Jumat, Februari 19, 2010

SURAT-SURAT KEPADA TUJUH GEREJA - Bagian 3

“TEMPAT TAKTHA IBLIS”
Surat kepada Jemaat di Pergamus (Why 2:12-17)


12 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: 13 Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. 14 Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. 15 Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. 16 Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini. 17 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya."

Sapaan bagi si teralamat (ay. 12a)
Seperti dua surat sebelumnya surat ini diawali dengan sapaan bagi si teralamat dan di sini si teralamat disapa sebagai malaikat jemaat di Pergamus. Pergamus merupakan pusat kebudayaan “kafir” yang menarik banyak peziarah untuk datang. Praktek penyembahan berhala marak terjadi, seperti ibadat penyembahan kepada dewa Zeus yang diyakini sebagai penyelamat dan kepada dewa Asclepius yang diyakini sebagai dewa penyembuh. Keberadaan dan kehadiran dewa-dewa itu biasanya disimbolkan dengan ular naga. Mungkin karena itulah Yohanes menyebut kota itu sebagai takhta Iblis (2:13) sebab ular naga melambangkan Iblis (Why 12:9). Cerita mukjizat penyembuhan melalui ibadat kepada dewa-dewa itu telah mengundang banyak peziarah datang baik yang berasal dari lingkungan sekitar maupun yang berasal dari jauh.
Ancaman bagi gereja di Pergamus tidak hanya berasal dari popularitas ibadat penyembahan berhala, tetapi juga berasal dari penyembahan kepada kaisar. Pada tahun 29 SM Pergamus menjadi kota pertama di Asia Kecil yang mendirikan kuil penyembahan kepada kaisar. Mengambil bagian dalam ibadat penyembahan kepada kaisar itu dipandang sebagai ungkapan semangat kebangsaan dan loyalitas politis. Oleh karena itu, menolak untuk menyembah kaisar sama artinya dengan menolak negara dan pemerintah. Penolakan orang-orang kristiani untuk menyembah kaisar itulah yang menyebabkan mereka dianiaya.


Identifikasi diri pemberi perintah (ay. 12b)
Setelah menyapa si teralamat, surat kemudian disusul dengan identifikasi diri Yesus yang memerintah kepada Yohanes untuk menulis surat. Yesus diidentifikasi sebagai, “Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua” (2:12; bdk 1:16; 19:15). Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, identifikasi ini memperlihatkan peran Kristus yang telah dibangkitkan sebagai hakim atas gereja dan dunia.

Pujian dan kritikan (ay. 13-16)
Pada bagian pertama tubuh suratnya (ay. 13), Yohanes memuji jemaat kristiani di Pergamus karena mereka tetap setia kepada Kristus meski mereka berada di lingkungan yang tidak bersahabat dengan iman kristiani. Lingkungan itu dilukiskan sebagai “takhta iblis”, tempat Iblis berdiam. Ungkapan “takhta iblis” mungkin mengacu pada penyembahan kepada kaisar dan penyembahan kepada dewa-dewi yang memiliki pengaruh yang luar biasa di sana.9 Di tengah pengaruh lingkungan semacam ini, mengakui diri sebagai orang kristiani tidaklah mudah. Akan tetapi, tekanan, cemoohan, pengucilan, dan bahkan kemartiran Antipas tidak menggoyahkan iman mereka kepada Kristus. Siapakah Antipas? Terlepas dari apa yang dikatakan di sini kita tidak mengenalnya. Namun, yang pasti bahwa Antipas digambarkan sebagai orang yang setia kepada Kristus sehingga dia mati dibunuh. Kesetiaannya sebagai seorang saksi Kristus telah menyebabkan dia mati sebagai martir. Dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri dia memberikan kesaksian yang paling efektif tentang Tuhan yang diimaninya.
Pada bagian kedua, Yohanes mengeritik jemaat Pergamus (ay. 14-15). Mereka dikritik karena mereka gagal menolak ancaman yang datang dari dalam. Mereka toleran dengan pengajar-pengajar palsu. Beberapa anggota jemaat berpegang pada ajaran “Bileam.” Dalam tradisi Yahudi, Bileam dikenal sebagai nabi yang menyebabkan kemurtadan bagi orang-orang Israel (Bil 31:16). Dialah bertanggung jawab atas perzinahan laki-laki Israel dengan perempuan dari suku Moab (Bil 25:1-5). Yohanes di sini menyebut Bileam sebagai prototipe pengajar palsu yang menyesatkan jemaat kristiani pada awal kekristenan.10 Ajaran Bileam di pandang sebagai prototipe ajaran yang membawa penyesatan atau kemurtadan bagi orang-orang kristiani.
Menyebut Bileam sebagai contoh pengajar palsu mungkin terkait dengan adanya kemiripan antara persoalan di Peor dan di Pergamus. Ajaran Bileam dilukiskan dalam kaitannya dengan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala dan dalam perzinahan yang mengingatkan kita pada perselingkuhan orang-orang Israel dengan perempuan-perempuan Moab (25:1). Mempersembahkan kurban kepada dewa-dewi merupakan suatu praktek yang umum dilakukan. Bagian-bagian tertentu dari hewan kurban digunakan untuk kurban persembahan dan untuk diberikan kepada para imam yang bertugas di kuil-kuil. Bagian-bagian yang lain boleh dijual di pasar atau digunakan untuk perjamuan pesta. Hal itu memunculkan masalah bagi orang-orang kristiani (1Kor 8:1-13; 10:14-33) dan masalah inilah yang juga disapa oleh konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29).
Jemaat Pergamus juga dikritik karena mereka berbuat zinah. Kata “zinah” dalam tradisi Yahudi memiliki makna yang luas. Kata itu tidak hanya dipahami dalam pengertian hubungan seksual yang bertentangan dengan hukum Musa tetapi juga dipahami secara metaforis, yakni ketidaksetiaan kepada Allah dengan menyembah berhala (Yer 2:1-3:9; Yeh 23; Hos 4:10-15). Pengertian metaforis inilah yang mendominasi penggunaan kata “zinah” dalam kitab Wahyu (14:8; 17:2, 4; 18:3, 9; 19:2; bdk 9:21; 21:8; 22:15) dan pengertian itulah yang juga dipakai di sini. Dengan demikian, masalah utamanya adalah partisipasi jemaat kristiani dengan budaya berhala di sekitar mereka. Segala bentuk partisipasi dengan budaya berhala dipandang sebagai batu sandungan bagi orang-orang kristiani dan karena itu harus dihindari.
Kritikan Yohanes itu tidak hanya diarahkan kepada para pengikut ajaran Bileam, tetapi juga kepada para pengikut ajaran Nikolaus. Ajaran Nikolaus tampaknya identik dengan ajaran Bileam. Namun, apa persisnya ajaran mereka tetaplah sebuah hipotesis bagi kita karena Yohanes tidak memberitahukannya secara jelas kepada kita. Sama seperti Bileam, ajaran Nikolaus tampaknya berkaitan dengan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala dan perzinahan.11 Mereka mungkin berpendapat bahwa orang-orang kristiani bebas makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala. Mereka mungkin mengulangi apa yang dikatakan oleh Paulus, “tidak ada berhala di dunia ini” (1Kor 8:4) dan mungkin juga mereka menerapkannya secara lebih jauh dengan mendukung penghayatan kebebasan seksual. Ajaran ini mungkin telah menyebabkan beberapa anggota jemaat bersikap lunak terhadap tradisi religius Yunani-Romawi, baik pesta berhala di kuil-kuil maupun pelanggaran seksual.12
Kritikan kepada para pengikut Bileam dan Nikolaus itu disusul dengan perintah untuk bertobat. Meski hanya dua kelompok yang dikritik, namun perintah untuk bertobat ini ditujukan kepada seluruh anggota jemaat. Perintah ini disusul dengan sebuah ancaman. Jika mereka tidak bertobat, “Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini” (ay 16). Ancaman ini tidak boleh dipahami secara harafiah tetapi secara kiasan. Bahasa kiasan tentang Allah berperang melawan jemaat-Nya dapat juga dilihat dalam Perjanjian Lama (Yer. 21:5; Mzm 17:24; 35, 36). Senjata yang dipakai oleh Allah adalah pedang dari mulut-Nya, yakni sabda Allah itu sendiri. Hubungan antara pedang – sebuah gambaran umum tentang penghakiman (mis Rom 13:4) – dengan mulut mengisyaratkan bahwa Yesus akan menyampaikan kata-kata penghukuman bagi orang-orang yang tidak bertobat.


Panggilan untuk mendengar dan Janji bagi para pemenang (ay. 17)
Permintaan untuk bertobat disusul dengan janji bagi para pemenang. Di sini para pemenang dipahami sebagai orang-orang yang setia pada imannya kepada Yesus meski dipaksa dan diancam dan yang tidak makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala. Kepada mereka yang setia dan yang tidak makan makanan berhala inilah ditampilkan dua janji. Pertama, para pemenang akan diberikan manna yang tersembunyi. Manna adalah makanan yang diberikan secara ajaib oleh Allah kepada orang-orang Israel di padang gurun ketika mereka keluar dari Mesir (Kel. 16:4-36). Allah memerintahkan mereka untuk menyimpan segomer penuh manna dan disimpan di hadapan TUHAN (Kel 16:32-34). Menurut legenda Yahudi, Yeremia menyembunyikan manna dari hadapan orang-orang Babilon yang menaklukkan Yerusalem di dalam tabut perjanjian (2Mak 2:4-7; 4Bar 3:9-18; bdk 2 Bar 6:7-10). Manna yang tersembunyi itu akan menjadi santapan surgawi bagi orang-orang yang tidak menyangkal iman mereka kepada Yesus meski dipaksa dan diancam dan tidak makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala.
Kedua, para pemenang akan diberikan batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru (bdk. Yes 62:2), yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh orang yang menerimanya. Warna batu itu sama dengan warna pakaian yang dijanjikan kepada para pemenang di tempat lain, yakni putih (3:5; bdk 3:4, 18). Warna itu melambangkan kemurnian, kesempurnaan, dan kemenangan Kristus (Why 1:14; 4:4; 6:11; 7:14; 19:14). Di atas batu putih itu tertulis nama Kristus atau Allah yang tidak seorang pun ketahui dan nama itu dilekatkan-Nya pada dahi saksi-saksi iman yang setia (Why 3: 12; 14:1; 19:2). Nama baru itu memberikan perlindungan bagi saksi-saksi yang setia kepada-Nya.13 Dengan demikian, batu putih yang di atasnya tertulis nama Kristus atau Allah itu menjamin keselamatan dan hidup kekal bagi saksi-saksi iman yang setia.


9 P. E. Hughes, The Book of Revelation: A Commentary (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 43-44.
10 Slater, Christ and Community, 125.
11 Krodel, Revelation, 117-118.
12 G.E. Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids: Eerdmans, 1972), 48.
13 Kealy, The Apocalyspse of John, 92.

Tidak ada komentar: