Rabu, November 30, 2011

ORANG KAYA YANG MENGAMBIL DOMBA ORANG MISKIN
(Bagian 1)
Jarot Hadianto

“Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.”
(2Sam. 12:6)

Nabi Natan marah besar. Daud, raja pilihan TUHAN yang dibanjiri banyak karunia dan tengah menikmati masa kejayaannya, telah melakukan dosa besar yang sekaligus memalukan. Bukan hanya berzina, Raja Daud juga menjadi aktor intelektual sebuah tindak pembunuhan! Pangkal masalahnya tidak salah lagi terletak pada nafsu serakah yang tak mampu dikendalikan oleh sang raja. Padahal jika dipikir-pikir, apa lagi yang kurang baginya, apa lagi yang tidak dimilikinya? Boleh dibilang hal-hal terbaik yang ada di dunia ini – berupa popularitas, pangkat, kekuasaan, juga kekayaan – sudah erat tergenggam di tangan Daud. Bagaimana dengan istri? Istri pada masa itu dipandang sebagai hak milik suami. Semakin banyak seorang laki-laki memiliki istri (dan perempuan simpanan), semakin tinggi derajatnya di mata masyarakat. Kalau soal itu, Daud boleh bangga karena istrinya cukup banyak (lih. 2Sam. 3:2-5 dan 12:8), lebih dari enam! Jika itu masih kurang, tidak masalah. Kalau mau – dan kalau kuat – seribu perempuan sekalipun boleh diperistri olehnya. Jadi mengapa ia mesti mengambil istri orang? Dan tentang pembunuhan, astaga, betapa jahatnya Daud ini. Ia merancang kematian Uria, suami Batsyeba, hanya agar aibnya dengan istri orang itu tidak diketahui orang banyak. Yang menyakitkan, Uria adalah abdi Daud yang senantiasa menunjukkan kesetiaan dan dedikasi yang tinggi.

Uria akhirnya tewas, Batsyeba yang mengandung lalu diambil Daud menjadi istrinya. Bagi Daud perkara selesai. Ia lega karena orang lain tidak tahu terjadinya skandal besar (sebenarnya diperkirakan skandal itu diketahui banyak orang, tapi karena yang melakukan raja, mereka diam saja). Namun, kejahatan tak bisa bersembunyi di hadapan Yang Mahatahu. Kejahatan Daud terendus oleh Natan, dan sang nabi tak hendak membiarkan kejahatan itu berlalu begitu saja tanpa hukuman. Natan adalah nabi yang dianugerahi kecerdikan luar biasa, tak ubahnya seorang politikus yang licin dan selalu banyak akalnya. Ia nekat mempertaruhkan nyawanya dengan menghadap raja dan menyajikan sebuah cerita yang dimaksudkan untuk menjebak Daud, penguasa Israel yang tertinggi.

Kisah terlarang Daud dan Batsyeba
Boleh saja Daud dulu mati-matian berusaha menyembunyikan dosa dan kejahatannya, tapi sekarang ini tidak ada yang tidak tahu tindakan buruk apa yang telah dilakukannya. Sampai-sampai kalau orang diminta melengkapi ungkapan “Daud dan ...”, hampir bisa dipastikan bahwa hanya ada dua kemungkinan jawaban yang muncul, yaitu “Daud dan Goliat” atau “Daud dan Batsyeba”. Yang satu melambangkan kejayaan Daud dan imannya yang berkobar-kobar kepada TUHAN, yang lain menggambarkan kejatuhan sang raja dalam kubangan dosa. Bagaimana Daud dan Batsyeba dapat menjadi pasangan sedangkan Batsyeba sudah menjadi istri Uria, Anda tentu sudah tahu kisahnya.

Silakan membaca cerita selengkapnya di 2Sam. 11:1-27. Kisah asmara Daud dan Batsyeba berlatar belakang perang antara Israel dan bani Amon. Latar belakang yang sungguh efektif, sebab perang melawan bani Amon ini dengan gamblang menampilkan Daud sebagai sosok penguasa yang gemar memanfaatkan kekuasaan demi keuntungan dirinya sendiri. Pada masa perang, Raja Daud dengan santai berjalan-jalan di istananya yang asri; sementara prajuritnya berperang, sang raja malah berzina dengan istri sang prajurit; Uria menolak bersenang-senang dengan istrinya karena ingat akan rekan-rekannya di medan perang, Daud persis bertingkah sebaliknya; dan tragisnya, lewat perang pula Daud merancang kematian Uria.

Suatu senja Daud berjalan-jalan di atas sotoh istana untuk menghirup udara segar. Beruntung baginya, selain udara segar ia juga mendapatkan “kesegaran” yang lain. Dari situ ia melihat seorang perempuan cantik yang sedang mandi. Nafsunya seketika bangkit, dan tak dapat dicegah lagi sang raja menginginkan perempuan itu. Daud tidak tahu siapa si perempuan, sampai orang memberitahukan kepadanya bahwa dia itu “Batsyeba binti Eliam, istri Uria orang Het itu”. Yang ditekankan dalam pemberitahuan ini adalah ungkapan “istri Uria”. Batsyeba telah menjadi hak milik Uria, orang lain tidak boleh mengusiknya lagi. Kabar itu semestinya menghentikan usaha Daud. Kalau mau, silakan cari perempuan lain yang masih bebas. Tapi nyatanya tidak. Daud merasa dirinya raja yang semua keinginannya harus dituruti. Ia menyuruh orang menyelidiki identitas sang perempuan idaman; ia juga menyuruh orang mengambil dia. Dengan itu rupanya Daud hendak diperlihatkan sebagai penguasa yang lupa daratan, raja yang memanfaatkan kekuasaannya dengan sewenang-wenang. Ya, dalam kisah Daud dan Batsyeba kita tidak akan menemukan rasa cinta, perhatian, dan kasih sayang. Yang bertaburan di sini tidak lebih dari nafsu seksual, keserakahan, kerakusan, tindak kekerasan, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Bagaimana dengan Batsyeba sendiri? Dalam film-film tentang Daud dan Batsyeba (para produser tahu bahwa kisah yang sensasional ini pasti laku dijual), sosok Batsyeba sering kali didramatisir dan dibelokkan habis-habisan. Film David and Bathsheba (Twentieth Century Fox, 1951) misalnya. Di situ Batsyeba dikisahkan sudah mengetahui kebiasaan Daud yang suka berjalan-jalan di atas rumah ketika senja hari tiba. Maka, ia sengaja mandi sore itu dalam rangka menarik perhatian sang raja karena “tidak ada cinta dalam pernikahannya dengan Uria”. Apalagi sepanjang 7 bulan ia menjadi istri Uria, cuma 6 hari ia bertemu dengan sang suami. Selebihnya Uria pergi ke medan perang, meninggalkan Batsyeba dalam sepi. Dalam film King David (Paramount Pictures, 1985), Batsyeba semakin asyik mandi setelah tahu dirinya diintip Raja Daud, yang dimainkan oleh Richard Gere. Sesaat mereka bahkan sempat bertemu pandang, dan istri Uria itu sama sekali tak merasa terganggu. Ketika berhadapan dengan sang raja, Batsyeba mengeluhkan tingkah laku Uria yang sering melakukan tindak KdRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) dalam 5 tahun usia pernikahan mereka. Secara tersirat Batsyeba juga menganjurkan Daud untuk menyingkirkan Uria kalau ingin memilikinya.

Gambaran tentang Batsyeba dalam film-film tersebut hendaknya jangan terlalu dipercaya, sebab sama sekali tidak sejalan dengan yang digambarkan oleh 2Sam. 11. Dalam perikop ini, sosok Batsyeba bahkan sebenarnya kurang diberi perhatian. Penyusun kisah ini tidak berminat menyajikan detail apakah Batsyeba “menikmati” kisah asmaranya dengan Daud; apakah Uria menyadari bahwa Daud bersikap aneh kepadanya; juga pernahkah Uria mendengar bisik-bisik di istana tentang hubungan terlarang antara Daud dengan istrinya. Detail-detail yang sebagian berbau romantis itu diabaikan oleh penyusun yang mau memanfaatkan kisah ini sebagai bahan pengajaran. Karena itu, ia sepenuhnya berfokus pada diri Daud yang melupakan panggilannya sebagai hamba Allah dengan memilih jalan yang salah. Di tangan Raja Daud, sosok Batsyeba, Uria, dan bahkan panglima perang Yoab tak lebih merupakan bidak-bidak catur yang digerakkan ke sana kemari sesuai keinginan hatinya.

Satu kali saja Batsyeba dikisahkan berbicara. Kalimat yang dilontarkannya pendek, namun berjuta maknanya. Melalui orang lain, sebuah kabar buruk disampaikan Batsyeba kepada sang raja: “Aku mengandung.” Seketika itu juga dunia Daud langsung berubah. Diperkirakan, sang raja mula-mula menginginkan Batsyeba hanya demi kepuasan nafsunya saja; mengawini perempuan itu sama sekali tak terlintas dalam pikirannya. Tapi sekarang Batsyeba hamil. Jika Daud tidak segera bertindak, kasus itu akan tersebar luas, ia pun akan dipermalukan. Dan, hukuman apa yang tersedia bagi tindakan zina? “Bila seorang laki-laki berzina dengan istri orang lain, yakni berzina dengan istri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzina itu” (Im. 20:10).

Daud harus bertindak cepat. Ia pun merancang pertemuan antara Uria dan Batsyeba, agar anak yang ada di dalam perut Batsyeba nantinya disangka anak Uria. Tapi usaha itu gagal. Uria yang punya dedikasi tinggi menolak bercinta-cintaan dengan istrinya sementara rekan-rekannya sedang bertaruh nyawa di medan perang (2Sam. 11:11). Jika ungkapan itu dimaksudkan untuk menyindir Daud, sang raja tampaknya sudah terlalu gelap mata untuk menyadarinya. Perkataan Uria tak membuat Daud terkesan, ia malah kemudian merancang bencana bagi prajuritnya yang setia itu. Kepada Yoab, raja telah menandatangani surat kematian Uria: “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati” (2Sam. 11:15). Dan, Uria pun tewas...***(bersambung)

Jumat, November 18, 2011










Ibadat Pelayanan Orang Sakit & Meninggal New Book!
Frans Sugiyono
Komisi Liturgi Keuskupan Agung Palembang

Nihil Obstat: E. Martasudjita, Pr
(Yogyakarta, 2 September 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 9 September 2011)
Cet. 1. 2011, 124 x 190 mm, 145hlm, KANISIUS
Harga Rp 24.000,-
Harga Member Rp. 21.600,- (disc 10%)
Kategori: Liturgi-Doa

ISBN 978-979-21-2914-4

“Hai Anak,
Aku Berkata Kepadamu,
Bangunlah”

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Rabu, November 16, 2011










Jalan Menuju Kehidupan New Book!
Gerry Pierse CSsR

Nihil Obstat: Martin Harun OFM
(Jakarta, 6 Oktober 2011)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 7 Oktober 2011)
Cet. 1. 2011, 140 x 210 mm, 252hlm, OBOR
Harga Rp 45.000,-
Harga Member Rp. 40.500,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-565-600-5

Ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan buku ini adalah “undangan untuk hidup dalam kepenuhan”. Melalui kisah-kisah nyata dalam buku ini, penulis berusaha untuk melihat keterkaitan antara meditasi, bacaan Kitab Suci dan kehidupan kita sehari-hari.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









The Essential Mary Handbook New Book!
Publikasi Redemptoris

Nihil Obstat: Bosco da Cunha, O. Carm., Sekretaris Komisi Liturgi KWI
(Jakarta, 4 Mei 2009)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 10 April 2011)
Cet. 1. 2011, 111 x 200 mm, 175hlm, OBOR
Harga Rp 45.000,-
Harga Member Rp. 40.500,- (disc 10%)
Kategori: Rohani

ISBN 978-979-565-596-1

Buku Pegangan Pokok dan Lengkap Tentang Maria (Intisari Ajaran, Kepercayaan, Doa dan Devosi).

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Rahasia Rosario New Book!
Santo Louis De Montfort

Imprimatur: M. Soenarwidjaja, Sj., Vikjen KAJ
(Jakarta, 3 Juli 1993 (Pesta Santo Thomas Rasul))
Cet. 1. 1993, 130 x 200 mm, 175hlm, OBOR
Harga Rp 30.000,-
Harga Member Rp. 27.000,- (disc 10%)
Kategori: Rohani

ISBN 978-979-565-597-8

Buku ini memuat segala sesuatu tentang Rosario Suci, tentang isi, bentuk dan kekayaan rohaninya, tentang ajaran yang penting untuk dimengerti dan dihayati.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Memaknai Perayan Liturgi (Sepanjang Satu Tahun) New Book!
Bosco da Cunha, O. Carm

Nihil Obstat: Dominikus Bagus Kusumawanta Pr
(Jakarta, 12 September 2011)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 15 September 2011)
Cet. 1. 2011, 139 x 210 mm, 158hlm, OBOR
Harga Rp 30.000,-
Harga Member Rp. 27.000,- (disc 10%)
Kategori: Liturgi-Doa

ISBN 978-979-565-573-2

Buku ini sangat bermanfaat bagi para petugas Liturgi, rohaniwan, biarawan-biarawati, dan umat beriman sekalian untuk mengerti dan menghayati dengan benar setiap misteri yang dirayakan, baik dalam Perayaan Liturgi Masa Biasa maupun Masa Khusus (Prapaskah, Paskah, Adven, Natal) serta Hari Minggu dan Hari Raya. Halaman-halaman dalam buku ini mengungkapkan secara lebih luas akan kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalam perayaan-perayaan suci sepanjang satu tahun dan membantu Anda memahami sejarah, makna, dan buah-buah rohani dari masing-masing perayan Liturgi yang dirayakan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Devosi Hati Kudus Yesus, Jalan Salib, Litani (Sejarah, Makna, Manfaat, dan Bahayanya) New Book!
YB. Haryono, MSF

Nihil Obstat: Bosco da Cunha, O. Carm., Sekretaris Komisi Liturgi KWI
(Jakarta, 23 Juni 2009)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 16 Juli 2010)
Cet. 1. 2011, 109 x 175 mm, 185hlm, OBOR
Harga Rp 27.000,-
Harga Member Rp. 24.300,- (disc 10%)
Kategori: Rohani
ISBN 978-979-565-595-4

Seri Devosi Umat Katolik-3. Seri Devosi Umat Katolik ini lahir dari keprihatinan umat atas maraknya aneka devosi yang dijalankan secara pribadi maupun komunitas. Buku ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan sekaligus keraguan-keraguan dalam diri umat seputar pendasaran biblisteologis, sejarah, makna, manfaat dan bahaya dari devosi-devosi yang bertumbuh-kembang di tengah umat.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Rosario, Angelus, Devosi Bulan Mei dan Oktober, Skapulir (Sejarah, Makna, Manfaat, dan Bahayanya) New Book!
YB. Haryono, MSF

Nihil Obstat: Bosco da Cunha, O. Carm., Sekretaris Komisi Liturgi KWI
(Jakarta, 23 Juni 2009)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 16 Juli 2010)
Cet. 1. 2011, 109 x 175 mm, 205hlm, OBOR
Harga Rp 30.000,-
Harga Member Rp. 27.000,- (disc 10%)
Kategori: Rohani

ISBN 978-979-565-594-7

Seri Devosi Umat Katolik-2. Seri Devosi Umat Katolik ini lahir dari keprihatinan umat atas maraknya aneka devosi yang dijalankan secara pribadi maupun komunitas. Buku ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan sekaligus keraguan-keraguan dalam diri umat seputar pendasaran biblisteologis, sejarah, makna, manfaat dan bahaya dari devosi-devosi yang bertumbuh-kembang di tengah umat.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Devosi-Devosi Umat (Sejarah, Makna, Manfaat, dan Bahayanya) New Book!
YB. Haryono, MSF

Nihil Obstat: Bosco da Cunha, O. Carm., Sekretaris Komisi Liturgi KWI
(Jakarta, 23 Juni 2009)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 16 Juli 2010)
Cet. 1. 2011, 109 x 175 mm, 153hlm, OBOR
Harga Rp 25.000,-
Harga Member Rp. 22.500,- (disc 10%)
Kategori: Rohani

ISBN 978-979-565-593-0

Seri Devosi Umat Katolik-1. Seri Devosi Umat Katolik ini lahir dari keprihatinan umat atas maraknya aneka devosi yang dijalankan secara pribadi maupun komunitas. Buku ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan sekaligus keraguan-keraguan dalam diri umat seputar pendasaran biblisteologis, sejarah, makna, manfaat dan bahaya dari devosi-devosi yang bertumbuh-kembang di tengah umat.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Benih Firman New Book!
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr

Nihil Obstat: Antonius Denny Firmanto, Pr
(Malang, 7 September 2011)
Imprimatur: Yohanes Subagyo, Pr., Vikjen KAJ
(Jakarta, 15 September 2011)
Cet. 1. 2011, 111 x 175 mm, 187hlm, OBOR
Harga Rp 28.000,-
Harga Member Rp. 25.200,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-565-599-2

Sebuah buku katekese praktis yang cocok digunakan untuk pendalaman iman baik secara pribadi maupun kelompok, entah di lingkungan ataupun aneka kelompok kategorial.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org

Kamis, November 10, 2011










YOHANES “Firman Menjadi Manusia” New Book!
St. Eko Riyadi, Pr

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr
(Yogyakarta, 9 Agustus 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 16 Agustus 2011)
Cet. 1. 2011, 135 x 200 mm, 470hlm, KANISIUS
Harga Rp 70.000,-
Harga Member Rp. 63.000,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-21-2655-6

Sabda Tuhan tidak lagi ada di pinggiran hidup jemaat beriman, tetapi sudah menjadi bagian sentral kehidupan iman. Dengan Seri Tafsir Empat Injil, kita diajak untuk semakin akrab dengan Kitab Suci dan mencintai Sabda Tuhan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










LUKAS “Sunguh, Orang ini adalah Orang Benar!” New Book!
St. Eko Riyadi, Pr

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr
(Yogyakarta, 9 Agustus 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 16 Agustus 2011)
Cet. 1. 2011, 135 x 200 mm, 288hlm, KANISIUS
Harga Rp 42.000,-
Harga Member Rp. 37.800,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-21-2653-2

Sabda Tuhan tidak lagi ada di pinggiran hidup jemaat beriman, tetapi sudah menjadi bagian sentral kehidupan iman. Dengan Seri Tafsir Empat Injil, kita diajak untuk semakin akrab dengan Kitab Suci dan mencintai Sabda Tuhan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









MARKUS “Engkau adalah Mesias!” New Book!
St. Eko Riyadi, Pr

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr
(Yogyakarta, 9 Agustus 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 16 Agustus 2011)
Cet. 1. 2011, 135 x 200 mm, 250hlm, KANISIUS
Harga Rp 37.000,-
Harga Member Rp. 33.300,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-21-2484-2

Sabda Tuhan tidak lagi ada di pinggiran hidup jemaat beriman, tetapi sudah menjadi bagian sentral kehidupan iman. Dengan Seri Tafsir Empat Injil, kita diajak untuk semakin akrab dengan Kitab Suci dan mencintai Sabda Tuhan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











MATIUS “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!” New Book!
St. Eko Riyadi, Pr

Nihil Obstat: V. Indra Sanjaya, Pr
(Yogyakarta, 9 Agustus 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 16 Agustus 2011)
Cet. 1. 2011, 135 x 200 mm, 261hlm, KANISIUS
Harga Rp 38.000,-
Harga Member Rp. 34.200,- (disc 10%)
Kategori: Kitab Suci

ISBN 978-979-21-2654-9

Sabda Tuhan tidak lagi ada di pinggiran hidup jemaat beriman, tetapi sudah menjadi bagian sentral kehidupan iman. Dengan Seri Tafsir Empat Injil, kita diajak untuk semakin akrab dengan Kitab Suci dan mencintai Sabda Tuhan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










DOA HARIAN Calon Penerima Komuni Pertama New Book!
Marcus Leonhard Supama

Nihil Obstat: E. Martasudjita, Pr
(Yogyakarta, 25 Mei 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 31 Mei 2011)
Cet. 1. 2011, 124 x 189 mm, 144hlm, KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori: Rohani

ISBN 978-979-21-3116-1

Calon penerima komuni pertama hendaknya memahamidengan tepat makna komuni agar pantas dalam menyambut komuni. Salah satu merasukbatinkan materi pertemuan adalah dengan mengingat intisari materi pertemuan dan melalui doa-doa harian. Buku ini berisi intisari pertemuan yang dapat dibaca dan diingat dan berisi doa-doa yang dapat dipanjatkan. Semua itu dalam rangka menanamkan dalam hati makna komuni.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org

Selasa, November 08, 2011


SIKAP TERHADAP PENDERITAAN: Surat 1 Petrus
Alfons Jehadut

Sepanjang sejarah kekristenan surat ini dipuji banyak orang. Martin Luther, misalnya, berkata bahwa surat ini mengajarkan segala sesuatu diperlukan untuk memperoleh keselamatan, meski kita tidak pernah mendengar kitab-kitab yang lain. Alasannya, surat ini memberi gambaran yang menarik tentang iman, dosa, kematian, neraka, hidup, kebenaran, dan keselamatan. Uskup Polikarpus dari Smirna juga sangat terinspirasi oleh kata-kata penghiburan, nasihat, dan harapan yang ada di dalamnya.

Meski diterima dan disambut hangat sepanjang sejarah, namun diskusi tentang siapa penulis, pendengar, dan bagaimana situasi jemaat masih menjadi diskusi hangat di antara para ahli tafsir. Di sini diskusi itu akan diperlihatkan sebelum masuk ke dalam penafsiran salah satu perikop intinya.

Penulis surat
Surat ini mengidentifikasi penulisnya sebagai “Petrus, rasul Yesus Kristus” (1:1), “teman penatua dan saksi penderitaan Kristus” (5:1). Tradisi tua menganggap identifikasi ini menunjuk kepada rasul Petrus, pemimpin dua belas rasul, dan saksi penderitaan Kristus. Anggapan ini diperkuat oleh adanya kesejajaran antara apa yang dikatakan dalam 1 Petrus dengan kotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul. Kesejajaran itu terlihat dalam beberapa gagasan seperti Allah tidak memandang muka (1 Ptr 1:17; Kis. 10:34), penyucian hati (1 Ptr. 1:22; Kis. 15:9), saksi mata Kristus (1 Ptr. 5:1; Kis. 1:22; 5:32; 10:39); Allah sebagai hakim atas orang yang hidup dan yang mati (1 Ptr. 4:5; Kis. 10:42).

Namun, sejak studi kritik teks semakin populer beberapa ahli tafsir modern mulai meragukan rasul Petrus sebagai penulisnya. Keraguan itu didasarkan pada fakta berikut ini. Pertama, kualitas bahasa Yunani yang dipakai dalam surat ini sangat bagus.[3] Donald P. Senior, 1 Peter (The Liturgical Press: Collegeville, Minnesota, 2003), 3-7 Tidak mungkin seorang nelayan Galilea yang bahasa ibunya bukan Yunani dan tidak berpendidikan (Kis. 4:13) bisa menulis dengan kualitas bahasa Yunani sangat bagus. Kedua, surat ini mengutip Perjanjian Lama versi terjemahan Yunani (Septuaginta) daripada versi Ibrani. Ketiga, surat ini tidak menyebut sedikitpun kehidupan Yesus dan pengalaman rasul Petrus bersama-Nya. Identifikasi diri Petrus sebagai “saksi penderitaan Kristus” itu bersifat umum dan tidak persis menunjuk pada peristiwa hidup Yesus pada saat-saat terakhir hidup-Nya. Keempat, tidak ada data yang memperlihatkan bahwa Petrus pernah berkenalan dengan komunitas kristiani di Asia Kecil yang menjadi alamat suratnya. Kelima, struktur kepemimpin yang terlihat dalam surat ini mengisyaratkan suatu struktur organisasi yang telah berkembang jauh setelah zaman rasul Petrus meninggal (1Ptr. 5:1-11). Keenam, gagasan teologi surat ini memiliki keserupaan dengan gagasan teologi Paulus.[4] Dua keberatan ini bisa dikesampingkan jika rasul Petrus tidak menulisnya sendiri, tetapi dibantu oleh seorang sekretaris yang pandai bahasa Yunani. Namun, sekretaris dan penerjemah yang berbakat bahasa Yunani itu menulis berdasarkan pesan, persetujuan, dan pengawasan rasul Petrus sendiri. Sekretaris atau penerjemah itu sangat mungkin Silwanus yang dianggapnya sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai (1Ptr. 5:12). Beberapa ungkapan khas Paulus muncul seperti “dalam Kristus” (1Ptr. 3:16; 5:10, 14); dan “melayani” (1Ptr. 1:12; 4:10). Penekanan Paulus pada pentingnya kematian dan kebangkitan Yesus itu juga direfleksikan dengan baik oleh penulis 1 Petrus.

Jika benar surat ini tidak ditulis secara langsung oleh rasul Petrus, lantas siapa yang menulisnya? Kita sebaiknya menempatkannya dalam kategori surat pseudonim. Artinya, surat ini ditulis oleh seorang yang tidak dikenal, tetapi memakai nama rasul Petrus. Sangatlah mungkin penulisnya seorang penatua yang mahir Perjanjian Lama dan tradisi kristiani. Di sini nama rasul Petrus dicantumkan dengan maksud supaya bisa diterima baik oleh komunitasnya. Para ahli modern berhipotesa bahwa surat ini ditulis oleh kelompok murid atau pengagum rasul Petrus di Roma dan dibantu oleh Silwanus dan Markus (1Ptr. 5:12-13) yang bertanggung jawab atas beberapa tema yang terkait dengan pemikiran Paulus.

Sekelompok murid atau pengagum rasul Petrus itu menulis surat dari Babilon (1Ptr. 5:13). Patut dicatat[5] Pheme Perkins, Interpretation First and Second Peter, James, and jude: a Bible Commentary for Teaching and Preaching (John Knox Press, Louisville, 1995), 12.
bahwa kota Babilon pada waktu itu sudah menjadi nama samaran atau ejakan untuk kota Roma. Mereka agaknya menyebut Roma sebagai Babilon karena kemerosotan moralnya. Babilon sudah menjadi simbol untuk segala kejahatan melawan Allah dan hukum-hukum-Nya. Menjelang akhir abad pertama, masyarakat Roma memang tidak terlalu simpatik kepada umat Kristiani. Maka, sangatlah mungkin surat ini ditulis antara tahun 80 dan 90 M.

Alamat Surat
Surat ini dialamatkan kepada para pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia. Kata “pendatang” (Yunani: parepidemo) itu dikatakan “tersebar” (Yunani: diaspora) di daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Mengingat kata diaspora dipakai untuk menunjuk kepada orang Yahudi yang tinggal di antara yang bukan Yahudi, maka kaum pendatang yang tersebar di lima kota di Asia kecil itu sangat mungkin menunjuk kepada orang kristiani Yahudi yang tersebar di luar Palestina.

Surat ini ditujukan kepada orang kristiani Yahudi di daerah diaspora. Hal ini diperkuat oleh banyaknya pemakaian kutipan kitab Perjanjian Lama (1Ptr. 1:16 = bdk. Im.11:44-45; 19:2; 20:7; 1:24= Yes. 40:6-8; 2: 4-10 =bdk. Ul. 32:4, 15, 18, 30-31; Mzm. 18:3, 32, 47;62:3, 7; 2: 22-25=Ul. 21:23; 3:10-12 =Mzm. 34:12-16; 4:18 = Ams. 11:31; 5:5 =Ayb. 32:4); penyebutan tokoh-tokoh Israel yang terkenal seperti Abraham dan Sara (3:6); para nabi (1:10-12); peristiwa penting dalam sejarah Israel seperti Paskah (1:13); Keluaran (1:18-19), pembuangan Babilon (5:13). Hal itu terlihat juga dalam pemakaian istilah yang biasanya diterapkan kepada umat Allah seperti kudus (1:14-16; 3:5), umat pilihan (1:1; 5:13).

Namun, ada sejumlah indikasi lain yang menunjukkan bahwa surat ini dialamatkan juga kepada jemaat kristiani bukan Yahudi. Hal ini termuat dalam sebutan kebodohan mereka sebelum mengenal Allah (1:14) yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib (2:9), sehingga mereka yang sebelumnya bukanlah umat Allah sekarang telah menjadi “umat Allah” (bdk. 2:10).

Maka, kaum pendatang yang tersebar di lima kota di wilayah Asia kecil ini menunjuk kepada jemaat kristiani yang baru saja bertobat, baik yang berlatar belakang Yahudi maupun bukan Yahudi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa Petrus sering mengingatkan mereka pada baptisan yang telah mereka terima (bdk. 1:3, 23; 2:2; 3:21). Sebagai orang-orang yang baru saja bertobat, mereka menghadapi banyak permusuhan dari teman-teman dan sanak keluarga yang tidak beriman kepada Yesus sebagai Tuhan. Permusuhan ini menyebabkan mereka sulit untuk mempertahankan dan memelihara iman mereka.

Alasan surat ditulis
Situasi hidup jemaat yang baru saja bertobat di atas menjadi alasan mengapa seorang yang menyebut dirinya rasul Petrus menulis sebuah surat. Surat ini ditulisnya untuk memperkuat iman jemaat yang baru saja bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan. Ia memulainya dengan mengingatkan kembali harapan jemaat kristiani untuk menerima warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu yang tersimpan di surga. Harapan ini didasarkan pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati (1:3-7). Penderitaan Yesus ditampilkan sebagai sebuah model bagi jemaat yang sedang mengalami permusuhan dan penderitaan. Sebagaimana penderitaan Yesus telah membawa-Nya kepada kemuliaan, demikian pula mereka yang menderita karena iman kepada Yesus Kristus akan mengalami kemuliaan (1:11).

Penulis surat juga menggunakan beberapa gambaran istimewa untuk melukiskan identitas orang kristiani seperti “batu hidup” (2:5), “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri” (2:9). Gambaran ini membantu mereka untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup dalam sebuah dunia yang tidak simpatik dengan penghayatan iman mereka. Dengan melukiskan peraturan rumah tangga yang sudah terkenal pada zamannya, penulis memberi petunjuk bagi orang kristiani tentang bagaimana harus hidup pada zamannya.

Struktur Surat
Meski surat ini tidak memiliki struktur yang jelas, namun kita dapat membacanya dengan menggunakan struktur berikut ini.

 Prolog (1:1-12) memuat identitas penulis, si teralamat, salam pembuka yang biasa digunakan pada zamannya (1:1-2), dan nyanyian pujian dan syukur (1:3-12)

 Tubuh surat (1:13-5:11) memuat empat hal pokok.

 Bagian pertama (1:13-2:10) memuat undangan untuk hidup suci. Undangan ini didasarkan pada kesucian Allah yang telah memanggil mereka (1:13-16) dan darah Kristus yang telah menebus kita dari dosa (1:17-21). Kesucian itu harus dihayati dalam perbuatan kasih (1:22¬-25), dalam upaya untuk bertumbuh dalam hidup kekristenan (2:1-3), dan dalam membangun hidup menggereja (2:4-10).

 Bagian kedua (2:11-3:12) memuat kewajiban orang kristiani dalam hidup bermasyarakat, misalnya kewajiban untuk memberi teladan bagi orang yang tidak beriman (2:11-12); kewajiban warga negara untuk taat kepada penguasa pemerintahan (2:13-17); kewajiban budak-budak untuk taat kepada tuan mereka (2:18-25); kewajiban suami dan isteri dalam hidup berkeluarga (3:1-7); dan kewajiban orang kristiani untuk menghayati persaudaraan yang lebih luas dengan semua orang (3:8-12).

 Bagian ketiga (3:13-4:19) berbicara tentang cara hidup orang kristiani dalam menghadapi penganiayaan dan pencobaan. Ketika mereka menderita secara tidak adil, mereka harus menganggapnya sebagai sebuah berkat (3:3-17), sebab Kristus juga menderita sampai mati sebelum dimuliakan oleh Allah (3:18-22). Orang kristiani harus berhenti berbuat dosa (4:1-6) tetapi berbuat kasih (4:7-11). Bagian ini diakhiri dengan pembicaraan tentang nilai penderitaan karena penganiayaan yang tidak adil (4:12-19).

 Bagian keempat (5:1-11) memuat serangkaian nasihat bagi para penatua untuk menggembalakan kawanan domba dengan suka rela sesuai dengan kehendak Allah (5:1-4) dan bagi semua umat beriman untuk bersikap saling mentaati dan rendah hati (5:5-11).

 Epilog (5:12-14) memuat salam penutup dari jemaat Roma dan rekan-rekan penulis seperti yang lazim juga dalam surat-surat Perjanjian Baru lainnya dan diakhiri dengan berkat penutup.