Rabu, Agustus 24, 2011

DICARI: PEMBUNUH GOLIAT

“Dan terjadi lagi pertempuran melawan orang Filistin, di Gob;
Elhanan bin Yaare-Oregim, orang Betlehem itu, menewaskan Goliat, orang Gat itu,
yang gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun.” (2Sam. 21:19)

Betapa senang hati Steve Popovich. Bulan Mei 2005 lalu, perusahaan rekaman miliknya, Cleveland Records Company, menang berperkara melawan raksasa industri musik dunia, Sony Music. Seperti dilaporkan Koran Tempo Senin, 30 Mei 2005, gara-gara alpa mencantumkan logo Cleveland Records di sampul album grup Meat Loaf, Sony harus membayar US$ 5 juta kepada Popovich, sebagai pihak yang turut merilis album tersebut. Mengomentari putusan pengadilan itu, Steve Popovich menyebut sebuah kisah tersohor dalam Alkitab untuk mengumpamakan pengalamannya. Ia berkata, “Hari ini Daud menghantam Goliat.”

Begitulah, ketika ada perseteruan antara orang kecil melawan pihak yang kuat kuasa, kita akan segera teringat pada kisah Daud dan Goliat. Hampir semua orang mengenal cerita itu sehingga tidak perlu ditanya-tanya lagi, tentu saja kita tahu bahwa akhirnya Goliat yang perkasa itu berhasil dikalahkan oleh Daud. Akan tetapi, meskipun Daud “diimani” sebagai pembunuh Goliat, ada satu hal penting yang mengganjal. Menurut 2Sam. 21:19, tersangka pembunuh pahlawan orang Filistin itu ternyata adalah Elhanan bin Yaare-Oregim. Jadi, siapakah gerangan yang membunuh Goliat? Daud atau Elhanan?

Daud vs. “orang Filistin itu”

Duel antara Daud dan Goliat diceritakan secara panjang lebar dalam 1Sam. 17. Jika Anda perhatikan, dalam kisah itu, nama Goliat disebut 2 kali saja (ay. 4 dan 23), selebihnya (puluhan kali) ia disebut sebagai “orang Filistin itu”. Nilai sejarah perikop ini menjadi masalah karena akan terjadi ketidakselarasan jika dihubungkan dengan perikop-perikop sebelumnya. 1Sam. 17 tidak tahu-menahu bahwa Daud telah diurapi menjadi raja oleh Samuel (16:1-13), menjadi pemain kecapi di istana Saul, juga tidak tahu bahwa Daud adalah seorang prajurit, pahlawan yang gagah, dan menjadi pembawa senjata Raja Saul (16:14–23). Daud dalam gambaran 1Sam. 17 adalah anak muda penggembala domba yang tak punya pengalaman militer dan sama sekali tidak mengenal Saul. Dari sini disimpulkan bahwa perikop ini berasal dari tradisi lain yang kemudian ditambahkan dalam rangkaian kisah yang menunjukkan kepahlawanan Daud.

Alkisah, suatu ketika pasukan Filistin dan Israel berhadap-hadapan di suatu tempat antara Sokho dan Lembah Tarbantin, sekitar 9 km dari Betlehem. Dengan segenap kekuatan yang ada, orang Filistin berada di atas angin, apalagi mereka memiliki pendekar gagah perkasa yang bernama Goliat. Betapa luar biasanya Goliat dijelaskan lengkap oleh penulis: tingginya enam hasta sejengkal (ay. 5), memakai baju zirah bersisik seberat lima ribu syikal tembaga (yang berarti bahwa baju itu kuat sekali, ay. 6), dan bersenjatakan tombak yang spektakuler (ay. 7). Itu semua untuk memperlihatkan bahwa Goliat adalah pribadi yang hebat, penuh kejayaan, dan tak terkalahkan. Melihat raksasa yang aslinya berasal dari Gat itu, orang Israel tentu saja jadi menggigil ketakutan. Sungguh kontras dengan pihak Filistin yang sangat bersemangat berhubung kemenangan rasanya sudah ada di depan mata. Goliat dengan gagah menantang duel satu lawan satu dan dari pihak Israel tidak seorang pun berani menanggapi tantangan itu. Dalam situasi yang kritis itu tampillah seorang penolong yang dilihat dari fisik dan pengalamannya sama sekali tidak andal, yaitu Daud. Anak muda ini betul-betul tidak kompeten. Ia hanyalah seorang gembala, datang ke situ pun karena kebetulan disuruh ayahnya menengok kakak-kakaknya di medan perang. Tetapi, dengan segala keterbatasannya, Daud tetap berani maju menghadapi Goliat dan cerita selanjutnya Anda sudah tahu. Karena disertai oleh Tuhan semesta alam, Daud mengalahkan Goliat, hanya dengan katapel dan sebuah batu!

Elhanan membunuh Goliat

Kepahlawanan Daud terusik oleh 2Sam. 21:19 yang melaporkan bahwa Elhanan bin Yaare-Oregim, asal Betlehem, adalah orang yang membunuh Goliat. Laporan itu memang sangat pendek dan sederhana. Penggambaran Goliat juga tidak terlalu dahsyat. Ia hanya dikatakan bersenjatakan tombak yang gagangnya “seperti pesa tukang tenun”. Tetapi, dari situ saja, pembaca sudah mendapat informasi bahwa Goliat membawa senjata yang luar biasa dan karena pesa tukang tenun itu berat, tentunya hanya orang yang fisiknya kuat saja yang bisa membawa tombak dengan gagang seperti itu. Jangan lupa bahwa waktu itu, pembuatan senjata memang sengaja dimonopoli orang Filistin (bdk. 1Sam. 13:19–22) agar kekuatan militer orang Israel lemah tidak berdaya.

Ada banyak usaha untuk menerangkan perbedaan 1Sam. 17 dan 2Sam. 21:19. Kita dapat menemukannya bahkan dalam Perjanjian Lama sendiri. Penulis Tawarikh yang dikenal keberpihakannya pada dinasti Daud berusaha menyelaraskan perbedaan itu dengan mengatakan bahwa “... Elhanan bin Yair menewaskan Lahmi, saudara Goliat, orang Gat itu, yang gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun” (1Taw. 20:5). Dalam rangka menegaskan kepahlawanan Daud, penulis Tawarikh menghadirkan figur Lahmi, yang disebutnya saudara Goliat, sebagai korban yang dibunuh Elhanan. Sementara itu, tradisi Yahudi berpendapat bahwa Elhanan tidak lain adalah Daud sendiri. Elhanan, dalam pandangan mereka, adalah nama Daud sebelum ia menjadi raja. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Goliat bukanlah nama pribadi, melainkan nama untuk jenis atau kelompok tertentu. Jadi, wajar saja jika ternyata ada banyak orang yang disebut sebagai Goliat. Terakhir, ada juga yang menyimpulkan bahwa memang ada dua raksasa yang sama-sama bernama Goliat.

Penjelasan atas 1Sam. 17

Kesimpulan yang lebih dapat diterima banyak pihak menyatakan bahwa 2Sam. 21:19 tampaknya merupakan teks yang paling tua usianya dan memiliki nilai historis yang lebih kuat dibanding 1Sam. 17. Dengan dasar itu, ada dua penjelasan yang mungkin bagi perikop 1Sam. 17:

1. Perikop itu aslinya mengisahkan pertempuran antara Daud dan prajurit Filistin yang namanya tidak diketahui. Dalam perjalanan waktu, kisahnya diperluas guna menegaskan kepahlawanan Daud. Dalam rangka itu, penulis “meminjam” nama Goliat dan model senjata yang dipakainya dari 2Sam. 21:19.

2. Penulis menyusun 1Sam. 17 sebagai sebuah karya teologi berbentuk narasi dengan mengadaptasi 2Sam. 21:19. Tujuannya, untuk menggambarkan peran Daud sebagai hamba pilihan yang telah ditentukan Tuhan menjadi pemimpin umat-Nya.

Sudut pandang baru

Dengan begitu, pembaca Kitab Suci perlu memandang kisah Daud dan Goliat dengan sudut pandang yang baru. Alih-alih memperlakukannya sebagai peristiwa sejarah, perhatikanlah pesan teologis yang oleh penulis dititipkan dalam perkataan-perkataan Daud (ay. 36b-37 dan 45-47), sebab itulah intisari kisah Daud melawan Goliat. YHWH, Allah Israel, adalah Allah Bala Tentara, Allah Yang Mahakuasa. Tidak ada kekuatan militer setangguh apa pun di dunia ini yang akan sanggup menghadapi-Nya. Dengan jalan yang mustahil di mata manusia, YHWH bertindak untuk menyelamatkan umat-Nya. Jadi, meskipun Daud adalah anak muda yang tidak berpengalaman, ia dapat mengalahkan musuh yang kuat karena perlindungan Tuhan semesta alam. Gambaran betapa lengkapnya persenjataan musuh sengaja ditampilkan guna memperlihatkan besarnya kekuatan Goliat dan lebih besar lagi kekuatan Allah yang sanggup mengatasinya.

Di lihat dari sisi lain, penulis juga mau menonjolkan Daud sebagai raja Yehuda-Israel, raja pilihan Allah. Iman dan kepercayaannya kepada Allah sungguh luar biasa dan tak tergoyahkan sampai akhir hayat. Tidak heran bahwa kemudian Saul, para pegawainya, Yonatan, serta segenap rakyat memujinya setinggi langit (1Sam. 18:1-5). Jika demikian, siapa lagi yang lebih baik dan yang paling layak menjadi raja Yehuda-Israel di masa depan selain Daud?

Penutup

Kesuksesan Daud mengalahkan Goliat menjadi kisah klasik yang mengajarkan apa yang akan dapat diraih oleh seseorang jika ia memiliki iman yang teguh. Bin Sirakh berkata, “Bukankah di masa mudanya ia membunuh seorang raksasa serta mengambil nista dari bangsanya dengan melemparkan batu dari pengumban dan mencampakkan kebanggaan Goliat? Sebab berserulah ia kepada Tuhan Yang Mahatinggi, yang memberikan kekuatan kepada tangan kanannya, sehingga Daud merebahkan orang yang gagah dalam pertempuran, sedangkan tanduk bangsanya ditinggikannya” (Sir. 47:4–5). Namun, meskipun Daud tampak begitu gemilang, jangan lupa untuk tidak memujinya terlalu tinggi. Sebab, tokoh utama dalam cerita ini tetaplah Allah sebagai sumber segala kekuatan. Daud berhasil hanya karena Allah Bala Tentara turun tangan, maju berperang demi Israel, umat pilihan-Nya.***

1. Dimuat di Wacana Biblika, Vol. 5, No. 4, Oktober-Desember 2005.

Tidak ada komentar: