KEYAKINAN IMAN HAMBA ALLAH (YES. 50:5-9a)
Alfons Jehadut
Perikop ini merupakan nyanyian hamba YHWH yang ketiga (Yes. 50:4-9) dari empat nyanyiannya dalam kitab Yesaya. Tiga nyanyian hamba lainnya ditemukan dalam Yes. 42:1-4; 49:1-6; 52:13—53:12). Kata “hamba” tidak muncul di sini, tetapi narrator memakai kata ganti orang pertama tunggal, yakni “aku.” Siapakah yang diidentifikasikan sebagai hamba YHWH? Pertanyaan ini penting didiskusikan sebelum kita melanjutkan diskusi tentang nyanyian hamba YHWH yang ketiga.Para penafsir umumnya memiliki dua pandangan berbeda. 1.Pertama, hamba YHWH diidentifikasikan sebagai orang Israel secara kolektif yang dipilih oleh Allah untuk memperlihatkan kebenaran-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Namun, orang Israel itu gagal menjalankan tugas-Nya. Secara spiritual, mereka buta dan tuli sehingga Allah tidak bisa memenuhi tujuan-Nya melalui diri mereka. Kedua, hamba YHWH diidentifikasikan sebagai seorang individu yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Para penulis kristiani sebelum zaman kritik-biblis modern umumnya menafsirkan nyanyian hamba YHWH sebagai nubuat mesianik tentang seorang yang akan menjadi raja tetapi menderita. Maka, hamba YHWH itu harus diidentifikasikan sebagai seorang yang berbeda dari figur yang digambarkan dalam Perjanjian Lama, tetapi sangat cocok diidentifikasikan dengan kehidupan dan pelayanan Yesus yang menolak untuk tampil sebagai pemimpin politis yang revolusioner seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi.
Pada zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, para rabi Yahudi mengidentifikasikan hamba YHWH dengan Mesias tetapi tidak menderita. Identifikasi ini mengarah kepada beberapa tokoh politis yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel (Kis. 1:6). Beberapa tokoh itu mencakup beberapa figur historis dalam Perjanjian Lama seperti Musa, Zerubabel, Yeremia, Hizkia, dan Koresh. Bahkan, ada juga yang mengidentifikasikannya dengan pengarang nyanyian hamba YHWH itu sendiri. Namun, identifikasi hamba YHWH sebagai seorang tokoh politis itu kemudian dikesampingkan dan lebih banyak diyakini sebagai orang Israel secara kolektif atau sekurang-kurangnya beberapa orang Israel yang setia. Akan tetapi, kita masih menemukan keberatan dengan identifikasi Israel secara kolektif karena hamba YHWH dalam nyanyian-nyanyian hamba YHWH dilukiskan dengan memakai istilah individualistik, seperti ia diurapi dengan Roh Allah (42:1), ia dipanggil ketika masih dalam kandungan ibunya (Yes. 49:1) ia memberi punggungnya kepada orang-orang yang memukulnya, dan pipinya kepada orang-orang yang mencabut janggutnya (Yes. 50:6); Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik (53:9).
[4] Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. [5] Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. [6] Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. [7] Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. [7] Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. [8] Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! [9] Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
1.Barry L. Ross, Our Incomparable God: A Commentary on Isaiah 40-55 (Pune: Fountain Press, 2003), 117-120.
Struktur teks
Nyanyian hamba YHWH yang ketiga ini dapat diikuti dengan alur sebagai berikut. Bait pertama (ay. 4-5a) menampilkan karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, yakni karunia lidah dan telinga seorang murid. Bait kedua (ay. 5b-6) berbicara tentang hamba yang tidak pernah memberontak dan berpaling ketika mengalami banyak kesulitan dan penderitaan. Bait ketiga (ay. 7-9a) menyoroti keyakinan hamba YHWH kepada pertolongan Allah. Ia menyakini bahwa dirinya tidak akan dipermalukan ketika mengalami tindakan kasar dan tidak manusiawi karena dibenarkan di hadapan Allah.
Ulasan teks
Karunia Allah yang berlipat ganda (ay. 4-5a)
Gelar Tuhan Allah digunakan sebanyak empat kali dalam perikop ini (ay. 4, 5, 7, 9). Gelar ini menegaskan otoritasnya atas manusia sehingga manusia dituntut untuk taat secara mutlak. Tuhan Allah yang memiliki otoritas itu memberi karunia ganda kepada seorang hamba, yakni karunia lidah dan telinga seorang murid. Dengan diberikan lidah seorang murid, hamba YHWH itu tahu apa yang dibicarakannya dan tahu bagaimana mengkomunikasinya. Di sini seorang hamba YHWH digambarkan sebagai seorang nabi (bdk. Yoh. 8:26, 28).
Selain lidah seorang murid, Tuhan Allah itu juga mengaruniakan hamba-Nya telinga untuk mendengarkan seperti seorang murid. Kemampuan untuk berbicara seperti seorang murid itu diperlengkapi dengan karunia pendengaran. Allah mempertajam pendengarannya setiap pagi supaya bisa mendengarkan seperti seorang murid. Pernyataan “setiap pagi” di sini mungkin dimaksudkan untuk menekankan kesetiaan Allah untuk membantu mempertajam pendengaran hambanya dan sekaligus juga memperlihatkan ketekunan hamba YHWH mempelajari dan mempersiapkan misi perutusannya. Setiap hari Allah membuka telinganya untuk mendengarkan pewahyuan-Nya yang baru. Hamba itu dikaruniai telinga untuk mendengarkan pewahyuan Allah setiap hari seperti seorang murid yang baik dengan memberikan perhatian, hikmat, dan taat pada apa yang diwahyukan.
Apa maksud dari karunia lidah dan telinga seorang murid? Maksudnya adalah untuk memampukan hamba YHWH menjalankan misi perutusannya, yakni “memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu” dengan sabda Allah (ay. 4). Siapakah orang yang letih lesu. Menurut Yes. 49:5-6, hamba menjalankan misi perutusannya baik kepada orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Di sini orang yang letih lesu itu tidak hanya mengacu kepada orang Yahudi yang berada di bawah beban hukum Taurat, tetapi juga orang bukan Yahudi yang berada di bawah beban penyembahan berhala, orang-orang yang putus harapan, dan dikalahkan oleh setan. Orang yang telah putus asa dan dikalahkan oleh setan itu perlu dikuatkan dengan kata-kata harapan dan janji. Misi perutusan hamba ini terpenuhi secara sempurna dan penuh dalam diri Yesus Kristus. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28).
Ketaatan hamba YHWH (ay. 5b-6)
Setelah menampilkan karunia yang diberikan oleh Allah, hamba itu mengklaim bahwa ia telah menanggapi apapun yang telah dikatakan oleh Allah dengan taat (bdk. Yoh 8:29) karena percaya pada rencana Allah. Ketaatan hamba itu pada kata-kata Allah dan misi perutusan-Nya membawa sebuah sejumlah konsekuensi. Ia mengalami banyak penghinaan dan perlakuan kasar dan tidak manusiawi. Ia memberi punggungnya kepada orang-orang yang memukulnya, dan pipinya kepada orang-orang yang mencabut janggutnya. Ia tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi. Inilah contoh konkret ketaatan hamba YHWH. Ia memilih jalan penderitaan secara suka rela dengan memberikan punggungnya kepada orang-orang yang ingin memukulnya, yakni orang-orang yang memperlakukannya sebagai seorang penjahat. Ia membiarkan dirinya diperlakukan seperti umumnya dialami oleh para penjahat. Semua bentuk perlakuan kasar dan tidak manusiawi ini muncul sebagai akibat dari ketaatannya kepada Allah dengan menyatakan pesan-pesan-Nya, bukan karena perbuatan salah atau pelanggarannya.
Lukisan penderitaan hamba YHWH ini sangat mirip dengan lukisan pengalaman penderitaan Yesus (bdk. Mat. 26:67; 27:30; Mrk 14:65; 15:16-20; Luk 22:63). Namun, lukisan penderitaan ini tidak boleh dilihat hanya sebagai antisipasi bagi penderitaan Yesus sebab semua hamba Allah pernah mengalaminya walau dengan tingkatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Lukisan penderitaan ini bisa juga ditafsirkan sebagai ungkapan pengalaman begitu banyak orang kristiani, baik yang berlatar belakang Yahudi maupun bukan Yahudi, yang setia memberi pelayanan dan kesaksian tentang Allah dan Yesus Kristus. Hal ini dikatakan secara eksplisit oleh Paulus, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2Tim. 3:12).
Allah adalah penolong dan pembenaran (ay. 7-9)
Meski mengalami banyak penderitaan karena ketaatan dan kesetiaannya pada misi perutusan-Nya, hamba YHWH itu tetap mengungkapkan tiga keyakinannya pada misi perutusannya. Pertama, “Tuhan ALLAH menolong aku” (ay. 7a). Di tengah-tengah penderitaannya yang semakin intens, hamba YHWH tetap menyatakan keyakinan imannya pada pertolongan Tuhan ALLAH. Meski mengalami tekanan dan penderitaan fisik yang mengerikan, ia tetap meyakini pertolongan Allah yang Mahakuasa dan yang setia pada perjanjian-Nya. Ia juga menyakini bahwa dirinya tidak akan dipermalukan karena tindakan dan keputusannya. Meski orang lain mempertanyakan keputusan dan tindakannya, ia mengetahui bahwa dirinya sedang melakukan kehendak Allah.
Kedua, “Dia yang menyatakannya benar itu telah dekat” (ay. 8a). Hamba YHWH mengetahui bahwa Dia yang akan menyatakannya benar itu segera datang. Ia tidak harus menunggu waktu terlalu lama untuk menantikan campur tangan ilahi. Itulah sebabnya, ia menantang para lawan dan penghinanya. Dengan didukung oleh keyakinannya pada pertolongan Allah, hamba YHWH menantang para lawannya dengan dua pertanyaan retoris. “Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Siapakah lawanku berperkara? Pertanyaan retoris ini diungkapkannya karena ia meyakini bahwa tidak ada seorang yang berhasil mengalahkannya.
Ketiga, “Tuhan ALLAH menolong aku” (ay. 9a). Pernyataan ini mengulang apa yang telah dikatakan sebelumnya. Ungkapan keyakinan itu dilanjutkan dengan menampilkan sebuah pertanyaan retoris yang menantang para lawannya. “Siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?” (ay. 9). Pertanyaan retoris ini lebih kuat daripada pertanyaan-pertanyaan retoris sebelumnya. Dalam pernyataan retoris ini terungkap sebuah keyakinan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mempersalahkannya karena dinyatakan tidak bersalah oleh Allah sendiri. Tidak ada seorang pun yang berani berbantah, berperkara, dan mempersalahkannya karena Allah membenarkannya.
Amanat
Nyanyian hamba YHWH yang ketiga melukiskan penderitaan dan keyakinan seorang hamba/murid. Lukisan itu mirip dengan penderitaan Yesus sebagai seorang raja-Mesias yang mengalami banyak penderitaan sebagai konsekuensi dari tugas misi perutusan-Nya. Ketika mengalami banyak penderitaan, Ia tidak mengelak dan memberontak. Sikap Yesus dan hamba Allah ini sulit ditemukan padanannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita pada umumnya tidak mudah menerima penderitaan sebagai kehendak Allah tanpa ada dorongan dari dalam diri untuk mengelak dan memberontaknya. Hanya Yesus yang bisa melakukannya. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (bdk. 1 Pet. 2:22-23).
Maka, sikap Yesus terhadap penderitaan-Nya memberi daya dorong bagi kita untuk tetap setia dan taat pada kehendak Allah meski mengalami banyak kesusahan dan penderitaan. Di tengah kesusahan dan penderitaan itu kita harus menyakini bahwa kesusahan dan penderitaan karena kesetiaan pada kehendak Allah tidak akan pernah membuat kita dipermalukan karena Allah akan menolong dan membenarkan kita. Sebagai orang beriman, kita perlu menerima, merangkul, dan menyatukan penderitaan karena iman dan perbuatan baik kita dengan penderitaan Kristus. "Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa saja yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (Mrk. 8: 34b-35).
Pertanyaan pendalaman
1) Jelaskan diskusi seputar identifikasi hamba Yahwe”?
2) Sebutkan dua karunia yang diberikan kepada hamba YHWH dan tujuan pemberian karunia tersebut?
3) Sebutkan dan jelaskan tiga pernyataan yang mengungkapkan keyakinan Hamba YHWH seputar misi perutusannya?
4) Pernahkan Anda mengalami penderitaan karena keyakinan iman Anda kepada Yesus dan sabda-Nya?
5) Apakah reaksi Anda atas penderitaan karena penghayatan iman Anda mirip dengan reaksi hamba Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar