Minggu, Juni 30, 2013

PROBLEMATIKA HIDUP BERKELUARGA Wacana Biblika Vol. 13/No. 3/Juli-September 2013


PROBLEMATIKA HIDUP BERKELUARGA 
Wacana Biblika Vol. 13/No. 3/Juli-September 2013 

JANGAN BERZINA: PERZINAAN DALAM PERJANJIAN LAMA 
Albertus Purnomo, OFM 

Dalam hukum Taurat, perzinaan dianggap sebagai pelanggaran berat atau dosa. Alasan pokoknya adalah karena melanggar kesetiaan kepada ikatan perjanjian dalam perkawinan. Konsekuensi dari pelanggaran ini adalah hukuman mati. Bagaimana dengan perzinaan zaman sekarang? 

PROBLEMATIKA KAWIN CAMPUR DALAM PERJANJIAN LAMA 
Surip Stanislaus, OFMCap 

Bagi bangsa Israel, kawin campur dengan orang bukan Israel sama artinya kawin beda kepercayaan (agama). Oleh karena itu, kawin campur membahayakan iman kepercayaan bangsa Israel kepada YHWH. Yahweisme akan luntur bila perkawinan campur diizinkan! 

APA YANG DIPERSATUKAN ALLAH JANGAN DICERAIKAN MANUSIA 
Hortensius F. Mandaru 

Perceraian adalah gejala lumrah di dunia Timur Tengah kuno. Oleh karena itu, tidak heran jika tidak banyak hukum yang mengaturnya. Bangsa Israel hanya mengadopsi dan memodifikasi pelbagai hukum dari masyarakat sekitarnya, termasuk tentang perkawinan dan perceraian. Lalu mengapa Yesus menentangnya? 



Komplek Gedung Gajah Blok D-E
Jalan Dr. Saharjo no.111, Tebet - Jakarta Selatan
Telp : 021- 8318633, 8290247
SMS Center. 021-56173345
Pin BB: 308B81AE 
lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id 
www.lembagabiblikaindonesia.org 

Sabtu, Juni 08, 2013

8 Jun – Pw Hati Tersuci SP Maria (Tb. 12:1,5-15,20; Mrk. 12:38-44)  

Teks Kitab Suci
38 Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar,39 yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan,40 yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat."41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Kapan kita mau memberi? Bukankah kita lebih sering merasa kurang dan kurang sehingga “agak” sulit untuk memberi baik waktu, tenaga maupun materi? Kisah janda miskin yang dipuji Yesus karena memberi dari kekurangannya dari pada para orang parisi yang memberi dari kelimpahannya, mengajarkan kepada kita untuk berani memberi dan tidak perlu menunggu ketika kita berkelimpahan. 

Janda yang sangat miskin berani memberi meskipun jumlahnya sedikit bahkan miliknya itu sangat dibutuhkan bagi dirinya. Tetapi ia rela memberikannya untuk Tuhan. Betapa seringkali kita kesulitan mencari orang untuk terlibat dalam kegiatan Gereja. Kebanyakan merasa sibuk, tidak ada waktu lagi, masih banyak kebutuhan ini-itu dsb. 

Marilah kita belajar dari janda miskin, berani memberi untuk Tuhan dan sesama meskipun kita sendiri masih membutuhkannya.

Jumat, Juni 07, 2013

7 Jun – HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS (Yeh. 34:6-11; Luk. 15:3-7) 

Teks Kitab Suci
3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Jati diri Yesus sering menjadi pertanyaan baik di kalangan para murid maupun orang-orang sejamannya. Siapa Yesus bagi kita? Secara teoritid kita begitu gampang menjawabnya;Dia adalah Putera Allah, Dia adalah Mesias, dst. Tetapi jawaban yang tepat adalah sangat tergantung dari iman kita kepadaNya dan pengalaman, kebersamaan kita dengan Yesus. 

Ketika kita lebih terpaku pada jawaban manusiawi atau dalam konteks keMesiasan Yesus secara politis maka akan sulit untuk memahami bahwa Yesus melebihi Daud. Yesus memang Mesias, Dia adalah raja segala raja tetapi bukan dalam arti politis. 

Bagaimanakah kita mengimani Yesus? Apakah karena Dia mengabulkan doa-doa kita, menolong kita ataukah dalam segala situasi suka dan duka kita tetap mengimani Dia?

Kamis, Juni 06, 2013

6 Jun – Hari Biasa (Tb. 6:10-11; 7:1,9-17:8:4-9a; Mrk. 12:28b-34) 

Teks Kitab Suci
28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Apa jawaban kita ketika ditanya, apakah kita mencintai Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan juga mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri? Kalau kita mau menjawab secara jujur rasanya “hukum” yang utama dan terutama itu semakin sulit untuk direalisasikan. Di jaman di mana orang lebih mengagungkan kemampuan intelektual dan kemajuan tekhnologi ,manusia rasanya semakin sempit memberi ruang untuk kehadiran dan campur tangan Tuhan. Di jaman orang cenderung bersikap egois, individualis semakin sempit memberi perhatian kepada orang lain terlebih mereka yang membutuhkan. 

Padahal inti ajaran kekatolikan adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kita tidak mungkin mencintai Tuhan tanpa mencintai sesama dan sebaliknya. Dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. Kita mohon rahmat Tuhan agar semakin memberi ruang bagi kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam diri kita dan membuka hati kita untuk mencintai sesama.

Rabu, Juni 05, 2013

5 Jun – Pw S. Bonifasius, UskMrt (Tb. 3:1-11a,16-17a; Mrk. 12:18-27) 

Teks Kitab Suci
18 Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:19 "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.20 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan.21 Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga.22 Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati.23 Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."24 Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.25 Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.26 Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?27 Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Bukanlah suatu hal yang mudah memahami ajaran Yesus tentang kebangkitan kecuali dengan iman. Tuhan kita adalah Tuhan orang yang hidup. Apa yang pernah dijanjikanNya tidak akan disia-siakan. Hidup beriman mengandaikan ada penyerahan terlebih berhadapan dengan keterbatasan kemampuan kita untuk memahami kehendak Tuhan dan ajaranNya yang tidak mungkin tertampung oleh pengetahuan kita. 

Demikian juga halnya berhadapan dengan pemahaman tentang kebangkitan badan yang secara manusiawi sulit untuk diterima oleh karenanya orang Saduki tidak mempercyainya. Tidak sedikit orang yang lebih menyibukkan diri dengan memperdebatkan ajaran satu sama lain bahkan imannya sendiri daripada beriman dan berserah diri kepada Tuhan. 

Marilah kita lebih berserah diri, berdoa dan percaya daripada berargumentasi atau sibuk dengan pikiran-pikiran kita tentang Tuhan seperti teladan St.Bonifasius yang hari ini kita peringati.

Selasa, Juni 04, 2013

4 Jun – Hari Biasa (Tb. 2:9-14; Mrk. 12:13-17) 

Teks Kitab Suci 
13 Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.14 Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?"15 Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!"16 Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."17 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Menjadi Orang Katolik tetapmerupakan bagian masyarakat dan terikat dengan segala kewajiban yang berlaku. Dikisahkan dalam bacaan injil bagaimana Yesus dicobai oleh orang Farisi dan Herodian bagaimana sikap Yesus terhadap pemerintah dengan membayar pajak dan sikapnya terhadap pajak Bait Allah. Jawaban Yesus sangat tepat dan bijaksana bahwa keduanya tetap harus dilakukan yaitu membayar pajak kepada kaisar dan memberi kepada Allah. 

Pernyataan Yesus menyadarkan kita sebagai anggota Gereja tetap mau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat dan juga dalam kehidupan menggereja yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Gereja harus membangkitkan suara kenabian agar hukum, keadilan dan sosial ekonomi masyarakat, hak asasi manusia benar-benar dihargai dan dihormati. 

Menjadi Anggota Gereja yang baik juga harus menjadi warga negara yang baik mau memikul tugas dan tanggungjawab keduanya.