Jumat, April 29, 2011

ALANGKAH BAIK DAN INDAHNYA…
Jarot Hadianto

“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya,
apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
(Mzm. 133:1)

Dengan tergesa-gesa, aku membuka lemari pakaian. Baju, celana – dan apapun yang terjangkau oleh tanganku – kuraih dan kumasukkan begitu saja ke dalam ransel. Semuanya berjejal-jejalan di situ. Setelah itu, buru-buru aku meninggalkan rumah, mencari angkutan umum, dan tiba di terminal setengah jam kemudian. Tanpa pikir panjang, segera saja aku memasuki sebuah bus yang akan membawaku kembali ke kampung halaman. Bus itu masih agak kosong. Jadi, aku duduk saja di dalamnya, berharap penumpang lain segera datang, agar kendaraan besar ini segera berangkat. Sambil menyabar-nyabarkan diri, sedikit-sedikit aku melirik jam yang terikat di tanganku. Kalau hati sedang gelisah, segala sesuatu memang jadi terasa lama!

Setelah serasa bertahun-tahun menunggu, ditemani lagu-lagu dari seorang pengamen bersuara sumbang, tampak tuan sopir memasuki bus dan menempati posisinya. Hatiku mulai lega, apalagi tak lama kemudian mesin kendaraan dihidupkan dan bus ini mulai beranjak meninggalkan terminal. Ah, perjalanan panjang rupanya sudah dimulai.

Diam bersama dengan rukun

“Segera pulang. Adik sakit keras. Masuk ICU.” Pesan singkat itulah yang tadi membuatku kaget dan jadi serba terburu-buru. Kenapa dengan adikku? Apa yang terjadi pada dirinya? Kata ICU sungguh membuatku ngeri. Itu kan tempat untuk orang yang sakitnya sudah parah. Dalam bayanganku, siapa pun yang masuk ke situ, itu artinya ia sudah dekat ke alam baka. Memangnya adikku sakit apa? Aku telah mencoba menelepon ke rumah untuk meminta penjelasan. Sayang, yang kudengar hanya suara orang menangis dan keterangan yang tidak jelas. Jatuh? Kecelakaan? Bocor? Darah di mana-mana? Entahlah. Suasana rumah tampaknya kacau. Jadi aku pun tidak bertanya lebih lanjut, selain menenangkan ayah-ibu yang aku telepon, sambil menjanjikan bahwa aku segera datang.

Namun, karena tinggal di tempat yang jauh, yang dimaksud “segera datang” paling cepat ya dua belas jam lagi. Bayangkan, aku harus menanggung kegelisahan dalam waktu yang demikian lama! Aku sungguh tak bisa tenang. Sebentar-sebentar aku mengubah posisi dudukku, kadang ke kanan, kadang ke kiri. Tapi sama saja, semuanya terasa tak nyaman. Lalu, kenapa pula bus ini jalannya terasa begitu lamban? Apa tidak bisa dipercepat sedikit, Pak Sopir? Seratus kilometer per jam mungkin? Aku jadi gusar. Sopir itu harus tahu bahwa aku mesti cepat-cepat sampai ke rumah! Situasi sedang gawat!

Tiba-tiba aku ingat, bulan ini adalah bulan yang dipersembahkan kepada Bunda yang Suci. Teringat akan kemurahan hatinya, aku pun menyapa dia, memohon penghiburan, “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.” Kudoakan doa itu tiga kali dalam hati, dan perlahan-lahan aku pun merasa tenang. Tiga kali Salam Maria tadi kupanjatkan dengan intensi untuk kesembuhan adikku, adik yang sebenarnya tidak terlalu aku sayangi.

Seperti minyak yang baik di atas kepala, seperti embun Gunung Hermon

Yah … bagaimana aku bisa menyayangi dia, dia ini boleh dibilang berandal, biang dari segala macam kekacauan. Tidak ada prestasinya, kecuali dalam hal membuat masalah dan menyusahkan orangtua. Ketika masih tinggal di rumah bersamanya, yang aku lakukan dengannya dari hari ke hari hanyalah bertengkar dan bersilang pendapat. Ayah-ibu pasti pusing melihat dua anaknya ini bertingkah layaknya kucing dan anjing.

Sebagai saudara tua, aku berharap dia mau berubah dan menjadi anak yang baik. Sayang, nasihatku bagaikan angin lalu baginya, dan ia malah memintaku untuk mengurusi diriku sendiri. Kesal benar aku mendengarnya. “Oke! Seumur-umur, aku tak akan pernah peduli lagi denganmu!” demikian aku bersumpah dalam hati.

Teringat akan hal itu, aku tersenyum pahit. Sekarang aku harus pulang untuk mengurusi dia lagi. Ah, dasar anak nakal! Apa yang kaubuat kali ini? Menyusahkan saja! Sebenarnya aku tidak terlalu heran kalau suatu ketika anak itu mengalami hal yang aneh-aneh. Itu sepadan dengan tingkah lakunya yang sering di luar kendali. Aku teringat akan sejumlah kegilaan yang ia lakukan di masa lalu. Dalam benakku yang senantiasa terstruktur rapi, kegilaan-kegilaan itu dapat dikelompokkan dalam tiga jenis.

Yang pertama adalah “prestasi akademis yang rendah”. Adikku yang tercinta ini malasnya bukan main. Sementara aku belajar, ia malah sibuk main game. Hari-hari sekolah ia isi dengan nongkrong di kantin dan di tempat parkir, seolah-olah di situlah ia belajar menuntut ilmu, bukan di kelas. Hasilnya tentu saja bisa ditebak. Nilai-nilai ujiannya jeblok dan buku rapornya pun kebakaran, penuh angka merah.

Yang kedua adalah “tindakan-tindakan brutal nan emosional”. Mungkin adikku ini punya cita-cita jadi petinju, karena dalam hal menonjok orang, kemampuannya sungguh luar biasa. Di kampung, ia disanjung sebagai jagoan. Di mana ada tawuran, di situ ia ada. Melengkapi kegemaran tersebut, ia suka kebut-kebutan dan mengisi malam dengan minum minuman keras. Ck, ck, ck, ck … melihat ia mabuk, aku sungguh merasa berhadapan dengan orang gila.

Yang ketiga adalah “tuntutan biaya hidup yang tinggi”. Dari mana ia bisa membiayai kesenangan-kesenangan itu? Tentu saja dari uang ayah dan ibu. Aku sungguh marah melihat kerja keras orangtuaku lenyap sia-sia di tangannya. Pernah aku hampir berkelahi dengannya gara-gara ia meminta uang kepada ibu dengan setengah memaksa. Itulah titik kritis hubungan persaudaraan di antara kami. Sejak saat itu, ia mulai hati-hati kalau aku ada di dekatnya, dan kami pun jarang bertegur sapa lagi. Maka tidak mengherankan, ketika tiga tahun lalu harus meninggalkan rumah karena mendapat pekerjaan di tempat yang jauh, aku sangat gembira, sampai bersorak-sorak kegirangan!

Aahhh … aku menghela nafas panjang sambil melihat ke arah jendela. Bus tengah melaju di sepanjang jalur pantai utara. Hari sudah gelap, rumah-rumah di pinggir jalan hanya tampak remang-remang. Bagaimana keadaan ayah-ibu sekarang ini? Mereka pasti sedang susah dan bingung. Memang adikku itu menyebalkan dan menyusahkan, tapi bagaimanapun juga dia itu anak mereka. Tiga kali Salam Maria kembali kupanjatkan, kali ini dengan intensi semoga ayah-ibu selalu sabar, tenang, dan baik-baik saja.

Ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat…

Menjelang tengah malam, sejenak aku bisa tertidur, tapi sayangnya tidak lama. Bapak sopir ini mungkin baru kemarin mendapat SIM. Cara mengemudinya sama sekali tidak halus, hingga bus berjalan terguncang-guncang tak keruan. Sesekali kendaraan ini bahkan mengerem mendadak akibat nyaris bersenggolan dengan bus tetangga. Sejumlah penumpang mengomel-ngomel, mereka sangat jengkel dan ketakutan. Aku mungkin merasakan hal yang sama, tapi pikiranku dipenuhi oleh masalahku sendiri.

Kembali aku teringat pada adikku. Bagaimanakah keadaannya sekarang. Benarkah kondisinya benar-benar gawat? Masih bertahankah dia? Dulu ia memang sering membuatku jengkel dengan tingkah lakunya yang menyebalkan itu. Lebih parah lagi, beberapa kali aku ditegur ayah dan ibu gara-gara dia. Mereka berkata, aku seharusnya bisa menjaga adikku dan mengarahkan dia ke jalan yang benar. Hah! Saat itu aku merasa dunia seakan terbalik-balik. Yang salah dia, kenapa yang dimarahi aku? Yah … dia memang mengesalkan. Tapi itu kan dulu. Dan, bagaimanapun juga dia itu adikku. Kodrat ini tak mungkin akan berubah.

Maka, pada saat yang genting ini, tak ada bisa kulakukan selain kembali ada di sisinya dan kembali menjadi saudara baginya. Aku tentu berharap ia sudah berubah. Tahun-tahun berlalu ketika aku jauh darinya semoga membuat ia makin dewasa, tahu membedakan mana yang baik, mana yang buruk. Tapi mungkin bukan itu yang penting saat ini. Yang penting saat ini adalah bagaimana ia bisa sembuh, keluar dari masa-masa kritis dan pulih seperti sedia kala. “Tuhan, dia itu saudaraku. Aku mungkin tak terlalu menyayangi dia, tapi aku pasti tidak pernah sungguh membenci dan memusuhi dia. Buatlah dia bertahan, Tuhan. Beri dia masa depan yang panjang.” Tiga kali Salam Maria kembali kupanjatkan, tapi kali ini untuk diriku sendiri. Semoga semangat kasih persaudaraan kembali berkobar dalam diriku.

… Dan kehidupan untuk selama-lamanya

Pagi-pagi buta, tepat jam empat, bus yang kutumpangi sampai ke kota tujuan. Aku bergegas turun, lalu berjalan cepat-cepat menuju rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari terminal. Masuk rumah sakit ketika hari masih gelap sungguh tidak menyenangkan. Jantungku berdebar-debar dibuatnya.

Mendekati ruang ICU, dari kejauhan aku melihat ayah, ibu, dan sejumlah saudaraku ada situ. Mereka terpuruk di lantai beralaskan koran, berpelukan satu sama lain, dan menangis terisak-isak. Hatiku makin tak keruan menebak-nebak apa gerangan yang terjadi. Dengan bergegas aku mendatangi mereka. Nafasku memburu, batinku sungguh tidak merasa tenang. Sambil berjalan mendekat, aku masih sempat mendoakan kembali tiga kali Salam Maria. Kali ini aku memohon yang terbaik untuk kami semua…***

Bacaan pendukung
Harun, Martin. Berdoa Bersama Umat Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 1998.




Rabu, April 13, 2011










Tambah Usia, Tambah Ceria New Book!
Karen O’Connor
Cet.1, 2009, 138 x 208 mm, 236 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 37.000,-
Harga Member Rp. 33.300,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN : 978-979-687-419-4

Ditulis secara jenaka, buku dengan kisah-kisah nyata yang menenangkan serta alkitabiah ini akan membuat Anda tertegun dan mengakui, “Ini seperti yang kualami!”
Pembicara dan penulis Karen O’Connor, mengundang Anda untuk tetap bergembira seiring bertambanya usia.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Berkarya Prima di Masa Tua
New Book!
Ted W. Engstrom & Joy P. Gage
Cet.1, 2009, 145 x 210 mm, 201 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 35.000,-
Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN : 978-687-659-4

Ted W. Engstrom menunjukkan hal tersebut. Dengan mengangkat 43 tokoh dalam buku ini, ia menunjukkan bahwa hidup ini bisa bermakna dan bertujuan pada usia berapa saja. Dari mantan presiden seminari yang terus mengembangkan minatnya, sampai penyandang polio yang tetap melakukan perjalanan. Dari seorang penginjil yang bekerja 10-12 jam sehari, sampai suami istri yang menjangkau dunia melalui situs Bible.com

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Memahami Krisis Lanjut Usia New Book!
Hanna Santoso & Andar Ismal
Cet.3, 2010, 145 x 207 mm, 128 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 24.000,-
Harga Member Rp. 21.600,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN : 978-979-687-549-8

Sekarang belum, tetapi kelak Anda akan menjadi lanjut usia. Atau mungkin Anda tinggal serumah dengan orang tua yang berusia lanjut. Atau mungkin juga Anda seorang rohanian, perawat, dokter, konselor, atau pelayan gereja yang sering mendampingi lansia. Itu berarti Anda perlu memahami pola pikir dan perilaku lansia. Lebih penting lagi, Anda perlu perlu memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik berbagai krisis fisik dan psikis lansia. Penjelasan dari segi medis dalam buku ini ditulis oleh Hanna Santoso, dan dari segi pedalogis-pastoral oleh Andar Ismail.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









12 Sikap Baik BATITA New Book!
Mary Manz Simon
Cet.1, 2010, 177 x 176 mm, 272 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 72.000,-
Harga Member Rp. 64.800,- (disc 10%)
Kategori : Anak-anak
ISBN : 978-979-687-780-5

Kumpulan kisah binatang yang lucu ini mencontohkan 12 nilai kebajikan bagi batita Anda. Tiap kisah memberikan contoh-contoh sederhana dan kongkret, sehingga mudah untuk diingat.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Ayub, Korban Masyarakatnya New Book!
Rene Girard
Cet.2, 2006, 145 x 209 mm, 218 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 35.000,-
Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci
ISBN : 979-687-210-2

Girard memperlihatkan suatu hal yang hampir tidak pernah diungkapkan para penafsir Alkitab tentang penyebab kemalangan Ayub. Ia mengangkat suatu unsur baru yang mesti dikembangkan dalam Kitab Ayub yakni objek keluhan Ayub.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Doa-doaku (Kumpulan Doa Anak Sehari-hari New Book!
A.L. Simanjuntak
Cet.1, 2010, 204 x 226mm, 36 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 35.000,-
Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%)
Kategori : Anak-anak
ISBN : 978-979-687-798-0

Kumpulan Doa Anak Sehari-hari

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Semata-mata Keadilan New Book!
Naim Stifan Ateek
Cet.1, 2009, 145 x 210 mm, 260 hlm, BPK GUNUNG MULIA
Harga Rp 40.000,-
Harga Member Rp. 36.000,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 978-979-687-624-2

Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk menyelami konflik tersebut dalam berbagai dimensinya. Kita juga dapat belajar untuk hidup damai dan belajar bertindak adil kepada sesama saudara-perempuan dan laki-laki-anak-anak dari Allah Yang Maha Esa, yang menciptakan dan memilih sesama.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org
KATA KITAB SUCI TENTANG GEREJA
Alfons Jehadut

Dalam Perjanjian Baru, kita menemukan banyak kata “gereja” (Yunani: ekklēsia). Namun, anehnya kata itu tidak pernah muncul dalam keempat injil, kecuali injil Matius yang hanya muncul sebanyak tiga kali (3X). Kata itu lebih banyak kita temukan dalam surat-surat Paulus yang menggunakannya sebanyak tujuh puluh dua kali (72 X), Kisah Para Rasul sebanyak dua puluh tiga kali (23 X), dan kitab Wahyu sebanyak dua puluh kali (20 X).

Karena kata itu lebih banyak muncul dalam surat-surat Paulus, maka fokus perhatian saya di dalam tulisan ini hanya pada surat-surat Paulus. Pertama-tama saya akan dijelaskan tentang istilah gereja dan kemudian dilanjutkan dengan kiasan-kiasan yang dipakai untuk melukiskan gereja.

Istilah gereja

Kata gereja berasal dari kata Yunani ekklèsia, yang berarti persekutuan atau perkumpulan umat Allah. Kata ini paling sering digunakan oleh Paulus untuk mengacu kepada orang-orang yang berkumpul dalam nama Yesus. Kata ini ditarik secara langsung oleh Paulus dari identitas bangsa Israel sendiri. Orang Israel melihat dirinya perkumpulan umat Allah (Ibrani: Qahal Yahweh). Karena Paulus sering berbicara tentang “jemaat Allah” , maka hampir pasti bahwa Paulus memiliki konsep Israel ini dalam pemikirannya.

Kata gereja (ekklèsia) tidak pernah dipahami oleh Paulus sebuah gedung. Kata ini juga tidak dipahaminya sebagai gereja universal, meskipun dikembangkan dalam surat-surat Deutero-Paulinum (Ef. 5:25-27; Kol. 1:24). Gereja pertama-tama dipahaminya sebagai sebuah komunitas jemaat lokal yang dibaptis menjadi pengikut Kristus Yesus. Pemahaman ini bukan karena Paulus menentang gagasan gereja universal, melainkan karena gereja lokal merupakan pengalamannya sentralnya. Ke mana pun ia pergi, ia mendirikan komunitas kristiani lokal atau mengunjungi jemaat yang telah didirikannya.

Jika gereja tidak dipahami dalam arti gedung, di manakah jemaat-jemaat lokal berkumpul bersama sebagai pengikut Kristus Yesus? Pada awalnya mereka mungkin berkumpul di dua tempat. Pertama, mereka berkumpul bersama dengan orang Yahudi saleh di sinagoga-sinagoga lokal untuk membaca firman Allah dan berdoa. Bersama dengan orang-orang Yahudi lainnya, mereka masih beribadat di sinagoga dan bait Allah. Hal ini masuk akal karena jemaat kristiani perdana kebanyakan berlatar belakang Yahudi. Kedua, mereka berkumpul di rumah-rumah anggota jemaat untuk merayakan Ekaristi. Kegiatan berkumpul di rumah anggota jemaat untuk merayakan ekaristi inilah yang membedakan jemaat kristiani perdana dari orang-orang Yahudi yang bukan kristiani. Pertemuan di rumah-rumah anggota jemaat ini mungkin sebuah kebutuhan praktis karena bagi orang kristiani sinagoga-sinagoga dengan cepat melarang orang kristiani.

Menarik bahwa Paulus tidak pernah menggunakan kata synagōgē untuk mengacu kepada perkumpulan jemaat kristiani dalam surat-suratnya. Jemaat kristiani tidak mempunyai tempat pertemuan yang dapat disejajarkan dengan sinagoga untuk beribadat. Surat-suratnya mengindikasikan bahwa jemaat kristiani perdana berkumpul di gereja-rumah. Paulus menyebut beberapa gereja-rumah dalam surat-suratnya. Ia menyampaikan salam dari Aquila dan Priskila serta jemaat di rumah mereka kepada jemaat di Korintus (1Kor. 16:19). Beberapa tahun kemudian ia menyampaikan salam kepada Priskila dan Aquila serta jemaat di rumah mereka (Rom. 16:3, 5). Salam kepada jemaat yang berkumpul di rumah Filemon disampaikannya ketika menulis surat kepada Filemon dari dalam penjara (Flm 2). Ia juga menyampaikan salam kepada Nimfa dan jemaat yang berkumpul di rumahnya dalam surat Kolose (Kol. 4:15). Dalam empat salam inilah Paulus berbicara secara eksplisit tentang gereja-rumah, yakni persekutuan dan perkumpulan jemaat kristiani di rumah-rumah anggota jemaat sebagai cikal bakal dari komunitas kristiani.

Gereja sebagai tubuh Kristus

Salah satu kiasan favorit Paulus untuk melukiskan gereja adalah tubuh Kristus. Komunitas kristiani dipandang sebagai satu tubuh dalam Kristus. “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan semua anggota tubuh itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus” (1Kor 12:12); “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1Kor. 12:27); “kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus” (Rom. 12:5). Dalam 1Kor. 12:12-31 (juga Rom. 12:4-8), Paulus merefleksikan kesatuan tubuh dengan anggota-anggotanya yang bekerja secara harmonis untuk mengatasi perpecahan dalam komunitas karena keanekaragaman karunia. Tubuh kita terdiri dari banyak anggota yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Semua anggota memerlukan satu sama lain. Tidak ada anggota yang memonopoli dengan mengambil alih peranan orang lain dan tidak satu pun anggota yang tidak membutuhkan yang lain. Anggota tubuh yang lemah sekalipun mempunyai peran dan karena itu harus diberi penghormatan yang lebih besar sehingga tidak mengganggu sistem di dalam tubuh.

Sebagai anggota tubuh Kristus, kita mempunyai peran dan andil masing-masing di dalam menghidupkan Gereja secara keseluruhan. Tidaklah bijaksana kalau kita bersikap sombong dengan memandang sebelah mata karunia yang diterima oleh sesama kita. Kita tidak boleh mengklaim bahwa karunia yang kita terima lebih rohani dan berbobot dibandingkan dengan karunia yang diterima oleh sesama yang lain. Semua orang mempunyai keistimewaan yang tidak dapat diambil alih secara sempurna oleh sesama yang lain. Keistimewaan karunia yang diberikan kepada kita dimaksudkan untuk kebaikan semua anggota umat beriman, bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Membangun kebaikan dan keutuhan komunitas secara keseluruhan adalah tujuan keanekaragaman karunia Roh (1 Kor 12:7).

Dalam Kol. 1:18 (juga Ef. 5:23), Paulus menggunakan kiasan yang sama tentang gereja sebagai tubuh, tetapi dengan memberikan penekanan yang berbeda. Kristus tidak lagi digambarkan sebagai gereja itu sendiri, tetapi sebagai “kepala tubuh, gereja.” Tekanan ada pada hubungan antara jemaat dan Kristus, bukan lagi pada kesatuan antara para anggota. Dalam 1 Korintus dan Roma, Paulus menggunakan kiasan tubuh untuk berbicara tentang keanekaragaman dan kesalingtergantungan di antara jemaat kristiani. Dalam Kolose dan Efesus, Kristus digambarkan sebagai kepala tubuh. Gambaran ini lebih bersifat hirarkis, yang menggarisbawahi struktur otoritas dan ketaatan, kekuasaan dan kepatuhan.

Dalam Ef. 1:23 gereja (ekklèsia) pertama-tama dilukiskan sebagai tubuh Kristus dan kemudian sebagai kepenuhan (Yunani: plèrõma) Kristus yang memenuhi semua dan segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berdiam di dalam Kristus (Kol. 1:19; 2:9), maka Kristus, kepala gereja, dipenuhi oleh kepenuhan Allah. Sebagai anggota tubuh Kristus, gereja diliputi oleh kepenuhan Kristus sebagai kepala-Nya dalam setiap aspeknya. Melalui lukisan gereja sebagai kepenuhan Kristus yang memenuhi semua dan segala sesuatu, kita melihat suatu perkembangan pemahaman Paulus tentang gereja. Gereja tidak lagi dipahami sebagai sebuah jemaat lokal, tetapi dipahami sebagai jemaat universal.

Gereja sebagai mempelai Kristus

Gambaran lain yang dipakai untuk melukiskan gereja adalah mempelai Kristus. Gambaran ini muncul dalam 2Kor 11:2 dan Ef. 5:22-32. Dalam 2Kor. 11:2 jemaat lokal Korintus digambarkan sebagai calon mempelai yang telah dipertunangankan dengan Kristus. Gambaran ini dipakai untuk mendukung nasihatnya kepada mereka untuk tetap setia pada komitmen awal mereka kepada Kristus Yesus ketika para pengajar lain datang dan mempengaruhi jemaat Korintus. Dalam konteks inilah Paulus mengatakan bahwa ia sangat cemburu jika mereka berbalik dari iman kristiani karena mereka telah dipertunangankannya dengan satu laki-laki untuk membawa mereka sebagai perawan suci kepada Kristus.

Dalam Ef. 5:22-32 hubungan Kristus dengan gereja dianologikan dengan hubungan suami-isteri. Suami mewakili Kristus dan isteri mewakili Gereja. Istri yang mewakili gereja dinasihati untuk taat kepada suaminya seperti kepada Tuhan. Kualitas ketaatan itu dilukiskan seperti ketaatan kepada Tuhan. Sikap taat isteri kepada suami dianggap sebagai bagian dari kewajiban kepada Tuhan. Suami yang mewakili peran Kristus juga dinasihatkan untuk mengasihi isterinya. Kualitas yang dituntut dari seorang suami sama dengan kasih Kristus terhadap gereja, “sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Ef. 5:25). Dengan menekankan kasih Kristus yang telah menyerahkan diri bagi gereja, Paulus menunjukkan kasih suami tidak hanya terbatas pada larangan yang lebih praktis untuk tidak memperlakukan dengan kasar dan untuk memenuhi kebutuhan material, tetapi juga kesiapsediaan untuk mengorbankan kesenangan pribadi demi kebahagiaan seorang isteri. Gambaran ini berakar dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan hubungan Yahweh-umat-Nya dengan hubungan suami-isteri (Hos. 1-3; Yeh. 16; Yes. 50:1-2; 54:5-8; 62:4-5; Yer. 31:21-22). Allah setia kepada umat-Nya; rela mengampuni umat yang dicintai-Nya; dan mau memulihkan kembali perjanjian dengan umat-Nya (bdk Yes. 16:5-63).

Gereja sebagai keluarga Allah

Gambaran yang lain adalah gereja sebagai keluarga Allah. Di sini kata gereja (ekklèsia) menunjukkan gereja lokal, yakni keluarga Allah, jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran (1Tim 3:15, mirip dengan Ef. 2:19). Penulis 1 Timotius berpikir tentang gereja sebagai sebuah keluarga yang dikelola dengan baik ketika melukiskan kualitas moral dan intelektual dari seorang yang memegang posisi sebagai penilik jemaat (3:1-7), dan diakon (3:8-13). Kemampuan untuk mengelola rumah tangga dilihat sebagai sebuah indikator baik untuk melihat kualitas moral dan intelektual seorang yang mengurus jemaat Allah. “Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus jemaat Allah?” (1Tim. 3:5; bdk. 1Kor. 16:15-18).

Gambaran tentang kualitas moral dan intelektual seorang penilik jemaat dan diakon ditampilkan tatkala gereja menghadapi krisis internal yang serius yang disebabkan oleh pengajar sesat. Dalam situasi seperti ini surat-surat pastoral menanggapinya dengan menekankan peran penilik jemaat, kepala pengajar dan pengelola gereja (1Tim. 3:1-7; Tit. 1:5-9). Seorang penilik jemaat bertanggung jawab untuk mempertahankan ajaran gereja yang ortodoks (1Tim. 5:17; Tit. 1:9). Selain penilik jemaat, ada juga diakon, pelayan (1Tim. 3:8-12) meski kita tidak diberitahukan apa kewajiban yang membedakannya dengan penilik jemaat. Ujian dasar baik bagi penilik maupun diakon adalah kemampuan untuk mengatur keluarganya sendiri. Keduanya haruslah seorang yang tahu mengatur rumah tangganya sendiri sebelum mereka dipilih untuk memperhatikan jemaat Allah. Hanya setelah membuktikan diri sebagai seorang kepala keluarga yang baik, seseorang bisa dipilih dan diangkat menjadi pengatur rumah Allah (Tit. 1:7).

Gereja sebagai batu karang

Dalam injil Matius, ada dua gambaran tentang gereja. Gambaran pertama, batu karang (Mat.16:18; lihat juga Ef. 2:19-22; 1Tim. 3:15). Gambaran ini muncul ketika Yesus bertanya secara formal dan eksplisit kepada para murid-Nya tentang identitas diri-Nya di Kaisarea Filipi. Pada saat inilah Petrus sebagai juru bicara para murid menanggapinya dengan berkata, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). Menanggapi pengakuan Petrus yang benar ini, Yesus memberkati dan memberikannya serangkaian peran dalam gereja. Petrus diberkati karena apa yang dikatakannya tidak berasal dari pikirannya tetapi diperoleh dari pewahyuan Allah. Ketika Allah menyatakan kepada Petrus pengetahuan tentang identitas Yesus, Allah telah memulai karya pembangunan gereja.

Ada tiga peran yang diberikan kepada Petrus, yakni batu karang gereja, pemegang kunci kerajaan surga; orang yang memiliki otoritas untuk melepaskan dan mengikat. Dari tiga peran ini kita hanya berfokus pada peran pelayanannya sebagai fondasi bagi gereja (ekklèsia), yakni komunitas para murid Yesus. Petrus menjadi fondasi atau pilar bagi komunitas para murid Yesus. Batu karang yang di atas gereja dibangun adalah Petrus sendiri, bukan hanya imannya. Diakui bahwa Petrus lebih dari seorang figur yang mewakili para rasul di sini. Ia dipilih dan diberikan peran secara unik.

Gereja sebagai komunitas para pendosa

Gambaran kedua tentang gereja ditampilkan oleh Matius ketika berbicara tentang apa yang harus dilakukan sebagai sebuah komunitas umat beriman ketika seorang anggotanya berbuat dosa. Langkah koreksi persaudaraan pertama yang diambil adalah menasihatinya secara pribadi di bawah empat mata (bdk. Im. 19:17). Jika teguran dan nasihat ini tidak berhasil, langkah kedua yang harus dilakukan adalah membawa satu atau dua orang saksi untuk mendengarkan dan menasihatinya (bdk. Im. 19:16). Tujuan membawa saksi adalah untuk menunjang upaya koreksi persaudaraan sehingga seorang berbuat dosa itu mengakui dosa-dosanya dan bertobat.

Jika dua langkah pertama juga gagal, maka persoalannya harus disampaikan kepada gereja (ekklèsia, Mat. 18:17), yang di sini mengacu kepada persekutuan atau perkumpulan jemaat lokal. Langkah ini juga diambil supaya orang yang telah berbuat dosa itu bertobat dan kembali bersatu dengan komunitas gereja yang kudus. Namun, jika nasihat jemaat tetap tidak didengarkan, maka jemaat tidak lagi menganggapnya sebagai anggota komunitas murid Yesus tetapi sebagai seorang yang belum menjadi pengikut Kristus. Inilah yang disebut sebagai ekskomunikasi. Kuasa untuk mengikat dan melepaskan yang diberikan kepada Petrus dalam Mat. 16:19 sekarang diberikan oleh Yesus kepada para murid sebagai sebuah kelompok (Mat. 18:18). Maka, Gereja mempunyai otoritas untuk menyampaikan hukuman atas nama Allah dan gereja juga mempunyai otoritas untuk melepaskan dan memulihkan seseorang dari hukuman tersebut.

Penutup

Ada berbagai gambaran yang berbeda-beda tentang gereja dalam surat-surat Paulus dan injil Matius. Tidak ada kiasan yang lebih unggul daripada yang lain. Masing-masing gambaran menyediakan suatu pemahaman penting tentang bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri sebagai gereja. Namun, surat-surat Paulus konsisten dalam pemahaman dasarnya tentang gereja sebagai komunitas yang didefinisikan oleh relasinya dengan Allah melalui Yesus yang bangkit.



1. “Jemaat Allah” (1Kor. 1:1; 10:32; 11:22; 15:9; 2Kor. 1:1; Gal. 1:13;); “jemaat-jemaat Allah” (1Kor 11:16; 1 Tes. 2:14; 2Tes. 1:4); “jemaat di dalam Allah” (1Tes 1:1; 2Tes.1:1).
2. Ronald. D. Witherup, 101 questions and Answers on Paul (New York: Paulist Press, 2003) 67-68
3. Vincent Branick, The House Church in the Writings of Paul (Wilmington, Delaware: Michael Glazier, 1989), 14.
4. Nasihat ini sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Yunani-Romawi yang sangat menekankan kewajiban isteri terhadap suami dan bukan kewajiban suami terhadap isteri. Suami tidak mempunyai kewajiban terhadap isterinya. Dengan menasihati suami, Paulus meletakkan tanggung jawab yang sama kepada suami. Ada tanggung jawab timbal balik dalam relasi suami-isteri.
5. Brendan Byrne, Lifting the Burden: Reading Matthew’s Gospel in the Church Today (Collegeville: Liturgical Press, 2004), 129-132.
6. Ada beberapa variasi kesaksian mengenai siapakah fondasi gereja. Menurut 1 Kor. 3:11 “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”. Pada sisi lain, menurut Ef. 2:20 keluarga Allah “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (2Tim. 2:19).

Jumat, April 08, 2011










Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi (Asas-asas dan Pedoman)
New Book!
Komisi Liturgi KWI
Cet.1, 2011, 223 x 156 mm, 310 hlm, OBOR
Harga Rp 60.000,-
Harga Member Rp. 54.000,- (disc 10%)
Kategori : Sakramen-Gereja
ISBN : 979-979-565-572-5

Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen
(Vatikan, 17 Desember 2001)

Nihil Obstat : C. H. Suryanugraha OSC
Jakarta, 04 Juli 2010
Imprimatur Yohanes Subagyo Pr
Vikjen Keuskupan Agung Jakarta
Jakarta, 21 Januari 2011

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Devosi kepada Keluarga Kudus
New Book!
Pusat Pendampingan Keluarga MSF
Cet.1, 2011, 223 x 156 mm, 49 hlm, OBOR
Harga Rp 10.000,-
Harga Member Rp. 9.000,- (disc 10%)
Kategori : Liturgi
ISBN : 979-979-565-571-8

Buku ini dipersembahkan khusus untuk keluarga-keluarga Katolik yang senantiasa menimba berkat, teladan dan keutamaan hidup dari Keluarga Kudus Nazaret: Yesus, Maria, dan Yusuf.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Terus Berubah-Tetap Setia
New Book!
Stephen B. Bevans & Roger P. Schroeder
Cet.1, 2006, 223 x 156 mm, 783 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 120.000,-
Harga Member Rp. 108.000,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 979-9447-90-3

Karya agung Bevans dan Schroeder ini merupakan suatu buku yang disusun dalam kerja keras selama sembilan tahun. Isinya padat dan menyeluruh. Para pengarang menghasilkan sebuah buku teologi historis yang sekaligus adalah buku sejarah misi. Puncak karya ini – bagian III – memunculkan sebuah teologi misi ekumenis bagi awal abad ke 21, sebuah sintetis dari trend-trend utama sepanjang masa. Ilham Protestan dan Pantekosta, Katolik dan Ortodoks dipertemukan dalam pola yang mereka juluki “misi sebagai dialog profetis.”

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Teologi dalam Perspektif Global New Book!
Stephen B. Bevans
Cet.1, 2010, 248 x 149 mm, 510 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 98.000,-
Harga Member Rp. 88.200,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 978-979-94-4756-6

Buku ini tidak membahas metode teologi secara abstrak, tetapi menunjukkan bagaimana teologi seharusnya dan sebenarnya dilakukan.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Novena Kerahiman Ilahi New Book!
Valent D. Setiaji, FIC
Cet.1, 2011, 190 x 125 mm, 104 hlm, KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Doa
ISBN : 978-979-21-2882-6

Buku kecil ini berisi rangkaian doa novena dari hari pertama sampai hari terakhir, ditutup dengan doa syukur dan pujian atas Kerahiman Ilahi.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Menjebol Jeruji Prasangka: Membaca Alkitab Dengan Jiwa New Book!
John Mansford Prior
Cet.1, 2010, 210 x 142 mm, 256 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 56.000,-
Harga Member Rp. 50.400,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 978-979-94-4759-0

Buku ini berisi hasil dari berbagai upaya untuk membaca, menafsir serta memahami Alkitab dalam cara ‘lintas budaya’.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org

Kamis, April 07, 2011










M.A.P (Mimbar, Altar, dan Pasar)
New Book!
Kokoh Prihantanto
Cet.1, 2007, 210 x 135 mm, 608 hlm, LAMALERA
Harga Rp 66.000,-
Harga Member Rp. 59.400,- (disc 10%)
Kategori : Filsafat, Teologi
ISBN : 979-9447-05-4

“Romo Kokoh menyakini bahwa menjadi seorang imam bukan pertama-tama untuk dirinya sendiri atau keluarganya, tapi untuk orang lain. Ini memang hakikat imamat. Seorang imam tak lagi hanya berkotbah dari atas Mimbar, dan dia tak lagi bisa berdiam diri di atas Altar. Ia mesti turun dari singgasana Mimbar dan Altar untuk bersaksi tentang Kabar Gembira di tengah Pasar. Pasar tak lain adalah dunia kenyataan di mana terhampar seluruh persoalan hidup dalam mana seorang iman dipanggil untuk bersaksi. “.....Kamu adalah surat cinta Tuhan, yang ditulis bukan dengan tinta yang ditulis di atas loh batu, tetapi dengan roh pada hati.....”, begitulah harapan Paulus dari Tarsus.”

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Khresna Mencari Raga
New Book!
Eddy Kristiyanto, OFM
Cet.1, 2009, 210 x mm, 140 hlm, LAMALERA
Harga Rp 145.000,-
Harga Member Rp. 130.500,- (disc 10%)
Kategori : Sejarah
ISBN : 978-979-25-4812-9

Fransiskus Asisi, perintis gerakan fransiskanisme, menjadikan evangelisasi sebagai salah satu opsi utama yang mendasari sekaligus menjiwai keberadaannya. Semangat evangelisasi yang didasarkan pada panggilan ilahi, dengan demikian merupakan bagian konstitutif gerakan para Fransiskan.
“Francis, go and rebuild My church”
–Dia yang miskin dan tersalib-

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Ekaristi Meneguhkan Iman, Membangun Persaudaraan, Menjiwai Pelayanan New Book!
Mgr. I. Suharyo
Cet.1, 2011, 170 x 130 mm, 103 hlm, KANISIUS
Harga Rp 15.000,-
Harga Member Rp. 13.500,- (disc 10%)
Kategori : Liturgi
ISBN : 978-979-21-2929-8

“.....Setiap orang yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, haruslah penuh gairah ingin bebuat baik, menyenangkan Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya, dan bertumbuh dalam kesalehan. Ia pun akan siap menjadi saksi Kristus di dalam segala hal, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia, agar dunia diresapi dengan semangat Kristus. Sebab tidak ada satu umat Kristiani pun dapat dibangun, kecuali kalau berakar dan berporos pada perayaan Ekaristi Mahakudus.” (Eucharisticum Mysterium no.13)

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Doa Lansia New Book!
G. Suprayitno, Pr
Cet.2, 2011, 190 x 125 mm, 111 hlm, KANISIUS
Harga Rp 18.000,-
Harga Member Rp. 16.200,- (disc 10%)
Kategori : Liturgi
ISBN : 978-979-21-2866-6

“Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban”
-Amsal 20:29-

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Bukan Berhala! Penghormatan Kepada Para Leluhur New Book!
Alex Jebadu
Cet.1, 2009, 280 x 140 mm, 319 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 60.000,-
Harga Member Rp. 54.000,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 979-978-9447-81-7

Kehadiran buku ini yang memberikan pendasaran teologis yang memadai terhadap praktik penghormatan terhadap para leluhur dapat membantu para petugas Gereja untuk menghadapi praktik ini secara kreatif. Apabila dipelajari dengan baik dalam bingkai teologi yang tepat, maka praktik penghormatan terhadap para leluhur tidak harus menciptakan dualisme dalam penghayatan iman, sebaliknya bisa memperkaya iman dan bisa membantu masyarakat untuk tidak tenggelam dalam amnesia yang berbahaya.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Berdiri di Ambang Batas New Book!
John Mansford Prior
Cet.1, 2008, 210 x 140 mm, 229 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 45.000,-
Harga Member Rp. 40.500,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 978-979-9447-89-0

Refleksi-refleksi dalam buku ini menyangkut hal ihwal keberalihan melintasi tapal batas sosial, agama dan budaya. Tapal batas membingkai jati diri sekelompok masyarakat. Ia bisa berperan sebagai penghalang atau penghubung.

©


Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Bercerita Tentang TUHAN: Gagasan Homili New Book!
Hubertus Agustus Lidi, OSC
Cet.1, 2010, 190 x 120 mm, 125 hlm, LAMALERA
Harga Rp 42.000,-
Harga Member Rp. 37.800,- (disc 10%)
Kategori : Katekis Pastoral
ISBN : 978-979-25-4824-3

Buku bercerita tentang Tuhan, Gagasan Homili ini berhasil menangkap arus kebutuhan yang sedang mengalir di kalangan umat, yang selama ini terlanjur terungkap secara negatif: membosankan, tidak ada isi, monoton, dan sebagainya. Tak hanya itu penulis juga berhasil mengemas kiat-kiat yang dijalankan seorang pengkhotbah agar tampil sebagai produsen yang handal di hadapan konsumen yang sedang berada di tengah belantara kebutuhan selalu berubah.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Alam Belum Berhenti Bercerita New Book!
Dr. Ebenhaizer/Nuban Timo
Cet.1, 2010, 190 x 120 mm, 240 hlm, PENERBIT LEDALERO
Harga Rp 48.000,-
Harga Member Rp. 43.200,- (disc 10%)
Kategori : Teologi
ISBN : 978-979-94-4761-2

Buku ini menceritakan tentang Alam yang menyediakan bagi kita sejumlah referensi pengetahuan bukan hanya untuk kebutuhan pengembangan intelektual tetapi juga untuk penguatan iman dan penyerahan diri kepada pemeliharaan Tuhan. Setelah membaca buku ini ada keinginan yang kuat di dalam diri kita untuk terus belajar mengenal kearifan lokal masyarakat di mana kita berada sebab ada sesuatu di dalamnya yang berguna bagi Injil.

©

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org



Rabu, April 06, 2011










"Bertekun dalam ajaran para rasul dan penuh semangat untuk berbagi dengan yang lain"


RINGKASAN PKS VOL.26

NO. 3, Mei-Juni 2011 New
Harga Rp. 7.500,-



Kehidupan Komunitas Kristiani Perdana
Hari Minggu Paskah II – 1 Mei 2011
Ada beberapa karakter komunitas Kristiani perdana. Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, juga bertekun dalam persekutuan, yakni dengan penuh semangat berbagi dengan yang lain.

Khotbah Petrus pada Waktu Pentakosta
Hari Minggu Paskah III – 8 Mei 2011
Para murid berbicara dalam aneka bahasa pada waktu perayaan Pentakosta. Apa mereka sedang mabuk? Petrus tampil untuk menjelaskan hal itu.

Bertobat & Dibaptis dalam Nama Yesus
Hari Minggu Paskah IV – 15 Mei 2011
Petrus tampil sebagai pengkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi di Yerusalem. Dalam perwartaan ini, ia tidak segan-segan mengingatkan kesalahan dan dosa mereka, supaya mereka merasa bersalah, mengakui kesalahan, dan akhirnya bertobat.

Pemilihan Tujuh Diakon
Hari Minggu Paskah V – 20 Mei 2011
Bertambahnya jumlah murid membuat para rasul mengalami kesulitan dalam membagi sedekah, sehingga ada yang menuduh mereka telah bertindak kurang adil. Bagaimana memecahkan persoalan ini?

Orang Samaria Percaya Yesus Itu Mesias!
Hari Minggu Paskah VI – 29 Mei 2011
Warta keselamatan disampaikan kepada setiap orang, bahkan orang-orang yang paling hina dalam pandangan manusia. Tuhan juga menghendaki mereka diselamatkan.

Menanti dalam Doa
Hari Minggu Paskah VII – 5 Juni 2011
Kepergian Yesus ke surga mendorong para rasul untuk bertindak mandiri. Ketakutan mereka kini telah digantikan oleh pengharapan akan janji Yesus.

Pentakosta: Peristiwa Sinai yang Baru
Hari Raya Pentakosta – 12 Juni 2011
Karya Allah tak mungkin dihalangi manusia. Allah sendiri berkenan mencurahkan Roh-Nya, yang memampukan orang-orang yang percaya kepada Yesus untuk bersaksi dan menyatakan iman mereka.

Arti Sebuah Nama
Hari Raya Tritunggal Mahakudus – 19 Juni 2011
Di sejumlah tempat dalam Kitab Suci, Allah memang digambarkan sebagai sosok yang menakutkan. Benarkah Dia seperti itu?

Roti dari Surga
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus – 26 Juni 2011
Musa marah melihat orang Israel berpaling dari Allah, meninggalkan Dia yang telah menyelamatkan mereka. Dua loh batu berisi sepuluh firman Allah langsung dihancurkannya!


Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247

Fax : 021 – 83795929

SMS Center : 021 – 93692428

Email : pks@biblikaindonesia.org