RENCANA ILAHI DAN TINDAKAN BEBAS MENURUT LUKAS-KISAH
Dari dua belas rasul, Yudas Iskariot adalah seorang murid yang telah menarik perhatian umat kristiani pada umumnya dan terutama bagi para ahli kitab suci selama berabad-abad. Hal ini ditandai oleh banyaknya gambaran yang berbeda-beda seputar figur yang satu ini. Sebagian besar, nama Yudas diassosiasikan dengan sesuatu yang tidak baik seperti kemunafikan, ketamakan, ketidaksetiaan, dan pengkianatan. Yudas bahkan diidentikkan dengan seorang yang paling sadis karena dia berkianat dengan sebuah ciuman, yang sebenarnya mengungkapkan kesetiaan dan kasih sayang.1
Berbeda dengan gambaran yang tidak menyenangkan, kita harus sadari juga bahwa Yudas adalah seorang yang dipanggil oleh Yesus untuk menjadi seorang rasul dan menurut tradisi ia dipercayakan sebagai bendara. Tindakan pengkianatan Yudas itu memiliki pengaruh yang menentukan dalam sejarah keselamatan umat manusia dan bahkan dianggap sebagai bagian dari sejarah keselamatan yang ditawarkan oleh Allah. Jadi, Yudas ditampilkan sebagai instrumen keselamatan.
Berbeda dengan gambaran yang tidak menyenangkan, kita harus sadari juga bahwa Yudas adalah seorang yang dipanggil oleh Yesus untuk menjadi seorang rasul dan menurut tradisi ia dipercayakan sebagai bendara. Tindakan pengkianatan Yudas itu memiliki pengaruh yang menentukan dalam sejarah keselamatan umat manusia dan bahkan dianggap sebagai bagian dari sejarah keselamatan yang ditawarkan oleh Allah. Jadi, Yudas ditampilkan sebagai instrumen keselamatan.
Kemuridan dan kemurtadan
Bagi Lukas, murid adalah seorang yang mengikuti jalan yang ditentukan oleh Yesus (Kis. 9:2; 19:9, 23; 22:4; 24:14, 22).2 Istilah “jalan” mengacu pada keselamatan yang dinyatakan oleh Allah dalam pelayanan dan pribadi Yesus dari Nazareth. Para pengikut “jalan” kemudian dikenal dengan sebutan kristiani. Sebutan ini muncul untuk pertama kalinya di Antiokia (Kis. 11:26). Longenecker berasumsi bahwa asal-usul sebutan kristiani itu diberikan oleh orang lain dengan maksud untuk membedakan orang-orang yang beriman kepada Yesus di Antiokia baik yang berlatarbelakang Yahudi maupun yang bukan Yahudi dari orang-orang Yahudi yang tidak beriman kepada Yesus.3 Sebutan itu mungkin pertama kali diberikan sebagai sebuah ejekan atau cemoohan. Namun demikian, sebutan kristiani ini kemudian diterima oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus sendiri sebagai identitas mereka sendiri (bdk. Kis. 26:28; 1 Ptr. 4:16).
Seorang murid tidak hanya berjalan mengikuti Yesus dari belakang tetapi mengikuti-Nya dalam setiap langkah-langkah-Nya. Implikasinya ialah bahwa seorang murid tidak hanya menerima ajaran Yesus tetapi juga mengidentifikasikan diri dengan cara hidup dan nasib Yesus sendiri.4 Segera setelah pewartaan yang pertama tentang penderitaan-Nya sendiri (Luk. 9:22), Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23). Kendatipun perkataan ini berasal dari Markus (Mrk. 8:34), namun Lukas memodifikasinya dengan menambahkan ungkapan “setiap hari”. Lukas meminta para muridnya untuk menyangkal diri setiap hari, memanggul salibnya setiap hari, dan mengikuti langkah hidup-Nya setiap hari.
Kesetiaan para murid di dalam mengikuti jalan itu terungkap di dalam kebersamaan mereka dengan Yesus di dalam seluruh perjalanan-Nya mulai dari Galilea sampai ke bukit Golgota. Kemuridan menuntut suatu komitmen yang total kepada Yesus dan injil-Nya sehingga pergi meninggalkan Yesus untuk menjalankan suatu tindakan kesalehan pun tidak diizinkan (Luk 9:59-60). Karena itu, kepergian Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah untuk berunding dengan mereka tentang bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka (Luk. 22:4) mengungkapkan dengan jelas aspek ketidaksetiaannya kepada Yesus. Kepergian Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah menunjukkan suatu pemutusan ikatan kemuridan dengan Yesus sebagai gurunya.
Gambaran pemutusan ikatan kemuridan itu diungkapkan juga di dalam kotbah Petrus sebelum pemilihan Matias (Kis. 1:25). Pemilihan pengganti itu disebabkan karena Yudas meninggalkan jalan kemuridan dan pada saat sama meninggalkan jabatan kerasulannya. Berbalik dari jalan kemuridan, Yudas pergi berunding dengan para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah tentang bagaimana ia menyerahkan Yesus. Dengan demikian, perpisahan Yudas dari jalan Tuhan telah membawanya pada suatu persahabatan dan persekongkolan dengan otoritas religius dan militer yang sama seperti dirinya berada di bawah kontrol dan kuasa Setan untuk menjalankan rencana pembunuhan terhadap Yesus.
Iblis dan pengkianatan Yudas
Lukas menyediakan suatu alasan untuk tindakan Yudas dan mempersiapkan suatu tindakan yang memungkinkannya untuk menangkap Yesus. Seperti Ananias dikuasai oleh setan (Kis 5:3), demikian juga Yudas dikuasai oleh setan sehingga dia merancang untuk menyerahkan Yesus kepada musuh-musuh-Nya. Setanlah yang menguasai Yudas sehingga rancangan untuk mengeksusi mati Yesus mulai bergulir. Kepergian Yudas dari pengikut jalan Tuhan dikaitkan oleh Lukas dengan peran setan: “masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot” (Luk 22:3: bdk 8:30; 11:24-26). Masuknya iblis ke dalam diri Yudas menyebabkan dia siap untuk melaksanakan rancangannya. Rancangan iblis itu tidak mungkin terlaksana pada dirinya sendiri. Rancangan itu hanya mungkin terlaksana melalui partisipasi orang yang dikuasainya dan melalui realitas duniawi yang berharga dan menarik perhatian. Jadi, benarlah apa yang dikatakan oleh Klassen bahwa iblis berbicara dan bertindak melalui orang yang dikuasainya dan realitas duniawi yang menarik perhatian orang yang dikuasainya.5
Realitas duniawi yang dipakai oleh iblis untuk mengontrol Yudas adalah mamon atau mungkin lebih tepat mamon yang tidak jujur. Imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah menawarkan sejumlah uang kepada Yudas untuk memuluskan tindakan jahat mereka (Luk 22:5-6). Di sini kita melihat suatu gambaran yang sejajar antara setan dan mamon yang tidak jujur sebagai kekuatan jahat di balik pengkianatan Yudas. Dalam terang pemahaman teologis inilah kita bisa memahami kekuatan yang penuh bahaya dari harta kekayaan. Dengan menerima tawaran sejumlah uang sebagai bayaran tindakan pengkianatan, Yudas mengikatkan diri pada mamon yang tidak jujur dan pada saat yang sama ia mengikatkan dirinya pada kuasa iblis itu sendiri.
Kotbah Petrus tentang pengkianatan Yudas menggarisbawahi sarana duniawi yang dipakai oleh iblis untuk mengontrol Yudas, yakni mamon yang tidak jujur. Yudas membeli sebidang tanah dari ganjaran atas tindakannya menyerahkan Yesus ke tangan musuh-musuh-Nya (Kis 1:18). Ganjaran sejumlah uang itu tidak hanya berkaitan dengan harga darah orang yang tidak berdosa (Mat 27:4) tetapi, secara lebih mendasar, ganjaran itu terkait erat dengan sifat jahat dari mamon yang tidak jujur. Oleh karena itu, kita perlu mengingat kata-kata peringatan Yesus untuk melawan ketamakan akan kelimpahan harta dunia (Luk 12:15-21).
Tindakan bebas dan rencana Allah
Meski tindakan pengkianatan Yudas digambarkan sebagai akibat dari masuknya iblis ke dalam dirinya, tindakan bebas Yudas juga mendapat tekanan yang sama di dalam karya Lukas. Setelah pergi dari Yesus, Lukas menceritakan tindakan Yudas selanjutnya: “berunding“ (sunela,lhsen, Luk 22:4) dengan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah mengenai cara yang harus dilakukannya untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Perundingan ini mengingkatkan kita pada upaya-upaya imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat untuk menemukan suatu cara mengakhiri hidup Yesus (Luk 22:2). Upaya-upaya imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat tidak berhasil sebelum munculnya Yudas karena mereka takut kepada orang banyak.
Bagi Lukas, Yudas adalah otak intelektual yang merancang supaya musuh-musuh Yesus dengan bebas melancarkan aksi brutal mereka. Tindakan bebas otak intelektual ini disoroti oleh Lukas dengan mengubah versi Markus tentang tawaran sejumlah uang sebagai ganjaran atas tindakan persekongkolan Yudas untuk membunuh Yesus. Menurut Markus tawaran sejumlah uang itu muncul secara spontan dari imam-imam kepala (Mrk 14:11), tetapi bagi Lukas tawaran itu disepakati melalui perundingan dan Yudas sepakat dengan hasil perundingan tersebut (Luk 22:5-6). Kesepakatan berdasarkan perundingan itu mungkin mengisyaratkan bahwa Yudas telah meminta sejumlah uang sebagai ganjaran atas tindakan pengkianatannya meski Klassen membantah kemungkinan ini dengan mengatakan bahwa “keputusan untuk member uang kepada Yudas itu tidak mengisyaratkan bahwa Yudas telah meminta sejumlah uang.”6
Gambaran tentang pengkianatan Yudas sebagai suatu rangkaian tindakan bebas dan sadar ditemukan dalam Luk 6:16 dan Kis 1:16. Dalam Luk 6:16 diperlihatkan bahwa Yudas bukanlah seorang jahat dari awal seperti yang terungkap dalam pernyataan, “Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” Yudas iskariot adalah salah seorang murid yang dipilih oleh Yesus sendiri untuk menjadi rasul-Nya tetapi di kemudian hari dia berkianat. Tindakan pengkianatan Yudas itu terkait dengan pilihan bebasnya untuk mendapatkan sejumlah uang yang tidak jujur dari hasil perundingannya dengan para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah. Gambaran tindakan bebas ini digarisbawahi lagi oleh Lukas di dalam Kis 1:16: “Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.“
Gambaran tindakan pengkianatan Yudas yang dilakukan dengan bebas dan sadar itu perlu dilihat kaitannya dengan rencana ilahi yang juga disoroti oleh Lukas. Kaitan itu mungkin bisa ditelusuri dari pernyataan Lukas berikut, ”Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!" (Luk 22:22). Pernyataan ini memuat suatu disposisi penting tentang rencana ilahi yang dibedakan secara tajam dengan tindakan pengkianatan, “Akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!" Tindakan bebas Yudas itu tidak termasuk dalam rencana ilahi yang telah ditentukan sejak awal.7
Brown berpendapat bahwa istilah “haruslah“ (Kis 1:16) yang berkaitan dengan rencana ilahi itu mengacu secara jelas kepada kematian Yudas (Kis 1:18) dan bukan kepada tindakan pengkianatannya kepada Yesus.8 Di sini, kematian Yudas sebagai pembalasan ilahi dan karena itu tindakan pengkianatan itu sendiri tidak boleh dipahami sebagai rencana ilahi. Pada sisi lain, istilah “haruslah“ (Kis 1:21) yang berkaitan dengan rencana ilahi itu mengacu pada pemilihan seorang pengganti. Perlunya seorang pengganti ini telah dinubuatkan sebelumnya, “Biarlah jabatannya diambil orang lain“ (Kis 1:20; bdk. Mzm 108:8 LXX). Tidak satu pun ungkapan yang bersifat predestinasi ini berkaitan dengan pengkianatan Yudas. Lukas sama sekali tidak menyebutkan nubuat pengkianatan Yudas. Pengkianatan Yudas bukanlah sebuah pemenuhan nubuat biblis.9
Kesimpulan
Kiranya sudah jelas bagi kita bahwa pengkianatan Yudas disebabkan oleh masuknya iblis ke dalam dirinya pada satu sisi dan pada sis lain pengkianatan itu lahir dari keputusan yang dilakukannya secara bebas dan sadar. Tindakan bebas itu dilakukannya melalui suatu perundingan yang dilakukan secara sadar dengan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah mengenai ganjaran dan cara yang harus ditempuhnya untuk mendapatkan menyerahkan Yesus kepada mereka. Oleh karena itu, Yudas sebagai otak intelektual, menurut Lukas, bertanggung jawab atas kematian Yesus. Yudas bertanggung jawab bagi kematian Yesus dan tindakan bunuh dirinya dianggap sebagai hukuman ilahi atas tindakannya.10
1William Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus? (London: SCM Press, 1996), 4-5.
2Schuyler Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke (Analecta Biblica 36; Rome: Pontifical Biblical Institute, 1969), 82.
3Richard N. Longenecker, Patterns of Discipleship in the New Testament, ed. Richard N. Longenecker (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 2.
4 Joseph A. Fitzmyer, Luke the Theologian: Aspects of His Teaching (London: Geoffrey Chapman, 1989), 133-135.
5 Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus?, 121.
6 Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus?, 120.
7 Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke, 93-94
8 Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke, 94
9 Namun demikian, Gereja mengkaitkan tindakan pengkianatan Yudas terhadap Yesus dengan nubuat yang tertulis di dalam Mzm 41:9: ”Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.“ Nubuat pemazmur ini disebut secara jelas oleh Yohanes, “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku“ (Yoh 13:18). Rujukan pada nubuat pemazmur yang sama disebutkan juga oleh Markus dalam menggambarkan pengkianatan Yudas, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku" (Mrk 14:18).
10 Raymond Brown, The Death of the Messiah, 2 vols (Garden City: Doubleday, 1994), 641.
Seorang murid tidak hanya berjalan mengikuti Yesus dari belakang tetapi mengikuti-Nya dalam setiap langkah-langkah-Nya. Implikasinya ialah bahwa seorang murid tidak hanya menerima ajaran Yesus tetapi juga mengidentifikasikan diri dengan cara hidup dan nasib Yesus sendiri.4 Segera setelah pewartaan yang pertama tentang penderitaan-Nya sendiri (Luk. 9:22), Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23). Kendatipun perkataan ini berasal dari Markus (Mrk. 8:34), namun Lukas memodifikasinya dengan menambahkan ungkapan “setiap hari”. Lukas meminta para muridnya untuk menyangkal diri setiap hari, memanggul salibnya setiap hari, dan mengikuti langkah hidup-Nya setiap hari.
Kesetiaan para murid di dalam mengikuti jalan itu terungkap di dalam kebersamaan mereka dengan Yesus di dalam seluruh perjalanan-Nya mulai dari Galilea sampai ke bukit Golgota. Kemuridan menuntut suatu komitmen yang total kepada Yesus dan injil-Nya sehingga pergi meninggalkan Yesus untuk menjalankan suatu tindakan kesalehan pun tidak diizinkan (Luk 9:59-60). Karena itu, kepergian Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah untuk berunding dengan mereka tentang bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka (Luk. 22:4) mengungkapkan dengan jelas aspek ketidaksetiaannya kepada Yesus. Kepergian Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah menunjukkan suatu pemutusan ikatan kemuridan dengan Yesus sebagai gurunya.
Gambaran pemutusan ikatan kemuridan itu diungkapkan juga di dalam kotbah Petrus sebelum pemilihan Matias (Kis. 1:25). Pemilihan pengganti itu disebabkan karena Yudas meninggalkan jalan kemuridan dan pada saat sama meninggalkan jabatan kerasulannya. Berbalik dari jalan kemuridan, Yudas pergi berunding dengan para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah tentang bagaimana ia menyerahkan Yesus. Dengan demikian, perpisahan Yudas dari jalan Tuhan telah membawanya pada suatu persahabatan dan persekongkolan dengan otoritas religius dan militer yang sama seperti dirinya berada di bawah kontrol dan kuasa Setan untuk menjalankan rencana pembunuhan terhadap Yesus.
Iblis dan pengkianatan Yudas
Lukas menyediakan suatu alasan untuk tindakan Yudas dan mempersiapkan suatu tindakan yang memungkinkannya untuk menangkap Yesus. Seperti Ananias dikuasai oleh setan (Kis 5:3), demikian juga Yudas dikuasai oleh setan sehingga dia merancang untuk menyerahkan Yesus kepada musuh-musuh-Nya. Setanlah yang menguasai Yudas sehingga rancangan untuk mengeksusi mati Yesus mulai bergulir. Kepergian Yudas dari pengikut jalan Tuhan dikaitkan oleh Lukas dengan peran setan: “masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot” (Luk 22:3: bdk 8:30; 11:24-26). Masuknya iblis ke dalam diri Yudas menyebabkan dia siap untuk melaksanakan rancangannya. Rancangan iblis itu tidak mungkin terlaksana pada dirinya sendiri. Rancangan itu hanya mungkin terlaksana melalui partisipasi orang yang dikuasainya dan melalui realitas duniawi yang berharga dan menarik perhatian. Jadi, benarlah apa yang dikatakan oleh Klassen bahwa iblis berbicara dan bertindak melalui orang yang dikuasainya dan realitas duniawi yang menarik perhatian orang yang dikuasainya.5
Realitas duniawi yang dipakai oleh iblis untuk mengontrol Yudas adalah mamon atau mungkin lebih tepat mamon yang tidak jujur. Imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah menawarkan sejumlah uang kepada Yudas untuk memuluskan tindakan jahat mereka (Luk 22:5-6). Di sini kita melihat suatu gambaran yang sejajar antara setan dan mamon yang tidak jujur sebagai kekuatan jahat di balik pengkianatan Yudas. Dalam terang pemahaman teologis inilah kita bisa memahami kekuatan yang penuh bahaya dari harta kekayaan. Dengan menerima tawaran sejumlah uang sebagai bayaran tindakan pengkianatan, Yudas mengikatkan diri pada mamon yang tidak jujur dan pada saat yang sama ia mengikatkan dirinya pada kuasa iblis itu sendiri.
Kotbah Petrus tentang pengkianatan Yudas menggarisbawahi sarana duniawi yang dipakai oleh iblis untuk mengontrol Yudas, yakni mamon yang tidak jujur. Yudas membeli sebidang tanah dari ganjaran atas tindakannya menyerahkan Yesus ke tangan musuh-musuh-Nya (Kis 1:18). Ganjaran sejumlah uang itu tidak hanya berkaitan dengan harga darah orang yang tidak berdosa (Mat 27:4) tetapi, secara lebih mendasar, ganjaran itu terkait erat dengan sifat jahat dari mamon yang tidak jujur. Oleh karena itu, kita perlu mengingat kata-kata peringatan Yesus untuk melawan ketamakan akan kelimpahan harta dunia (Luk 12:15-21).
Tindakan bebas dan rencana Allah
Meski tindakan pengkianatan Yudas digambarkan sebagai akibat dari masuknya iblis ke dalam dirinya, tindakan bebas Yudas juga mendapat tekanan yang sama di dalam karya Lukas. Setelah pergi dari Yesus, Lukas menceritakan tindakan Yudas selanjutnya: “berunding“ (sunela,lhsen, Luk 22:4) dengan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah mengenai cara yang harus dilakukannya untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Perundingan ini mengingkatkan kita pada upaya-upaya imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat untuk menemukan suatu cara mengakhiri hidup Yesus (Luk 22:2). Upaya-upaya imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat tidak berhasil sebelum munculnya Yudas karena mereka takut kepada orang banyak.
Bagi Lukas, Yudas adalah otak intelektual yang merancang supaya musuh-musuh Yesus dengan bebas melancarkan aksi brutal mereka. Tindakan bebas otak intelektual ini disoroti oleh Lukas dengan mengubah versi Markus tentang tawaran sejumlah uang sebagai ganjaran atas tindakan persekongkolan Yudas untuk membunuh Yesus. Menurut Markus tawaran sejumlah uang itu muncul secara spontan dari imam-imam kepala (Mrk 14:11), tetapi bagi Lukas tawaran itu disepakati melalui perundingan dan Yudas sepakat dengan hasil perundingan tersebut (Luk 22:5-6). Kesepakatan berdasarkan perundingan itu mungkin mengisyaratkan bahwa Yudas telah meminta sejumlah uang sebagai ganjaran atas tindakan pengkianatannya meski Klassen membantah kemungkinan ini dengan mengatakan bahwa “keputusan untuk member uang kepada Yudas itu tidak mengisyaratkan bahwa Yudas telah meminta sejumlah uang.”6
Gambaran tentang pengkianatan Yudas sebagai suatu rangkaian tindakan bebas dan sadar ditemukan dalam Luk 6:16 dan Kis 1:16. Dalam Luk 6:16 diperlihatkan bahwa Yudas bukanlah seorang jahat dari awal seperti yang terungkap dalam pernyataan, “Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” Yudas iskariot adalah salah seorang murid yang dipilih oleh Yesus sendiri untuk menjadi rasul-Nya tetapi di kemudian hari dia berkianat. Tindakan pengkianatan Yudas itu terkait dengan pilihan bebasnya untuk mendapatkan sejumlah uang yang tidak jujur dari hasil perundingannya dengan para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah. Gambaran tindakan bebas ini digarisbawahi lagi oleh Lukas di dalam Kis 1:16: “Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.“
Gambaran tindakan pengkianatan Yudas yang dilakukan dengan bebas dan sadar itu perlu dilihat kaitannya dengan rencana ilahi yang juga disoroti oleh Lukas. Kaitan itu mungkin bisa ditelusuri dari pernyataan Lukas berikut, ”Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!" (Luk 22:22). Pernyataan ini memuat suatu disposisi penting tentang rencana ilahi yang dibedakan secara tajam dengan tindakan pengkianatan, “Akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!" Tindakan bebas Yudas itu tidak termasuk dalam rencana ilahi yang telah ditentukan sejak awal.7
Brown berpendapat bahwa istilah “haruslah“ (Kis 1:16) yang berkaitan dengan rencana ilahi itu mengacu secara jelas kepada kematian Yudas (Kis 1:18) dan bukan kepada tindakan pengkianatannya kepada Yesus.8 Di sini, kematian Yudas sebagai pembalasan ilahi dan karena itu tindakan pengkianatan itu sendiri tidak boleh dipahami sebagai rencana ilahi. Pada sisi lain, istilah “haruslah“ (Kis 1:21) yang berkaitan dengan rencana ilahi itu mengacu pada pemilihan seorang pengganti. Perlunya seorang pengganti ini telah dinubuatkan sebelumnya, “Biarlah jabatannya diambil orang lain“ (Kis 1:20; bdk. Mzm 108:8 LXX). Tidak satu pun ungkapan yang bersifat predestinasi ini berkaitan dengan pengkianatan Yudas. Lukas sama sekali tidak menyebutkan nubuat pengkianatan Yudas. Pengkianatan Yudas bukanlah sebuah pemenuhan nubuat biblis.9
Kesimpulan
Kiranya sudah jelas bagi kita bahwa pengkianatan Yudas disebabkan oleh masuknya iblis ke dalam dirinya pada satu sisi dan pada sis lain pengkianatan itu lahir dari keputusan yang dilakukannya secara bebas dan sadar. Tindakan bebas itu dilakukannya melalui suatu perundingan yang dilakukan secara sadar dengan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah mengenai ganjaran dan cara yang harus ditempuhnya untuk mendapatkan menyerahkan Yesus kepada mereka. Oleh karena itu, Yudas sebagai otak intelektual, menurut Lukas, bertanggung jawab atas kematian Yesus. Yudas bertanggung jawab bagi kematian Yesus dan tindakan bunuh dirinya dianggap sebagai hukuman ilahi atas tindakannya.10
1William Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus? (London: SCM Press, 1996), 4-5.
2Schuyler Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke (Analecta Biblica 36; Rome: Pontifical Biblical Institute, 1969), 82.
3Richard N. Longenecker, Patterns of Discipleship in the New Testament, ed. Richard N. Longenecker (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 2.
4 Joseph A. Fitzmyer, Luke the Theologian: Aspects of His Teaching (London: Geoffrey Chapman, 1989), 133-135.
5 Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus?, 121.
6 Klassen, Judas: Betrayer or Friend of Jesus?, 120.
7 Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke, 93-94
8 Brown, Apostasy and Perseverance in the theology of Luke, 94
9 Namun demikian, Gereja mengkaitkan tindakan pengkianatan Yudas terhadap Yesus dengan nubuat yang tertulis di dalam Mzm 41:9: ”Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.“ Nubuat pemazmur ini disebut secara jelas oleh Yohanes, “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku“ (Yoh 13:18). Rujukan pada nubuat pemazmur yang sama disebutkan juga oleh Markus dalam menggambarkan pengkianatan Yudas, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku" (Mrk 14:18).
10 Raymond Brown, The Death of the Messiah, 2 vols (Garden City: Doubleday, 1994), 641.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar