abraham dengan jelas menunjukkan hal itu. Tuhan menjanjikan banyak hal padanya. Namun, ketika janji itu terwujud, Ia memintanya kembali.


SEPULUH FIRMAN ALLAH
Hari Minggu Prapaskah III – 11 Maret 2012
Israel tak boleh menyia-nyiakan anugerah yang dilimpahkan Allah kepada mereka. Mereka harus menanggapinya secara positif, yakni dengan bersyukur. Sepuluh firman Allah adalah sarananya.


RUNTUHNYA KERAJAAN YEHUDA
Hari Minggu Prapaskah IV – 18 Maret 2012
Dosa dan kejahatan merajalela di kalangan umat Allah. Peringatan-peringatan Tuhan tidak mereka pedulikan. Orang-orang yang diutus Tuhan untuk memperingatkan mereka malah dilecehkan. Semua rasanya tahu apa puncak dari seluruh kekacauan itu. Tidak lain tidak bukan adalah kehancuran.


TAURAT HATI
Hari Minggu Prapaskah V – 25 Maret 2012
Karena Israel telah dipilih menjadi umat kesayangan-Nya, mereka harus hidup menurut kehendak Allah yang telah memilihnya itu. Mereka harus melakukan hal itu dengan melakukan ibadat hanya kepada TUHAN, dan mewujudkan sikap-sikap yang berkenan kepada-Nya, yakni kebenaran dan keadilan.


MENJADI UTUSAN = MENDENGARKAN!
Hari Minggu Palma– 1 April 2012
Tugas penting seorang utusan TUHAN pertama-tama bukanlah berbicara di depan banyak orang atau menyampaikan firman kepada orang lain. Tugas utamanya adalah mendengarkan firman dan kehendak TUHAN yang mengutusnya.


ANTARA KEPERCAYAAN & PENGAMPUNAN
Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan– 8 April 2012
Yesus masih tetap hidup dan dapat dialami oleh siapa saja. Kesaksian para rasul yang tertulis dalam Kitab Suci dan pengalaman pribadi akan Yesus inilah yang dapat menjadi sumber kesaksian iman para pengikut Kristus.


KOMUNITAS SALING BERBAGI
Hari Minggu Paskah II – 15 April 2012
Cara hidup jemaat kristiani perdana merupakan suatu gambaran ideal tentang hidup komunitas umat beriman. Mereka hidup sehati sejiwa, dan itu diungkapkan secara konkret dengan saling berbagi dan tidak bersikap egois.


KHOTBAH PETRUS DI SERAMBI SALOMO
Hari Minggu Paskah III – 22 April 2012
Petrus dikagumi karena sanggup menyembuhkan orang lumpuh. Ia pun menjelaskan bahwa bukan dia sumber kuasa dan karunia penyembuhan itu. Jika demikian, siapa gerangan?


KHOTBAH PETRUS DI HADAPAN MAHKAMAH AGAMA
Hari Minggu Paskah IV – 26 Februari 2012
Keberanian rasul-rasul itu harus diteladani oleh orang beriman. Kita tidak boleh takut dan ragu untuk mengatakan yang benar walau kadang terhalang oleh tanggapan salah dan keliru orang lain. Kita tidak boleh diam untuk apa yang kita imani sebagai kebenaran.


Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 – 93692428
Email : pks@biblikaindonesia.org