Selasa, April 30, 2013

30 Apr – Hari Biasa Pekan V Paskah- (Kis. 14:19-28; Yoh. 14:27-31a)  

Teks Kitab Suci
27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku.31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Yesus mewariskan damai sejahtera kepada kita, para muridNya. Damai sejahtera yang berbeda dengan yang diberikan dunia. Damai sejahtera Yesus adalah damai yang tahan zaman, tidak pernah usang, tidak pernah musnah. Damai sejahtera yang membuat harapan dan semangat baru bergelora. Yang putus asa, bangkit. Yang menderita, tidak mati sia-sia. Yang ketakutan dan kawatir, menjadi teguh dan berani. Yesus pun memberi peneguhan yang mendalam, janganlah gelisah dan gentar hatimu! (Yoh 14:27). Yesus sungguh menjadi andalan dalam hidup. Ia tidak akan meninggalkan murid-muridNya dalam penderitaan, ketidakpastian, keragua-raguan. Sebab Yesus akan datang kembali. Yesus telah memberikan teladan bagaimana kedamaian hatiNya telah membuat sukacita banyak orang berkat ketaatNya kepada Allah Bapa. Ia menunjukkan secara benar, sikap mengasihi Bapa, yakni dengan taat kepada kehendakNya. 

Kita dapat bertanya pada diri sendiri, sungguhkah damai sejahtera Yesus hidup dan berkembang dalam diri kita? Apakah aku bebas dalam mengasihi pasangan, keluarga, tugas, pelayanan , dan pekerjaanku? Kita diudang dengan terang iman, agar mengasihi Allah makin berkobar-kobar tatkala kita berani berkorban, menanggung penderitaan, kesetiaan dalam proses hidup, ketekunan dalam usaha, ketulusan dalam pengampunan, kegairahan dalam pekerjaan, kegembiraan dalam pelayanan.

Senin, April 29, 2013

29 Apr – Pw S. Katarina dr Siena, PrwPujG- (Kis. 14:5-18; Yoh. 14:21-26)  

Teks Kitab Suci
21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?"23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Manusia dianugerahi akal budi dan hati nurani. Ia masih juga mempunyai iman untuk percaya pada penyelenggaraan ilahi. Bahkan, lebih lagi, manusia dikaruniai Roh Kudus agar memahami firmanNya. Yesus mengajarkan kepada kita, bahwa tindakan mengasihi Allah harus terwujud dalam menuruti firmanNya (Yoh 14:21). Dalam kerangka mengasihi dan menuruti firman Tuhan, terkandung pula sikap mau mendengarkan dan menghidupi (taat) aturan/perintah Tuhan. Jarang sekali bahkan sulit dimengerti bila seseorang mengasihi sesama, kok tidak pernah mendengarkan kata-kata yang dikasihi. Mengasihi dengan menuruti perintah Tuhan, membutuhkan kebebasan hati (bebas dari keperpaksaan), kesadaran pribadi, kejernihan pikiran. Ia sadar bahwa sungguh-sungguh mengasihi Allah. 

Kesadaran dan kesungguhan mengasihi Allah diteladankan pula oleh St. Katarina dari Siena. Ia mempersembahkan dirinya. Ia melayani Allah melalui pelayanan kepada orang sakit dan dalam penjara. Ia menemukan Yesus dalam hatinya, sehingga ia penuh rahmat. Ia juga menjadi pemersatu antara kerajaan dan Paus yang bersitegang. Ia betul-betul menututi perintah Allah. Ia gagah berani mencintai Allah dan mengasihi sesama. Ia mencapai kekudusan. Mari kita makin taat kepada perintah Allah dalam firman-firmanNya dengan kesadaran dan kesungguhan. Taat itu indah dan mendatangkan sukacita.

Minggu, April 28, 2013

28 Apr – HARI MINGGU PASKAH V- (Kis. 14:21b-27; Yoh. 13:31-33a,34-35)  

Teks Kitab Suci
13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."28 Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Renungan oleh 
Romo Yosef Aris, MSF

Anak Manusia dipermuliakan, dan Allah dipermuliakan di dalam Dia (Yoh 13:31). Kemuliaan Allah hadir dan nyata dalam hidup Yesus. Kemuliaan Allah nampak nyata dalam kepedulianNya terhadap hidup manusia. Kemuliaan Allah terungkap dalam kasiNya kepada manusia. Yesus menegaskan kemuliaan yang Ia bawa terwujud dalam hidup saling mengasihi. Yesus menunjukkan atau memberi teladan kasih kepada semua orang. Orang sakit disembuhkan, orang lapar dikenyangkan, orang mati dihidupkan. Yesus memberi perhatian kepada mereka yang terasing, tertindas, dan tersingkirkan. Dengan hidup dalam kasih, martabat seseorang menjadi terangkat. Mereka yang terpuruk mendapat kekuatan baru untuk bangkit. 

Hidup saling mengasihi menjadikan seseorang mengalami sukacita . kebaikan dan cinta yang berkembang dalam dunia, menjadikan setiap orang mengalami kebaikan Allah dan dihantar kepada pengenalan akan Allah yang baik. Oleh sebab itu, setiap murid Kristus diajak untuk mengikuti dan meneladan Yesus yang memuliakan Allah dengan mencintai sesama manusia. Ie rela menderita karna cinta kepada Allah Bapa dan kepada manusia. Memuliakan Allah berarti pula berani berkorban dan berbela rasa kepada sesama tanpa pamrih. Mari kita mengembangkan sikap mengasihi sesama sebagai keutamaan hidup. Dalam konteks pastoral : saling mengasihi sebagai pastoral unggulan.

Sabtu, April 27, 2013

27 Apr – Hari Biasa Pekan IV Paskah- (Kis. 13:44-52; Yoh. 14:7-14) 

Teks Kitab Suci
7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Ketidakpuasan orang dalam mengerti Allah yang tidak kelihatan mendorongnya untuk menghadirkan Allah itu dalam bentuk patung. Namun segala patung kayu dan batu tidak pernah dapat mewakili Allah, tetapi daging dan darah manusia Yesus dapat menjelmakan-Nya: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Yesus bersatu sedemikian rupa dengan Bapa, sehingga rupa-Nya sendiri memperlihatkan karakter dan realitas Bapa. Untuk itu Yesus meminta Filipus mempercayai bahwa Dia di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia, sehingga apapun yang Ia katakan bukan dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Bapa yang diam di dalam Dia. Agar keabsahan kata-kata-Nya tidak dapat disangkal, Yesus mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya yang disertai berbagai mukjizat adalah bukti nyata dari kuasa Allah yang berkerja dalam diri-Nya. Karena itu barangsiapa percaya kepada Yesus, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya, dan ia akan menjadi saksi bagi imanensi Bapa di dalam Yesus. 

Kedatangan Yesus memperkenalkan Bapa kepada dunia, maka janji “jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya”, berkaitan dengan penyelesaian penyataan dari Bapa itu, yang sudah dimulai dengan inkarnasi/penjelmaan. 

Mengapa kita kadang masih mempertanyakan keberadaan Allah Bapa? Yesus telah menunjukkan bahwa Dia di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia. Apa mau kita sekarang?

Jumat, April 26, 2013

26 Apr – Hari Biasa Pekan IV Paskah- (Kis. 13:26-33; Yoh. 14:1-6) 

Teks Kitab Suci
1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."5 Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Buku Rahasia-rahasia Henokh melukiskan surga sebagai istana besar yang memiliki banyak kamar: “Di dalam dunia yang akan datang ada banyak kamar yang disediakan bagi manusia; kamar baik untuk orang yang baik dan kamar jahat untuk orang yang jahat.” Yesus berkata: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Tempat tinggal di rumah Bapa maksudnya adalah surga dan Yesus pembuka jalan menuju surga agar kita dapat memasukiya. Bahkan Yesus sendiri adalah jalan ke surga itu. Ia bukan hanya mengatakan bahwa Ia mengetahui jalan, kebenaran dan hidup, tetapi Ia sendiri adalah “jalan dan kebenaran dan hidup”. 

Dalam Perjanjian Lama telah tercatat tentang jalan-jalan Tuhan: “Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup…” (Ul 5:33 bdk. Ul 31:29; Yes 30:21; 35:8; Mzm 27:11). Yesus adalah jalan itu, sebab melalui dan di dalam Dia, manusia dibawa kembali kepada Allah dan mencapai tujuan akhir. Pemazmur mengatakan: “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu” (Mzm 86:11 bdk. Mzm 26:3; 119:30). Yesus adalah kebenaran itu, sebab segala ajaran moral nyata dalam sikap, perkataan dan perbuatan-Nya. Dalam buku Amsal tertulis: “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan” (Ams 10:17; 6:23). Yesus adalah hidup itu, sebab Dialah vitalitas rohani yang berasal dari Allah dan yang menebus dosa-dosa manusia. 

Mengapa kita kadang masih memilih-milih jalan yang tepat menuju Allah? Yesus telah menunjukkan bahwa diri-Nya sendiri adalah jalan, kebenaran dan hidup itu. Apa mau kita sekarang?

Kamis, April 25, 2013

25 Apr – Pesta S. Markus, PenInj- (1Ptr. 5:5b-14; Mrk. 16:15-20) 

Teks Kitab Suci
15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Setelah kebangkitan-Nya, para murid yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Mereka pun percaya, bahwa Yesus itu akan datang kembali dan saat itulah Allah akan membereskan dunia dan menyelamatkan segala bangsa, termasuk orang-orang kafir. Karena itu mereka memahami perintah Yesus: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Paulus telah membuka jalan dengan misinya ke daerah-daerah orang kafir dan membawa mereka beriman kepada Yesus. Para murid harus memberitakan wafat dan kebangkitan Yesus bagi “segala makhluk”, yaitu segala bangsa, sebab hanya manusia dapat mendengar dan menerimanya dengan iman. Tujuannya, agar manusia bertobat, lalu percaya dan menyatakan imannya itu dengan memberikan dirinya dibaptis. Iman yang harus dinyatakan di hadapan umum dengan pembaptisan itulah syarat bagi keselamatan. Sebab pada hari kedatangan Yesus untuk kedua kalinya “yang tidak percaya akan dihukum”. Tanda dari orang-orang yang percaya itu dapat mengusir setan, berbahasa roh, luput dari malapetaka dan mampu menyembuhkan orang sakit. Semua itu nyata dalam diri Paulus dan Barnabas, juga orang-orang Kristen lain yang mengadakan berbagai mukjizat, mengusir setan dan berbahasa roh, karena Roh Kudus berkarya langsung dalam diri mereka. Mereka telah meneruskan karya-karya Yesus, sementara Ia pulang ke rumah Bapa di surga, duduk di sebelah kanan Allah sebagai Tuhan. Sejak itulah Yesus yang pernah hidup sebagai manusia di bumi berkomunikasi dan berkarya dalam hati setiap manusia, sehingga para murid-Nya dapat pergi ke segala penjuru dunia. 

Murid-murid Yesus itu rela meninggalkan segala sesuatu yang mereka sukai, yang mereka anggap baik dan mapan, dan pergi dengan membiarkan diri dibentuk oleh keadaan yang dihadapi dan Yesus yang berkarya dalam diri mereka. 

Mengapa kita kadang masih membiarkan diri tenggelam dalam kemapanan hidup? Yesus telah mengingatkan bahwa banyak orang masih haus mendengarkan penginjilan kita. Apa mau kita sekarang?

Rabu, April 24, 2013

24 Apr – Hari Biasa Pekan IV Paskah- (Kis. 12:24-13:5a; Yoh. 12:44-50) 

Teks Kitab Suci
44 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku;45 dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Penulis buku tentang iman Kristiani mengakhiri bukunya dengan pertanyaan: Apa yang akan terjadi jika orang mengabaikan berita kekristenan ini? Jawabnya adalah hukuman menyusul. Hukuman itu akan lebih berat lagi karena engkau telah membaca buku ini. Semua yang telah kauketahui dan tidak kaulakukan, pada akhirnya akan menjadi saksi yang melawanmu. Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku.” Percaya kepada Yesus adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka mendengarkan Yesus berarti mendengarkan Allah dan melihat Yesus berarti melihat Allah. Dalam Yesus itu Allah menjumpai manusia dan manusia berjumpa dengan Allah. Percaya kepada Yesus pun membebaskan dari kuasa kegelapan dosa, karena Ia datang sebagai terang bagi dunia. Karena itu pula Yesus datang bukan untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan. Namun kedatangan-Nya itu tidak bisa dilepaskan dari penghakiman. Sebab dengan sikapnya terhadap Yesus, orang telah menghakimi dirinya sendiri. Firman yang telah dikatakan Yesus itulah hakimnya: “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkatakan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan.” 

Perkataan Yesus adalah harapan bagi orang yang percaya dan hukuman bagi orang yang tidak percaya. Sebab Yesus berkata-kata bukan dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Bapa yang mengutus-Nya. Karena itu menaati perintah Yesus mendatangkan hidup yang kekal. 

Mengapa kita kadang masih begitu gampang mengabaikan ajaran Yesus? Yesus telah menunjukkan bahwa perkataan-Nya berasal dari Allah yang akan menghakimi kita. Apa mau kita sekarang?

Selasa, April 23, 2013

BERBANGGA DAN BERMEGAH DALAM SALIB 
(Gal. 6:11-18) 
Alfons Jehadut 

11 Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.12 Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus.13 Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah.14 Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. 15 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. 16 Bagi semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah. 17 Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus. 18 Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, Saudara-saudara! Amin 

Pengantar 
Dalam penanggalan liturgi tahun C hari Minggu, ada enam bacaan kedua yang diambil dari surat Galatia. Selama enam minggu, Gereja mengajak umatnya untuk membaca dan merefleksikan tanggapan Paulus terhadap krisis yang dialami oleh sejumlah komunitas di Galatia selatan dalam suratnya. Krisis itu ditimbulkan oleh misionaris kristiani Yahudi yang datang tidak lama setelah Paulus pergi dari jemaat yang telah dibentuknya. Para misionaris itu mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa jika mereka ingin diperhitungkan sebagai keturunan Abraham dan menjadi ahli waris janji-janji Allah, maka mereka harus disunat dan melakukan pekerjaan hukum Taurat, terutama peraturan untuk menaati hari Sabat dan peraturan makanan yang halal dan haram. Ajaran para misionaris kristiani Yahudi itu bertentangan dengan ajaran Paulus yang tidak menuntut jemaat Galatia untuk disunat atau untuk mengadopsi gaya hidup Yahudi. Pengalaman pertobatan Paulus telah mengajarkannya bahwa Allah telah melakukan segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh hukum Taurat dalam Kristus. Baginya, kebenaran yang memberi hidup diperoleh melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Itulah sebabnya Paulus menulis “sekiranya ada pembenaran melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Gal. 2:21). Karena jemaat Galatia bukan Yahudi telah menerima dan mengalami karunia Roh Allah (3:1-6), maka mereka telah menjadi keturunan Abraham dan telah menjadi ahli waris janji-janji Allah (3:29). Allah tidak membenarkan seseorang atas dasar pelaksanaan ketetentuan hukum Taurat, tetapi atas dasar iman pada apa yang telah dilakukan oleh Allah melalui kematian dan kebangkitan Anak-Nya. Konsekuensinya, orang-orang bukan Yahudi tidak perlu bagi mengadopsi gaya hidup Yahudi. Apa yang harus mereka lakukan adalah mempertahankan keyakinan iman mereka kepada Yesus dan hidup menurut tuntunan Roh Kudus. 

Struktur Teks 
Pada hari minggu ini kita akan merefleksikan bacaan terakhir yang diambil dari surat Galatia. Bacaan yang diambil adalah bagian penutup suratnya. Meski bacaan kedua hari Minggu ini tidak menampilkan seluruh bagian penutup (Gal. 6:14-18), namun kita sebaiknya membacanya dan mengulasnya secara keseluruhan (Gal. 6:11-18) supaya mendapat gambaran yang lebih lengkap tentang struktur pemikiran dan keprihatinan Paulus. Bagian penutup surat ini dapat diikuti dengan alur sebagai berikut. Pertama, pengakuan bahwa bagian akhir suratnya ditulis dengan tangan sendiri dan dengan huruf-huruf yang besar (ay 11). Kedua, dakwaan bagi para lawan Paulus (ay 12-13). Ketiga, kebanggaan dalam salib (ay 14-15). Keempat, berkat dan permohonannya (ay. 16-18). 

Ulasan Teks 
Menulis dengan tangan sendiri dan dengan huruf-huruf yang besar (ay. 11). 
Paulus mengakhiri suratnya dengan tulisan tangannya sendiri. Dengan tangannya sendiri Paulus juga menulis pada akhir dalam beberapa suratnya (1Kor. 16:21; Flm. 19; Rm. 16:22; Kol. 4:18; 2 Tes. 3:17). Meski surat kepada jemaat di Kolose dan kepada jemaat di Tesalonika yang kedua masih diperdebatkan keasliannya sebagai surat yang ditulis oleh Paulus sendiri, namun tulisan tangan pada bagian akhir itu berfungsi untuk melegitimasi pengarangnya. Dalam surat Galatia, Paulus mengatakan bahwa ia menulis dengan tangannya sendiri dan dengan huruf yang besar-besar. Kata-kata ini memunculkan sebuah pertanyaan mengapa dan apa tujuan Paulus menulis dengan huruf-huruf besar? Huruf-huruf yang lebih besar itu sangat mungkin mirip dengan pemakaian huruf besar atau italik pada zaman sekarang untuk memastikan bahwa para pendengarnya tidak akan mengabaikan kata-kata penutupnya.[1] Penafsir lain mengatakan bahwa tulisan dengan huruf-huruf yang besar itu dimaksudkan untuk memberi tekanan, menggarisbawahi, dan memberi sorotan pada apa yang akan ditulisnya pada bagian penutup.[2] Dengan rumusan sedikit lain, penafsir lain lagi berpendapat huruf-huruf yang lebih besar itu 

1. Charles B. Cousar, Galatians: A Bible Commentary for teaching and Preaching (Atlanta: John Knox Press, 1982), 148. 
2. Richard N. Longenecker, Galatians: Word Biblical Commentary (Dallas: Word Books, 1990), 290.

dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Paulus kini meringkas dan mempertajam keseluruhan isi suratnya sehingga harus diberikan perhatian.[3]

Dakwaan bagi para lawan (ay. 12-13) 
Dalam bagian penutup suratnya, Paulus lagi-lagi melukiskan tiga karakter dari para lawan yang sebelumnya dilukiskannya sebagai saudara-saudara palsu dari Yerusalem yang memaksakan sunat kepada orang-orang bukan Yahudi (Gal. 2:3-4). Di sini para lawan itu tidak disebutkannya dengan nama, tetapi mereka hanya diidentifikasikan oleh motivasi dan tindakan-tindakan mereka. Pertama, mereka suka menonjolkan diri secara lahiriah (ay. 12a). Mereka pergi membawa kabar gembira dengan menaati hukum Taurat kepada orang-orang bukan Yahudi dengan maksud untuk menonjolkan diri mereka. Motivasi mereka sesungguhnya adalah hanya ingin mendapatkan prestise atau gengsi pribadi mereka sendiri. Kedua, mereka memaksakan sunat dengan maksud hanya supaya mereka lolos dari penganiayaan yang menanti orang-orang yang mewartakan salib Kristus (ay. 12b-c). Di sini ditampilkan motivasi lain mengapa mereka memaksakan sunat kepada orang bukan Yahudi yang percaya kepada Yesus. Motivasi mereka adalah supaya mereka lolos dari penganiayaan karena salib Kristus. Dengan memaksakan sunat kepada orang kristiani bukan Yahudi di Galatia, mereka membawa orang kristiani bukan Yahudi ke dalam lingkaran bangsa Yahudi sehingga membebaskan diri mereka sendiri dan orang kristiani Yahudi pada umumnya dari penganiayaan dari sesama Yahudi yang tidak beriman kepada Yesus sebagai Mesias (bdk. 1Tes. 2:14b-16). Ketiga, mereka memiliki sebuah keinginan untuk memegahkan diri ketika memaksakan sunat jemaat kristiani bukan Yahudi di Galatia (ay. 13c). Di sini Paulus menuduh bahwa motif utama mereka ketika memaksakan sunat kepada orang bukan Yahudi bukan untuk menjaga pelaksanaan hukum Taurat, tetapi hanya untuk mendapatkan kebanggaan bagi mereka sendiri sebagai misionaris yang berhasil. Motivasi sesungguhnya dari aktivitas mereka memaksakan sunat kepada orang kristiani bukan Yahudi di Galatia adalah untuk mendapatkan kebanggaan, kemuliaan, atau kemegahan diri sendiri (Yun. kaukhaomai). 

Bermegah dalam Salib Kristus dan tatanan dunia baru (ay. 14-15) 
Paulus secara dramatis mempertentangkan kebanggaan, kemegahan, dan kegembiraan para lawannya yang dianggapnya tidak sehat dengan kebanggaan, kemegahan, dan kegembiraan yang 

3. J. Louis Martyn, Galatians: A New Translation with Introduction and Commentary (New York: The Anchor Bible, Doubleday, 1997), 560. 
dipandangnya sehat dan benar. Pertentangan ini terungkap jelas dalam pernyataan berikut: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (ay. 14-15). 
Dalam dua perikop yang bersifat otobiografis di tempat lain dalam surat-suratnya, Paulus menyebutkan sejumlah hal dalam hidupnya yang dapat menjadi alasan bagi dirinya untuk berbangga jika dipandang dari perspektif manusia semata. Pertama, dalam 2 Kor. 11:21b-29 ia berupaya untuk memperlihatkan kesian-siaan dari kebanggaan para pewarta lain, rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus dan yang menyesatkan jemaat dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus dengan menampilkan daftar prestasinya sendiri yang jauh lebih unggul dari mereka. Daftar prestasinya itu ditampilkan dengan maksud untuk mempermalukan mereka. Namun, ia kemudian mengakhiri daftarnya dengan pernyataan, “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku” (2Kor. 11:30). Kedua, dalam Flp. 3:4-6 ia berupaya untuk melawan orang-orang Yahudi yang membanggakan keyahudian mereka dengan menyebutkan asal-usul atau silsilah keyahudiannya. Namun, ia kemudian mengakhirinya dengan pernyataan mengenai keiginannya yang jauh lebih besar, yakni mengenal Kristus dan mengalami-Nya dalam hidupnya yang dianggapnya lebih mulia dari semuanya (Flp. 3:7-14). Mengenal Kristus dan mengalami-Nya dalam hidup telah mengubahnya secara radikal dalam menilai sesuatu. “Sebab itu, kami tidak lagi menilai seorang pun juga menurut ukuran manusia. Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2 Kor. 5:16). Dari kedua perikop ini kita bisa mengetahui apa yang dibanggakannya. Sebagai seorang kristiani, ia tidak mau berbangga atau bermegah dalam hal-hal fisik, jasmaniah, lahiriah seperti prestasi manusiawi dan keberhasilan dalam perlayanan. Ia hanya mau berbangga dan bermegah dalam hal-hal yang berkaitan dengan salib Kristus. Dasar kebanggan dan kemegahannya tidak terletak pada prestasinya sendiri, tetapi pada sebuah peristiwa yang terpisah dari dirinya, yakni Kristus yang tersalib (Gal. 3:1). Ia tidak membanggakan dirinya. Ia dengan penuh percaya diri membanggakan Tuhan yang tersalib (1Kor. 1:31). 
Mengapa Paulus hanya mau bermegah dan berbangga dalam salib Kristus? Ada dua alasan yang dikemukan. Pertama, “olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (ay. 14b). Dengan alasan ini Paulus mewartakan salib sebagai fondasi dari keyakinannya karena salib – bukan hukum Taurat – diyakini sebagai peristiwa yang menentukan bagi seluruh alam semesta dan yang mempengaruhi segala sesuatu setelahnya. Menempatkan persoalan ini dalam sebuah kesaksian personalnya, Paulus berbicara tentang peristiwa yang menentukan ini dengan mengatakan bahwa melalui salib ia sendiri menderita kehilangan kosmos dan melihat kelahiran kosmos yang lain, yakni ciptaan baru. Selain itu, salib Kristus telah membawa penyaliban dirinya bagi dunia. Maka, ia menggunakan gambaran salib untuk menenkan pemisahan yang mematikan dari identitas dan hal-hal yang membanggakannya sebelumnya. Melalui peristiwa salib, Paulus tidak lagi dikenal oleh yang lain atas dasar tempatnya dalam dunia lama hukum Taurat (Gal. 1:12-16). Ia menjadi semakin aneh bagi para sahabatnya yang lama dan bagi semua orang yang hidup dalam dunia hukum Taurat sehingga dunia mereka sama seperti dunia mereka menjadi sesuatu yang asing baginya (bdk. 1Kot. 4:8-13). 
Kedua, “bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (ay. 15). Dengan kematian Kristus, sekat dan jurang antara orang Yahudi dan Yunani, budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan disalibkan sehingga muncullah ciptaan baru. Dalam pandangan Paulus, ciptaan dan dunia baru itu hanya mungkin terjadi dalam Kristus. Tatanan dunia baru tidak dapat dimengerti secara terpisah dari Kristus (bdk. 2 Kor. 5:7). Dalam konteks jemaat Galatia, ciptaan baru itu mengandung arti bahwa keselamatan tidak dicapai karena pelaksanaan hukum Taurat, tetapi karena Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan oleh Allah dan bahwa perbedaan karena sunat dan tidak sunat tidak lagi diperhitungkan dalam tatanan dunia ciptaan baru. Dalam tatanan dunia ciptaan baru tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3:28). 

Berkat dan permohonan Paulus (ay. 16-18) 
Paulus memberi berkat bagi “semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini.” Dalam Gal. 5:25 Paulus menggunakan kata kerja “memberi diri dipimpin oleh patokan atau mengikuti bimbingan dari” (Yun. Stoikhomen) untuk menasihati jemaat Galatia supaya secara konsisten menjalankan hidup harian mereka sesuai dengan bimbingan Roh yang telah ditempatkan oleh Allah dalam hati mereka. Paulus kini menggunakan kata kerja yang sama, tetapi dalam bentuk future tense (Yun. Stoikhesousin). Orang-orang yang memberi diri mereka dipimpin oleh tatanan dunia baru dimohonkannya damai sejahtera dan rahmat dari Allah. Permohonan untuk mendapatkan damai sejahtera dan rahmat dari Allah diikuti dengan sebuah permohonan yang terakhir bagi jemaat Galatia. Dalam beberapa hal, Paulus secara terbuka mengungkapkan kemarahannya terhadap para pengajar palsu dan jemaat Galatia yang mudah percaya kepada ajaran pengajar palsu (1:6; 3:1; 4:19; 5:12). Ia kini mendesak para pengajar palsu dan jemaat Galatia untuk tidak menyusahkannya karena pada tubuhnya ada tanda-tanda milik Yesus. Istilah tanda-tanda (Yun. stigmata) terkait erat dengan bekas luka yang telah diterimanya dari orang-orang yang menganiayanya karena mewartakan injil tentang Yesus yang tersalib (Gal. 5:11; 1Kor. 4:11; 2Kor. 6:4-5; 11:23-27; bdk. Kis. 16:22024).[4] Bekas luka karena dilempari batu oleh orang-orang bukan Yahudi dan karena dicambuk oleh orang Yahudi (2Kor. 11:26-27) dilihatnya sebagai tanda bahwa ia membawa di dalam tubuhnya luka-luka Kristus yang tersalib.Maka, bekas luka dalam tubuhnya dapat dilihat sebagai sebuah tempat di mana orang menemukan sebuah tanda dari tindakan penebus dalam dunia sekarang ini. 
Pernyataan Paulus bahwa pada tubuhnya ada tanda-tanda milik Yesus itu tidak dimaksudkan untuk mengundang rasa belas kasihan para lawannya dan jemaat Galatia. Sebaliknya, pernyataan itu menyoroti relasinya dengan Yesus dan status kerasulannya berasal dari Yesus. Pernyataan itu juga dimaksudkannya untuk memberikan sebuah peringatan bagi orang-orang Yahudi yang memaksakan sunat bagi jemaatnya sebab apa yang terjadi pada jemaatnya mempengaruhinya secara pribadi sebagai rasul dan pewarta di Galatia. Maka, ia mengingatkan bahwa mereka untuk tidak terus menerus menyusahkannya karena ia milik Kristus dan berada dalam perlindungan-Nya. Orang-orang yang terus menerus mengusiknya akan dihakimi dan dibalas oleh Kristus sendiri. 
Permohonan untuk tidak terus mengusiknya disusulkan dengan berkat penutup. Berkat ini tidak hanya ditujukan kepada jemaat Galatia, tetapi juga bagi kita semua yang membaca suratnya. 

4. Dalam dunia kuno, istilah tanda-tanda (Yun. ta stigmata) umum dipakai untuk mengacu kepada tato religius atau cap bagi budak. Dalam arus pemahaman inilah beberapa orang beranggapan bahwa jemaat kristiani perdana pada umumnya dan Paulus khususnya memakai tanda berupa tato atau cap religius untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang kristiani. Mereka mungkin memakai tanda huruf Yunani X untuk menunjuk kepada Kristus (Yun. Khristos). Namun, apa yang ada dalam pikiran Paulus ketika menggunakan istilah stigmata adalalah bekas luka dan noda-noda yang ada pada tubuhnya karena dampak dari penderitaannya sebagai seorang rasul (bdk. 2Kor. 6:4-6; 11:23-30); Gal. 4:13-14).

Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, Saudara-saudara! Ami” (ay. 18). Berkat penutup ini mengikuti pola yang umumnya tampil dalam surat-surat yang lain (1Kor 16:23; Flp 4:23; 1Tes 5:28; 2Tes 3:18; Flm 25; bdk Ef 6:24; Kol 4:18). Hanya yang berbeda dalam surat Galatia adalah tambahan sapaan “saudara-saudara” (Yun. adelphoi) yang menyoroti perasaan kasih sayangnya bagi jemaat Galatia yang baru saja bertobat bahkan di tengah-tengah nada suratnya yang keras dan tegas dan tambahan kata amin yang tidak pernah muncul dalam rumusan berkat penutup dalam surat-suratnya yang lain. Dengan kata amin, Paulus berharap bahwa ketika mendengarkan suratnya dibacakan secara lantang dalam liturgi gereja, jemaat Galatia akan sama-sama berseru amin yang artinya setuju pada apa yang telah dikatakannya dalam suratnya.

Amanat 
Kita semua tentu saja memiliki banyak alasan untuk bisa berbangga dengan diri dan dengan apa yang telah kita lakukan. Jika kita sungguh-sungguh melihat diri pasti ada sesuatu yang masih bisa dibanggakan dan masih ada orang yang bangga pada diri kita dengan segala keterbatasan yang ada selama kita melakukan hal-hal yang baik. Tidak peduli apakah kita lemah, tidak pandai, tidak cantik atau ganteng, tidak kaya, dan bahkan cacat, kita semua pasti ada sesuatu yang masih bisa dibanggakan. Namun, alasan-alasan untuk berbangga itu tidak dimaksudkan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk membesarkan hati, menguatkan diri, mensyukuri karunia Allah. Alasan untuk berbangga semacam ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk ungkapan lain dari rasa terima kasih dan syukur atas anugerah Allah. 

Dalam bacaan hari kita menemukan satu-satunya alasan bagi Paulus untuk berbangga. Ia bermegah atau berbangga hanya dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus. “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal. 6:14). Bagi Paulus, satu-satunya alasan yang sah bagi seorang kristiani untuk berbangga atau bermegah diri adalah “dalam Tuhan”; “di dalam Yesus Kristus.” Ia tidak mempunyai alasan untuk berbangga dengan apa yang telah diperbuat atau dicapainya sebab ia dibenarkan dan diselamatkan karena rahmat melalui penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Maka, apa yang telah dicapai atau dilakukan oleh manusia tidak lagi dapat menjadi alasan bermegah. “Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan azas apa? Berdasarkan azas perbuatankah? Bukan, melainkan berdasarkan azas iman! Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat” (Rm. 3:27-28). “Sebab karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9). 

*Pertanyaan Pendalaman* 
1. Siapa yang menyebabkan munculnya krisis di sejumlah komunitas kristiani di Galatia Selatan? 

2. Bagaimana Paulus menanggapinya? 

3. Mengapa Paulus hanya mau bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus? 

4. “Tanda-tanda milik Yesus” yang mana yang ada pada diri Paulus? 

5. Bagaimana kita dapat meneladani Paulus yang “bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus?”  
23 Apr – Hari Biasa Pekan IV Paskah- (Kis. 11:19-26; Yoh. 10:22-30) 

 Teks Kitab Suci
22 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin.23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo.24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."25 Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku,26 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.30 Aku dan Bapa adalah satu."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Anthiokus IV Epifanes adalah raja Syria yang menyerang kota Yerusalem dan membunuh sekitar 80.000 penduduk Yahudi. Orang-orang Yahudi lainnya dijual sebagai budak dan harta benda Bait Allah dirampasnya. Halaman Bait Allah dinajiskan, ruangan kudus dijadikan tempat pelacuran, dan mezbah kurban bakaran digantikan mezbah Zeus dengan kurban bakaran daging babi. Karena itu bangkitlah pemberontakan Yudas Makabe cs. yang berhasil merebut kembali Bait Allah itu dan menyucikannya. Setiap tgl. 25 Kislew dirayakan Hanukah, Hari Raya Terang, hari peringatan akan penahbisan Bait Allah. Pada hari raya Hanukah itu Yesus berada di serambi Bait Allah dan orang-orang Yahudi bertanya: “Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Pertanyaan itu muncul dari sekelompok orang yang ingin menjadikan jawaban-Nya sebagai perangkap untuk menjerat-Nya. Mereka mau membelokkan jawaban-Nya sebagai dasar tuduhan penghojatan terhadap Allah atau pemberontakan terhadap pemerintah Romawi. Dengan itu Yesus dapat dibawa ke pengadilan Mahkamah Agama atau gubernur Romawi. Namun Yesus tahu bahwa ada juga sekelompok orang yang sungguh-sungguh mau mengetahui dan mengikuti-Nya. Karena itu Ia menjadikan pertanyaan itu sebagai batu loncatan untuk membedakan orang yang percaya dan orang yang tidak percaya. 

Orang-orang yang percaya kepada Yesus ibarat domba-domba yang mendengarkan suara-Nya dan mengikuti-Nya. 

Mengapa kita kadang masih cenderung mengikuti kemauan kita sendiri? Yesus telah menunjukkan bahwa menjadi pengikut-Nya berarti harus mendengarkan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Apa mau kita sekarang?

Senin, April 22, 2013

22 Apr – Hari Biasa Pekan IV Paskah- (Kis. 11:1-18; Yoh. 10:1-10) 

 Teks Kitab Suci
1 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap

Di kampung-kampung ada kandang domba tempat semua kawanan domba dikumpulkan pada waktu malam. Tetapi pada musim panas, kawanan domba itu ditinggalkan di bukit-bukit dalam kandang yang bertembok. Kandang itu hanya memiliki satu lubang sebagai pintunya. Malam hari gembala membaringkan dirinya pada pintu itu, sehingga tidak ada domba yang bisa keluar masuk. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa gembala itu adalah pintunya. Yesus berkata: “Sesungguhnya Akulah pintu... .” Artinya, hanya melalui Dia saja orang bisa masuk ke hadirat Allah. Yesus membukakan bagi kita jalan kepada Allah. Sebab sebelum kedatangan-Nya, orang hanya dapat berpikir tentang Allah; dengan kedatangan-Nya, orang dimungkinkan masuk ke hadirat Allah. Yesus adalah pintu kepada Allah, sehingga “barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan akan menemukan padang rumput.” Yang datang sebelum Yesus datang adalah pencuri dan perampok. Para perampok itu bukan para nabi, tetapi orang-orang yang mengklaim sebagai utusan Allah dan menjanjikan zaman keemasan lewat peperangan. 

Jalan Yesus adalah jalan kasih, perdamaian dan kehidupan. Untuk itulah Ia datang, supaya “mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” 

Mengapa kita kadang masih mencari-cari jalan untuk bertemu dengan Allah? Yesus telah menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya jalan kepada Allah Bapa. Apa mau kita sekarang?

Minggu, April 21, 2013

21 Apr – HARI MINGGU PASKAH IV- (Kis. 13:14,43-52; Yoh. 10:27-30) 

Teks Kitab Suci 
27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.30 Aku dan Bapa adalah satu."

Renungan oleh 
Romo Surip, OFMCap 
Yesus mengibaratkan diri-Nya dengan seorang gembala. Dengan demikian orang-orang yang percaya kepada-Nya diibaratkan domba-domba milik-Nya. Bagaikan domba-domba yang mendengarkan dan mengikuti gembalanya, demikian halnya orang-orang percaya itu mendengarkan Yesus dan mengikuti-Nya. Mereka mengenal Yesus dan Yesus mengenal mereka, sehingga antarmereka terjalin persekutuan erat. Mereka menaati ajaran-ajaran Yesus dan menjadi pengikuti-pengikut-Nya yang setia. 

Orang-orang yang percaya itu akan beroleh hidup dan tidak binasa, karena Yesus memberikan jaminan hidup kekal kepada mereka. Mereka juga aman sejahtera dan bahagia, karena tak seorangpun akan merebut mereka dari tangan Yesus.

Mengapa kita kadang masih mengandalkan kekuatan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati? Yesus telah menunjukkan bahwa dalam diri-Nya saja ada jaminan kesejahteraan dan kehidupan kekal. Apa mau kita sekarang?

Jumat, April 12, 2013

New Book! 
Penyembuhan melalui Sabda dan Ekaristi
P. Salvator Towary, SVD 
















Editor: Fulgensius Surianto 
Desainer: Gordianus Patut 

Nihil Obstat: Rm. Yustus Ati Bere, Pr 
(Atambua, 19 April 2010) 
Imprimatur: P. Yustus Asa, SVD. Vikjen Keuskupan Atambua 
(Atambua, 21 April 2010) 

Cet. Februari. 2013, 106 x 155 mm, -126 hlm, Fidei 
Harga Rp 20.000,- Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi Doa 

ISBN: 978-602-8670-75-3 

Buku ini menjelaskan kepada kita cara dan metode membaca, mendengarkan, dan merenungkan Sabda Tuhan yang bisa mendatangkan kesembuhan bagi kita. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Penyembuhan Melalui Devosi Kerahiman Ilahi 
P. Salvator Towary, SVD 

















Nihil Obstat: Rm. Yustus Ati Bere, Pr 
(Atambua, Minggu Palma 2012) 
Imprimatur: P. Yustus Asa, SVD. Vikjen Keuskupan Atambua 
(Atambua, Minggu Kerahiman Ilahi 2012) 

Cet. Februari. 2013, 106 x 155 mm, -195 hlm, Fidei 
Harga Rp 23.000,- Harga Member Rp. 20.700,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi Doa 

ISBN: 978-602-8670-75-3 

Buku ini menyediakan doa-doa penyembuhan berkekuatan dahsyat. Doa-doa ini dijiwai pleh Roh Kristus yang tersalib yang mengalirkan darah dan air dari lambung-Nya demi kesembuhan dan pemulihan jiwa dan raga kita. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Pedoman Berliturgi Lingkaran Natal dan Paskah 
Komisi Liturgi Regio Jawa Plus 

















Cet. II. 2013, 125 x 190 mm, -80 hlm, Kanisius 
Harga Rp 19.000,- Harga Member Rp. 17.100,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi Doa 

ISBN: 978-979-21-3290-8 

Buku pedoman ini pertama-tama bertujuan pastoral, yakni member pegangan dan membantu umat, para pemimpin dan petugas liturgy untuk lebih memahami dan menghayati makna misteri perayaan Natal dan Paskah. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id

Kamis, April 11, 2013

New Book! 
Kuraih SURGA 
Felix Supranto SS. CC 


















Nihil Obstat: Bosco da Cunha O. Carm. Sekretaris Komisi Liturgi KWI
(Jakarta, 7 Februari 2013)
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Pr. Vikjen Keuskupan Agung Jakarta 
(Jakarta, 10 Februari 2013)

Cet. I. Mar. 2013, 110 x 173 mm, -134 hlm, OBOR
Harga Rp 25.000,- Harga Member Rp. 22.500,- (disc 10%)
Kategori : Rohani

ISBN: 978-979-565-656-5 

Buku ini menyajikan pengetahuan iman seputar masa-masa dalam Liturgi Gereja dan sekaligus menawarkan kegiatan-kegiatan dan doa untuk menghidupinya. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Kisah Kasih (Kumpulan Khotbah Harian) 
Y.B. Prasetyantha, MSF 

















Desain sampul: Sungging 
Desain Isi : Iman 

Cet. I. 2013, 125 x 190 mm, -90 hlm, Kanisius 
Harga Rp 25.000,- Harga Member Rp. 22.500,- (disc 10%) 
Kategori : Rohani 

ISBN: 978-979-21-3521-3 

Dengan membaca buku ini, Anda akan memahami bagaimana Allah memandang setiap orang, entah laki-laki entah perempuan, sebagai pribadi yang pantas dihormati dan dicintai serta memanggil mereka untuk menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
JIWAKU Memuliakan Tuhan (Berdoa bersama Maria) 
A. Mintara Sufiyanta SJ 

















Nihil Obstat: Bosco da Cunha O. Carm. Sekretaris Komisi Liturgi KWI 
(Jakarta, 4 Februari 2013) 
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Pr. Vikjen Keuskupan Agung Jakarta 
(Jakarta, 10 Februari 2013) 

Cet. I. Mar. 2013, 110 x 173 mm, -90 hlm, OBOR 
Harga Rp 17.000,- Harga Member Rp. 15.300,- (disc 10%) 
Kategori : Rohani 

ISBN: 978-979-565-656-2 

Buku doa praktis yang membantu Anda untuk merasakan kehadiran Allah bersama Bunda Maria. Berisikan tujuh renungan dan memuat langkah-langkah praktis dalam melakukan meditasi, renungan, mawas diri, permohonan, percakapan batin, refleksi dan sebagainya. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati 
(Bersama Mgr. Ignatius Suharyo) 

















Editor: E. Martasudjita, Pr 
Desain Sampul: Sungging 
Desain Isi : Damar 

Cet. V. 2013, 153 x 225 mm, -240 hlm, Kanisius 
Harga Rp 50.000,- Harga Member Rp. 45.000,- (disc 10%) 
Kategori : Rohani 

ISBN: 978-979-21-2515-3 

Buku ini merupakan persembahan dari para pengajar di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma kepada Mgr. I. Suharyo yang telah member warna pelayanan yang rendah hati bagi Gereja KAS dan Gereja Indonesia. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Aneka Homili Peringatan Arwah
Y. Warsito, Pr 


















Desain Sampul: Sungging 

Nihil Obstat: Rm. M. Purwatma, Pr 
(Yogyakarta, 21 Februari 2012) 
 Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr Vikjen KAS 
(Semarang, 27 Februari 2012) 

Cet. II. 2012, 125 x 190 mm, -79 hlm, Kanisius 
Harga Rp 17.000,- Harga Member Rp. 15.300,- (disc 10%) 
Kategori : Liturgi Doa 

ISBN: 978-979-21-3280-9 

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada 
Allah, percayalah juga kepada-Ku. 
Dirumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. 
Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya 
kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk 
menyediakan tempat bagimu.” 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
 Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 -56173345
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id
New Book! 
Akhir Zaman (Kata-kata Masyal Bermoral) 
Surip Stanislaus, OFMCap 

















Editor: : Eny 
Desain sampul dan Isi: Iman 

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr 
(Yogyakarta, 8 Januari 2013) 
Imprimatur: Rm. F.X. Sukendar Wignyosumarta, Pr Vikjen KAS 
(Semarang, 14 Januari 2013) 

Cet. I. 2013, 125 x 190 mm, -136 hlm, Kanisius 
Harga Rp 25.000,- Harga Member Rp. 22.500,- (disc 10%) 
Kategori : Kitab Suci 

ISBN: 978-979-21-3469-8 

 “Berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu 
bilamanakah waktunya tiba” 
(Mrk. 13:33) 

Buku seri FIRMAN HIDUP ini mau menyajikan bacaan ringan bagi yang lapar dan haus akan firman-Nya. 

© 

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247 
Fax : 021 – 83795929 
SMS Center : 021 - 56173345 
Daftar menjadi Member : lembagabiblikaindonesia@yahoo.co.id