Selasa, Agustus 11, 2009

WAHYU YESUS KRISTUS: SEBUAH PROLOG

WAHYU YESUS KRISTUS: SEBUAH PROLOG

Wahyu 1:1-8
1 Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. 2 Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya. 3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. 4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, 5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya -- 6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. 7 Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. 8 "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."

Kitab wahyu dibuka dengan sebuah pengantar singkat Yohanes tentang kitabnya dan berkatnya bagi orang yang membaca, yang mendengar, dan yang berpegang teguh pada pada nubuat yang disampaikan di dalam pertemuan ibadat (ay. 1-3). Yohanes lalu menampilkan pengantar khas sebuah surat, yakni perkenalan identitas penulisnya, alamat surat-suratnya, dan berkat (ay. 4-5a). Pengantar ini kemudian dilengkapi dengan pujian bagi Yesus (ay. 5b-6), nubuat kedatangan Yesus (ay. 7), dan penyingkapan diri Allah (ay. 8).

Wahyu Yesus Kristus dan Kata-kata Nubuat (ay 1-3)
Yohanes mengklaim bahwa dirinya telah menerima wahyu dari Yesus Kristus. “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes” (1:1). Di sini, Yohanes mencatat adanya jaringan dan jalinan komunikasi wahyu.1 Sumber utama atau asal muasal wahyu adalah Allah; Allah yang Maha Kuasa mempercayakannya kepada Yesus Kristus yang pada gilirannya memperkenalkannya kepada malaikat; malaikat meneruskannya kepada Yohanes yang pada akhirnya memberi kesaksian tentang Sabda Allah dan kesaksian Yesus Kristus, bahkan tentang semua yang telah dilihatnya kepada beberapa gereja yang menjadi alamat suratnya. Jaringan dan jalinan komunikasi wahyu ini memperlihatkan siapa sumber dan asal muasal wahyu dan bagaimana Yohanes menerima wahyu tersebut.
Apa isi wahyu Yesus Kristus yang disampaikan kepada Yohanes? Wahyu itu berisikan dua hal. Pertama, apa yang harus segera terjadi (ay.1). Ungkapan “apa yang harus segera terjadi” mungkin merefleksikan ungkapan yang digunakan oleh Daniel, “apa yang harus terjadi pada hari-hari yang terakhir” (Dan 2:28, 29, 30, 47). Namun demikian, Yohanes membuat sebuah perubahan yang cukup signifikan. Dia mengubahnya dengan ungkapan, “apa yang harus segera terjadi.” Perubahan ini sekurang-kurangnya mempertontonkan keyakinan Yohanes bahwa apapun yang Daniel maksudkan dengan “hari-hari yang terakhir,” wahyu yang diterimanya akan segera terjadi pada waktu dekat.2 Keyakinan ini ditegaskannya kembali dalam Why 1:3: “waktunya sudah dekat” dan dalam bagian akhir kitabnya (22:10). Pengertian “waktu” ini didasarkan pada Dan 7:22 (LXX; bdk Dan 8:17; 9:27; 11:35; 12:4, 7) dan diangkat kembali di dalam tradisi injil (Mrk 1:14; Luk 21:8). Apa yang harus segera terjadi itu harus disampaikan kepada umat kristiani supaya mereka diteguhkan dan diubah oleh wahyu tersebut.
Kedua, wahyu itu berisikan firman Allah dan kesaksian Yesus (ay. 2), sebuah ungkapan yang akan diulang dalam Why 1:9 dan 20:4. Selain itu, ungkapan “firman Allah” akan muncul kembali dalam Why 6:9 dan 19:13; dan dalam bentuk jamak, “perkataan-perkataan dari Allah” muncul dalam Why 17:17 dan 19:9. Ungkapan “kesaksian Yesus” muncul lagi dalam Why 12:17 dan 19:10. Ungkapan-ungkapan yang ditemukan secara berulang-ulang ini menjelaskan bahwa otoritas di balik wahyu adalah Allah dan Kristus. Yohanes tidak mengklaim dirinya sebagai sumber wahyu tetapi menonjolkan otoritas Yesus Kristus sebagai sumber wahyu dan penglihatan yang diterimanya. Hal ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan oleh Paulus tentang asal-usul injilnya. “Aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Gal 1:12).
Wahyu yang diterima oleh Yohanes dapat juga dikategorikan sebagai “kata-kata nubuat” (ay 3). Dengan mengkategorikannya sebagai kata-kata nubuat, Yohanes menempatkan kitabnya setingkat dengan kitab para nabi Perjanjian Lama yang diinspirasi oleh Roh Kudus.3 Dia tampaknya juga menginginkan kitabnya dibacakan secara lantang dalam pertemuan ibadat sebab dia menawarkan berkat bagi orang yang membaca, mendengar, dan menuruti apa yang tertulis di dalam kitabnya. “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan yang menuruti apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” (ay. 3; Luk 11:28; Yoh 12:47). Inilah sabda bahagia yang pertama dari tujuh sabda bahagia di dalam seluruh kitabnya (14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7, 14). Keinginan ini menunjukkan bahwa kitab wahyu bukanlah sesuatu yang bersifat rahasia yang tetap disegel dan tak terbaca sampai akhir zaman (Dan. 12:9).
Pentingnya membaca, mendengar, dan melakukan apa yang tertulis mendapat sorotan lebih lanjut di dalam kitabnya. Kata “mendengarkan” apa yang Roh katakan kepada gereja-gereja akan menjadi sebuah refrein di dalam suratnya kepada tujuh gereja di Asia kecil (2:7, 11, 17, 29; 3:6; 13, 22; bdk 3:3, 20; 13:9). Hanya mendengarkan sabda tentu saja tidak cukup dan karena itu Yohanes menekankan juga pentingnya “melakukan” pekerjaan, firman, dan perintah-perintah Allah (2:26, 3:8, 10; 12:17; 14:10) yang telah didengar. Pada bagian akhir kitabnya, Yohanes kembali menekankan pentingnya mendengarkan dan melakukan kata-kata nubuat yang tertulis dalam kitabnya (22:7, 18, bdk. 22:9, 17).

Pengantar khas sebuah surat (ay. 4-5a)
Selain mengambil bentuk wahyu dan nubuat, Yohanes juga mengambil bentuk surat dalam menuliskan apa yang telah didengarkan dan dilihatnya. Dengan mengambil bentuk sebuah surat, penulis memperkenalkan siapa dirinya dan siapa yang menjadi alamat suratnya (diskusi tentang siapa penulis dan siapa yang menjadi alamat suratnya lihat pengantar). Perkenalan itu disusul dengan salam pembuka seperti yang lazim kita temukan di dalam surat-surat Paulus (Rom 1:7; 1 Cor 1:3; bdk 1 Pet 1:2 dan Yud 2).
Perkenalan diri Yohanes dan si teralamat itu disusul dengan salam pembuka: “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu” (ay. 4). Salam pembuka ini identik dengan ucapan salam yang biasa digunakan oleh Paulus dalam surat-suratnya, yakni kasih karunia dan damai sejahtera (Rom 1:7; 1Kor 1:3; 2Kor 2:2).4 Menurut Yohanes, kasih karunia dan kedamaiaan itu berasal dari tiga sumber. Sumber yang pertama ialah “Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” (ay. 4, 8; 4:8; 11:17; dan 16:5). Ungkapan ini mungkin didasarkan pada penyingkapan nama Allah yang tertulis dalam Kel 3:14: “AKU ADALAH AKU." Penyingkapan nama Allah itu ditafsirkan kembali dalam tiga dimensi waktu, yakni masa kini (yang ada), masa lalu (yang sudah ada), dan masa yang akan datang (yang akan datang). Dimensi waktu itu mungkin berasal dari Yes 44:6: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.” Dimensi waktu itu berbeda dengan rentetan waktu yang normal, yakni masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Pemutarbalikan dua rentetan waktu yang pertama dari rentetan normal, menurut Slater, dimaksudkan untuk membuatnya konsisten dengan hidup, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.5
Sumber yang kedua adalah “ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya” (ay. 4). Gagasan tujuh Roh ini mengacu kepada Roh Kudus meski Yohanes tidak pernah menggunakan ungkapan “Roh Kudus.” Roh Kudus digambarkan di sini sebagai tujuh roh-malaikat yang berdiri di hadapan taktha (bdk. Tob. 12:15). Angka tujuh melambangkan kepenuhan dan secara teologis ketujuh Roh itu identik dengan kepenuhan dan kesempurnaan Roh Kudus (bdk. 3:1; 4:5; 5:6). Yohanes hanya memakai kata “Roh” yang mengisyaratkan bahwa dia sedang berbicara tentang Roh Kudus (2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 14:13; 22:17). Roh Kuduslah yang memberikan kasih karunia dan damai sejahtera di tengah-tengah kesulitan dan kekejaman yang akan datang.
Sumber yang ketiga adalah Yesus Kristus yang diidentifikasikan sebagai “saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini” (ay 5a). Identifikasi Yesus sebagai “saski yang setia” mengacu pada karya-Nya selama hidup di dunia.6 Selama hidup-Nya, Yesus melaksanakan pesan dan perintah yang telah diberikan Allah dengan setia sampai mati di kayu salib (bdk Ibr 2:17; 3:2; 2Tim 2:13). Sementara identifikasi Yesus sebagai “yang pertama bangkit dari antara orang mati” (bdk Rom 8:29; Kol 1:18) mengungkapkan pentingnya kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus adalah kabar gembira yang tiada taranya bagi dunia sebab hal itu menandai permulaan zaman baru di mana kematian tidak akan ada lagi (21:4). Akhrinya, identifikasi Yesus sebagai “yang berkuasa atas raja-raja di bumi” dianggap sebagai penggenapan harapan pemazmur (Mzm 89:27). Sebagai orang yang dibangkitkan dan dimuliakan oleh Allah, nasib semua manusia berada dalam tangan-Nya, termasuk orang yang mendakwanya pada masa lalu dan yang menentangnya pada masa kini. Jadi, Yesus yang disalibkan telah menjadi Tuhan atas alam semesta.

Pujian kepada Yesus (ay. 5b-6)
Yohanes mengajak umatnya untuk memuji kemuliaan dan kuasa Yesus. Ajakan itu dipahami sebagai tanggapan atas tindakan penyelamatan yang telah dilakukan-Nya bagi umat manusia. Di sini, Yohanes menyoroti tiga tindakan yang dijadikan sebagai alasan untuk memuji kemuliaan dan kekuasaan Yesus.7 Pertama, Yesus mencintai kita (ay. 5b). Cinta itu menjadi jelas dalam peristiwa kematian-Nya di kayu salib. Kedua, Yesus telah membebaskan kita dari kuasa dan perbudakan dosa melalui darah-Nya (ay. 5b). Hal ini mengacu kematian Yesus di kayu salib sebagai kurban penebusan bagi dosa-dosa kita (bdk Rom 3:23-26; Ef 1:7; Ibr 9:12; 1Ptr 1:19). Hidup-Nya dikurbankan untuk menyelamatkan kita dari kuasa dosa yang memperbudak. Tindakan penyelamatan ini akhirnya menempatkan kita berada di bawah otoritas kerajaan-Nya. Ketiga, Yesus telah menjadikan kita sebagai suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya (ay. 6). Hal ini melukiskan status orang kristiani yang telah ditebus dari kuasa dosa masa lalu yang memperbudak mereka. Status ini mengemakan janji Allah yang serupa dalam Kel 19:6, yang mana Allah menjanjikan kerajaan imam dan bangsa yang kudus kepada orang Israel yang telah dibebaskan dari penindasan Mesir. Akan tetapi, janji Allah yang terpenuhi pada masa yang akan datang tersebut itu diubah oleh Yohanes sebagai sesuatu yang telah terjadi. Melalui kematian Yesus di salib, relasi yang baru dengan Allah telah tercipta: “suatu kerajaan imam bagi Allah”, yang memelihara ibadat yang benar kepada Allah. Orang-orang kristiani melalui baptisan mereka telah dibebaskan dari kuasa dosa dan kepada mereka ditanamkan martabat dan kuasa baik raja maupun imam.

Nubuat Kedatangan Yesus (ay. 7)
Pujian bagi kemuliaan dan kuasa Yesus atas tindakan penyelamatan-Nya dilanjutkan dengan sebuah pernyataan profetis tentang kedatangan Kristus yang kedua. “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin” (ay. 7). Yohanes di sini menggunakan waktu kini daripada waktu yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa Yohanes mengharapkan akhir zaman segera datang.
Gambaran Yohanes tentang kedatangan Kristus yang kedua mengingatkan kita pada bahasa nubuat Dan 7:13: “tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia.” Namun, seorang serupa anak manusia dalam nubuat Daniel mengacu kepada orang-orang kudus Israel yang dijanjikan kemuliaan dan kerajaan kekal atas bangsa-bangsa yang telah menindas mereka. Seorang seperti anak manusia itu sama sekali tidak mengacu kepada pribadi Mesias, tetapi bagi Yohanes seorang seperti Anak Manusia itu mengacu kepada Mesias. Hal ini memperlihatkan bagaimana Yohanes menafsirkan kembali dan mengadaptasi apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama untuk menampilkan pesan dan harapannya akan kedatangan Kristus yang kedua dalam waktu yang dekat.
Kedatangan Yesus yang kedua akan mengadili semua manusia. Lukisan tentang pengadilan universal itu dikutip oleh Yohanes dari nubuat Zakaria 12:10 yang mengatakan, “mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”8 Yohanes mengutip gambaran ini dan menerapkannya kepada Yesus. Orang-orang telah menyalibkan Yesus, namun akan tiba harinya ketika mereka akan memandang-Nya lagi sebagai hakim mereka pada waktu kedatangan-Nya yang kedua. Pada waktu itu semua mata akan melihat Dia sebagai hakim yang menghakimi semua bangsa manusia, termasuk orang-orang yang telah menikam-Nya, orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Pada penampakan eskatologis, Kristus akan tampak di atas awan-awan dan menyatakan kekuasaan-Nya secara terbuka kepada seluruh dunia.

Penyingkapan diri Allah (ay. 8)
Pernyataan profetis tentang kedatangan Kristus yang kedua itu ditutup dengan penyingkapan diri Allah. Penyingkapan itu mungkin dimaksudkan sebagai jaminan bahwa pernyataan profetis Yohanes akan terpenuhi. Allah yang menjamin nubuat itu mengidentifikasikan dirinya dalam tiga gambaran. Pertama, “Alfa dan Omega” (ay. 8). Alfa dan omega adalah huruf yang pertama dan terakhir di dalam abjad Yunani. Gambaran ini akan ditemukan lagi dalam Why 21:6 dan 22:13. Dengan identifikasi ini, Yohanes mau menggambarkan Allah sebagai “yang pertama dan yang terakhir.” Kedua, “Yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang.” Gambaran ini mengulang apa yang telah dikatakan sebelumnya (Why 1:4). Gambaran ini mengarisbawahi aktivitas Allah yang mengatasi ruang dan waktu. Ketiga, “Yang Mahakuasa” atau lebih tepatnya, “Penguasa atas seluruh dunuia.” Seringnya gambaran ini muncul dalam kitabnya (Why 4:8; 11:7; 15:3; 16:7, 14; 19:6, 15; 21:22) mau menunjukan pesan teologis yang sangat besar pada kuasa dan kedaulatan Allah. Allah yang menguasai alam semestalah yang menjamin nubuat tentang kedatangan Kristus yang kedua.

1 Gerhard A. Krodel, Revelation (ACNT; Minneapolis: Augsburg, 1989), 79.
2 Daniel Harrington, Revelation: The Book of the Risen Christ (United States: New City Press, 1999), 28.
3 Lynn Harold Hough, “Revelation: Text, Exegesis, and Exposition,” dalam The Interpreter’s Bible (Nashville: Abingdon Press, 1957), 367.
4 Ucapan pembuka ini dilihat sebagai kombinasi dari ucapan salam yang biasa digunakan oleh orang-orang Yunani dan Yahudi. Orang-orang Yunani biasanya memakai ucapan: “kasih karunia.” Ucapan salam ini dipakai oleh orang kristiani untuk mengungkapkan kabar Gembira tentang kebaikan Allah yang menjangkau orang-orang yang dianggap tidak pantas, seperti orang-orang yang berdosa dan yang terpinggirkan. Berbeda dengan orang Yunani, orang-orang Yahudi biasanya memakai ucapan, “damai sejahtera.” Kata “damai sejahtera” itu mengacu pada suatu situasi yang lebih dari sekedar tiadanya perang, yakni suatu situasi atau keadaan damai dan sejahtera yang disebabkan oleh kehadiran dan tindakan Allah yang menyelamatkan di tengah-tengah umat Israel.
5 Slater, Christ and Community, 90
6 Jurgen Roloff, Revelation (Minneapolis: Fortress Press, 1993), 24
7 Krodel, Revelation, 85.
8 Yang melatarbelakangi nubuat Zakaria adalah kisah tentang Allah yang memberikan seorang gembala yang baik kepada umat-Nya, namun mereka tidak taat dan dengan bodoh membunuh gembala tersebut. Sebagai gantinya, mereka mengangkat para gembala jahat yang mencari keuntungan sendiri. Namun, akan tiba harinya ketika dalam anugerah Allah mereka akan bertobat dengan pedih, dan pada hari itu mereka akan memandang sang gembala yang baik yang sudah mereka tikam dan dengan sedih mereka meratapi dia dan menangisi apa yang telah mereka lakukan terhadapnya.

Tidak ada komentar: