Rabu, Juni 05, 2013

5 Jun – Pw S. Bonifasius, UskMrt (Tb. 3:1-11a,16-17a; Mrk. 12:18-27) 

Teks Kitab Suci
18 Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:19 "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.20 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan.21 Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga.22 Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati.23 Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."24 Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.25 Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.26 Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?27 Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

Renungan oleh 
Romo Edy, Pr

Bukanlah suatu hal yang mudah memahami ajaran Yesus tentang kebangkitan kecuali dengan iman. Tuhan kita adalah Tuhan orang yang hidup. Apa yang pernah dijanjikanNya tidak akan disia-siakan. Hidup beriman mengandaikan ada penyerahan terlebih berhadapan dengan keterbatasan kemampuan kita untuk memahami kehendak Tuhan dan ajaranNya yang tidak mungkin tertampung oleh pengetahuan kita. 

Demikian juga halnya berhadapan dengan pemahaman tentang kebangkitan badan yang secara manusiawi sulit untuk diterima oleh karenanya orang Saduki tidak mempercyainya. Tidak sedikit orang yang lebih menyibukkan diri dengan memperdebatkan ajaran satu sama lain bahkan imannya sendiri daripada beriman dan berserah diri kepada Tuhan. 

Marilah kita lebih berserah diri, berdoa dan percaya daripada berargumentasi atau sibuk dengan pikiran-pikiran kita tentang Tuhan seperti teladan St.Bonifasius yang hari ini kita peringati.

Tidak ada komentar: