Senin, Juni 28, 2010

Mazmur 15

SUATU MALAM DI RUMAH TUHAN

Jarot Hadianto

“TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” (Mzm. 15:1)

Lima menit lamanya aku mematut-matut diri di depan cermin, menata baik-baik jubah yang aku kenakan. Wah, jubah ini terasa begitu mantap! Warnanya cokelat kehitaman, dilengkapi tudung di belakang kepala dan tali bersimpul tiga di bagian pinggang.

Kata orang, cokelat sebagai warna tanah adalah lambang kemiskinan dan kehinaan manusia. Ordo ini sengaja memilih jubah berwarna cokelat karena memang itulah semangat yang mau diwartakan: miskin sebagaimana Yesus dulu adalah orang miskin. Tapi mengenakan jubah ini sama sekali tidak membuat aku merasa miskin, apalagi hina. Bagaimana tidak, jubah ini begitu bagus, terbuat dari kain terbaik yang harganya pasti mahal. Di depan cermin, malam ini, dengan jubah cokelat ini, aku justru merasa gagah dan berwibawa.



TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?

Setelah yakin bahwa semuanya sudah rapi, rambut juga sudah tersisir rapi, aku pun melangkah meninggalkan kamar menuju kapel untuk mengikuti acara meditasi. Kapel biara terletak agak jauh dari kamarku, yakni di sisi bangunan yang lain. Di situ, meski kecil, kapel tersebut berdiri dengan anggunnya, dikelilingi oleh lapangan rumput yang hijau dan taman bunga nan asri. Di samping kapel berdiri pohon asam raksasa yang setia memberinya naungan dari terik matahari dan guyuran air hujan. Singkat kata, kapel ini diselimuti ketenangan dan kedamaian. “Inilah rumah Tuhan yang sesungguhnya,” demikian batinku berkata.

Setiap kali memasuki kapel ini, aku selalu merasa gembira, lebih dari yang kurasakan ketika aku memasuki rumah-rumah Tuhan yang lain, misalnya gereja paroki. Dibanding kapel kecil ini, gereja paroki kami tentu saja jauh lebih megah. Gedungnya besar, sekarang malah sudah dilengkapi dengan pendingin udara guna menyejukkan hati umat paroki ini yang kabarnya suka panas akibat bertengkar satu sama lain. Namun, kemegahan itu kurang membuatku terkesan. Bagiku rumah Tuhan adalah rumah doa, dan di gereja paroki aku tak pernah bisa berdoa dengan tenang. Di situ doaku ditenggelamkan oleh jeritan penjual kaos, balon, bakso, dan mi ayam yang menjajakan dagangannya dengan penuh semangat.

Jadi dengan senang hati malam ini aku kembali memasuki kapel kesayanganku. Acara kami malam ini adalah membaca bacaan rohani, meditasi setengah jam, dan terakhir, mendoakan ibadat penutup yang disebut completorium. Dengan perlahan aku membuka pintu kapel sambil menyapa Dia yang empunya rumah, “Tuhan, ini aku. Izinkan aku kembali berkunjung ke rumah-Mu, untuk memohon berkat dan belas kasihan dari-Mu...”



Yaitu dia yang berlaku tidak bercela

Kalau ditanya, semua frater pasti mengaku sangat menggemari meditasi. Demikian juga yang terjadi dengan teman-temanku. Dalam berbagai kesempatan sharing, kecintaan itu selalu mereka ungkapkan. Ada yang bilang, “Meditasi membuat diri kita dekat dengan Sang Pencipta.” Yang lain bersaksi, “Keheningan dalam meditasi memampukan kita untuk mengenal diri kita sendiri.” Temanku yang darah tinggi berkata, “Berkat meditasi, emosi saya tidak meledak-ledak lagi.” Setiap kali mendengar refleksi yang bagus tapi berlebihan itu, aku selalu mengeluh dalam hati, “Aduh, aduh, kamu-kamu yang ngomong sampai berbusa-busa itu, bukannya kamu selalu ketiduran saat meditasi?”

Nah, orang-orang yang aku keluhkan itu sekarang berada di sekelilingku. Meditasi sudah setengah jalan, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, dan aku memandangi mereka sambil mengelus dada. Lihatlah, mereka semua meliuk-liuk seperti pohon pisang tertiup angin. Mata mereka terpejam, bibir sedikit menganga, kepala terangguk-angguk, sementara tubuh mereka miring ke sana dan ke sini. Sentuhlah orang-orang itu sedikit saja, niscaya mereka akan bertumbangan bagaikan tiang listrik diterjang badai. Begitu mereka sebut meditasi? Itu tidur Bung, bukan meditasi!

Andai saja Pater Magister ada, pastilah ia akan marah besar seperti minggu lalu. Waktu itu, mendapati calon-calon imam ini terlelap saat meditasi di sekeliling tabernakel, ia langsung saja meledak, “Kalian pikir kalian itu Samuel?!!” Samuel dalam 1Sam. 3:2-10 memang tidur di dekat tabut Allah dan saat itu ia mendapat panggilan dari-Nya. Tapi para frater yang mencoba mengikuti jejak Samuel ini bukannya mendapat panggilan Allah, melainkan omelan dari Pater Magister. Mereka dinasihatinya untuk menghormati kekudusan rumah Tuhan dan untuk menjaga perilaku saat berada di dalamnya. “Coba lihat apa yang kalian lakukan,” katanya masih dengan notasi tinggi, “Kalian itu bukannya berdoa di rumah Tuhan, tapi ngiler di rumah Tuhan!”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, apalagi ketika melihat teman-temanku itu dihukum mencabuti rumput di kebun kacang yang mahaluas. Lo, apakah aku tidak ikut dimarahi? Tentu saja tidak. Berbeda dengan mereka, aku tidak pernah ketiduran saat meditasi. Dalam hal meditasi, aku memang merasa diri sudah cukup mumpuni. Bayangkan saja, buku-buku yang menunjang meditasi karangan Anthony de Mello seperti Sadhana, Doa Sang Katak, dan Burung Berkicau sudah aku lahap semuanya.

Tapi teman-temanku ini memang payah. Minggu lalu dimarahi, minggu ini perbuatan yang sama diulang lagi. Dengan kesal, kupandangi mereka yang pura-pura khusyuk itu satu per satu. Hmmm…



Tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, tidak berbuat jahat terhadap temannya

Di biara ini ada dua belas frater, sama benar dengan murid-murid Yesus yang jumlahnya juga dua belas. Selain dalam hal jumlah, kesamaan itu agaknya terletak pula dalam hal tingkah laku. Para murid dipanggil untuk mendukung karya Yesus, namun kerap kali hal itu tidak mereka pahami. Murid-murid malah sering menyusahkan Yesus dan membuat-Nya repot. Persis seperti itulah kelakuan dua belas frater ini.

Temanku yang duduk bersila di dekat tabernakel itu contohnya. Dia yang mengaku “anak orang kantoran” ini sering membuat yang lain merasa jengkel. Penyebabnya, dia ternyata tidak terbiasa dengan kerja tangan. Itu berarti dia tidak bisa menyapu, tidak bisa ngepel, tidak bisa memangkas rumput, dan banyak lagi tidak bisa yang lain. Anak manja seperti ini masuk biara? Dia pasti salah memilih jalan hidup!

Tidak jauh dari dia, ada temanku yang banyak bicara, sedikit bekerja. Mungkin dia ini calon pengkhotbah ulung, tapi terus terang apa yang ia katakan jarang sekali dilaksanakan. Baru-baru ini, terinspirasi oleh Santo Fransiskus Asisi yang menyebut semua ciptaan sebagai saudara dan saudari, ia membuat refleksi hebat berjudul “Mencintai Saudari-saudari Ayam yang Kita Pelihara.” Tak lama kemudian, ia lupa memasukkan saudari-saudari ayamnya itu ke dalam kandang sehingga semuanya tewas dimakan saudara kucing.

Sementara itu, teman yang duduk di sampingku adalah orang yang serba lamban dan terlambat. Kalau dia mendapat giliran masak pagi, kami pasti merasa cemas, sebab anak ini kalau tidur lupa bangun. Karena terlambat bangun itulah suatu ketika ia pernah masak dengan terburu-buru dan akhirnya menyajikan nasi setengah matang saat makan pagi. Kami jadi dongkol dan menyindirnya, “Saudaraku, kita ini biasa makan nasi, bukan beras.”

Pada akhirnya, aku pun memejamkan mata dan membuat suatu kesimpulan. “Ah, teman-temanku semua,” kataku dalam hati, “kalian ini sungguh frater-frater yang payah!”



Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya

Menjelang completorium, meditasi ditutup dengan pembacaan sebuah perikop Kitab Suci. Seorang frater membacakan Mazmur 15 dengan lantang, “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya…”

Aku terkejut mendengarnya. Ya Tuhan, ketentuan-ketentuan itu telah aku langgar! Tiba-tiba aku tersadar bahwa meditasi tadi telah kuisi dengan kesombongan diri, dengan celaan dan pikiran buruk akan teman-temanku. Apa gunanya doa tanpa perbuatan nyata? Apa pula gunanya meditasi jika hati ini dipenuhi sumpah serapah terhadap orang lain?

Malam itu, sambil melangkah meninggalkan kapel, aku mulai berpikir-pikir, “Tuhan, bukan teman-temanku, tapi mungkin akulah yang kurang layak berdiam dalam rumah-Mu…”***



Bacaan Pendukung

Barth, Marie Claire, dan B.A. Pareira. Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 1-72. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Harun, Martin. Berdoa Bersama Umat Tuhan: Berguru pada Kitab Mazmur. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Mays, James L. Psalms. Louisville: John Knox Press, 1994.
Stuhlmueller, Carroll. Psalms 1. Delaware: Michael Glazier, Inc, 1983.

Senin, Juni 21, 2010

SURAT-SURAT KEPADA TUJUH GEREJA - Bag. 7

“ENGKAU SUAM-SUAM KUKU, DAN TIDAK DINGIN ATAU PANAS”

Surat kepada Jemaat di Laodikia (Why. 3:14-22)



14 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, sumber dari ciptaan Allah: 15 Aku tahu segala pekerjaanmu: Engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! 16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. 17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, 18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari Aku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. 19 Siapa yang Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu, bersungguh-sungguhlah dan bertobatlah! 20 Lihat, Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk menemui dia dan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. 21 Siapa yang menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. 22 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.


Sapaan si teralamat (ay. 14a)

Berlokasi di lembah sungai Lycus, Laodikia terkait erat dengan dua kota lain yang terletak di lembah, Hierapolis di bagian utara dan Kolose di bagian Timur (bdk Kol 4:13). Letaknya yang sangat strategis ini membuat kota ini menjadi pusat perdagangan besar abad pertama. Kota yang cukup makmur itu diporakporandakan oleh gempa bumi pada tahun 60M tetapi penduduknya menolak bantuan kaisar. Mereka membangun kembali kotanya sendiri. Karena lembah Lycus sangat baik untuk menggembalakan domba, kota itu dikenal secara luas dengan produksi kain wol hitamnya yang lembut dan licin. Laodikia juga terkenal dengan sekolah keperawatannya. Sekolah keperawatan itu terkenal karena minyak yang dihasilkan untuk menyembuhkan penyakit telinga dan mata.
Komunitas kristiani di kota ini didirikan oleh rekan kerja Paulus, mungkin Epafras (Kol 1:7; 4:12-13). Sayangnya, surat Paulus kepada umat di Laodikia yang disebutkan dalam Kol 4:16 tidak tersimpan lagi seperti juga suratnya kepada jemaat di Korintus dalam 1Kor 5:9. Surat-surat Paulus kepada jemaat di Kolose dan Laodikia dapat dipertukarkan sehingga surat untuk jemaat Kolose dapat juga dibaca oleh jemaat Laodikia (Kol 2:1; 4:12-16).

Identifikasi diri pemberi perintah (ay. 14b)

Dalam surat yang perhatian utamanya bukan pada tekanan dari pihak luar atas gereja melainkan pada kehilangan semangat religius dari dalam gereja itu sendiri, Yohanes mengidentifikasikan diri Yesus yang pemberi perintah sebagai “Amen, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah” (ay. 14b). Identifikasi diri Yesus sebagai Amen ini mengambilalih identifikasi diri Allah sendiri dalam Perjanjian Lama (Yes 65:16-17). Lagi-lagi, gelar Perjanjian Lama untuk Allah digunakan untuk Yesus di sini. Seperti Allah sendiri, Yesus itu sungguh-sungguh dapat dipercaya dan dapat diandalkan karena Dia memenuhi apa yang dikatakan-Nya. Kata “Amen” yang berarti “sungguh-sungguh benar” merupakan kata standar yang digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk mengakui atau menyepakati kebenaran dari apa yang dikatakan oleh orang lain. Dengan mengidentifikasikan diri sebagai Amen, Yesus menegaskan bahwa pesan-pesan-Nya pantas dipercayai sebagai sesuatu yang benar dan dapat diandalkan karena Dialah saksi yang setia dan benar.
Yesus juga mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “permulaan dari ciptaan Allah.” Identifikasi diri sebagai “permulaan dari ciptaan Allah” tidak berarti bahwa Yesus adalah orang yang pertama diciptakan oleh Allah. Kata “permulaan” (Yunani: arkhe) juga berarti sumber, dasar, atau prinsip. Karena itu, identifikasi ini mungkin berarti bahwa Yesus adalah sumberu utama seluruh ciptaan Allah sehingga apa yang dikatakannya mempunyai legitimasi yang kuat. Yesus adalah Amen Allah karena Dialah saksi yang pantas dipercaya dan sumber ciptaan dan penebusan Allah.

Celaan dan panggilan pertobatan (ay.15-19)

Bagian tubuh surat ini memuat dua hal, yakni celaan (ay. 15-18) dan panggilan untuk bertobat (ay. 19-20). Jemaat kristiani Laodikia dicela karena mereka kurang bersemangat dalam kehidupan rohani dan mereka puas dengan diri mereka sendiri. Kekurangan semangat rohani itu digambarkan oleh Yohanes sebagai “suam-suam kuku, tidak dingin atau panas.” Gambaran tidak dingin atau panas yang disoroti sebanyak tiga kali (ay. 15-16) ini berfungsi untuk menggarisbawahi keseriusan situasi jemaat yang tidak bersemangat.21 Keseriusan situasi jemaat yang tidak bersemangat itu diikuti oleh sebuah pernyataan penghakiman, “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” (ay. 16). Sebagai umat kristiani, mereka tidak boleh suam-suam kuku, mereka harus membuat suatu keputusan yang tegas. Sikap kompromi tidak dibenarkan karena kesetiaan yang total kepada Kristus tidak mungkin bisa dikompromikan dengan partisipasi mereka dalam upacara penyembahan kepada kaisar dan kepada berhala-berhala.
Celaan bagi jemaat Laodikia juga terkait dengan gambaran diri mereka. Mereka menggambarkan diri mereka sendiri sebagai orang yang kaya secara material, “tidak kekurangan apa-apa” (ay. 17; bdk Hos 12:8; Zak 11:5). Gambaran diri semacam ini mengungkapkan suatu kesombongan dan kepuasan diri mereka. Gambaran diri semacam ini dilihat oleh Yesus sebagai sebuah gambaran yang tidak sesuai dengan realitas sebab mereka sesungguhnya melarat, malang, miskin, buta dan telanjang secara rohani. Yesus melihat bahwa mereka perlu membeli emas dari-Nya yang telah dimurnikan dalam api supaya mereka benar-benar menjadi kaya. Selain itu, mereka membutuhkan pakaian putih dari Yesus supaya mereka tidak telanjang meski mereka membanggakan diri sebagai kota penghasil tekstil yang terkenal dengan kain wol hitam. Akhirnya, mereka juga membutuhkan dari Yesus minyak untuk menyembuhkan mata mereka meski kota mereka itu dikenal dengan sekolah kedokteran dengan produksi minyaknya yang terkenal untuk menyembuhkan penyakit mata.
Meskipun kehidupan rohani jemaatnya kurang bersemangat, Yesus menawarkan jemaat kristiani Laodikia untuk membeli emas yang telah dimurnikan dalam api melalui peristiwa salib-Nya supaya mereka benar-benar menjadi kaya, untuk mengenakan pakaian putih yang membuat mereka tidak terlihat telanjang, untuk mendapatkan minyak yang dapat melunasi mata mereka supaya mereka dapat melihat hal-hal yang bersifat rohani. Tawaran-tawaran itu didasarkan pada konteks sosio-historis lokal sehingga tawaran Yesus itu mudah dimengerti oleh jemaat. Melalui tawaran-tawaran itu Yesus mengatakan bahwa kekayaan rohani itu hanya datang dari diri-Nya. Dialah yang menyediakan kekayaan rohani yang benar, pakaian putih yang dijanjikan bagi para pemenang yang mempertahankan dan memberikan kesaksian iman mereka dengan setia (3:5), dan mata yang terang sehingga mereka dapat melihat hal-hal yang bersifat rohani.
Celaan dan tawaran di atas diteruskan dengan sebuah panggilan untuk bertobat. Jemaat yang semangatnya suam-suam kuku diberi kesempatan lagi untuk bertobat. Cintalah yang membuat Yesus menundakan hukuman-Nya dan memanggil jemaat untuk bertobat. Mereka dipanggil untuk berbalik dari rasa puas diri dan kesombongan diri mereka. Panggilan untuk bertobat itu sebuah karunia dan bukan hak istimewa yang mereka harus dapatkan. Dalam kitab wahyu, panggilan untuk bertobat itu tidak dipahami sebagai sebuah hak istimewa yang dimiliki oleh kaum beriman tetapi sebagai sebuah tawaran dan karunia Allah yang diberikan kepada umatnya yang selalu jatuh di dalam dosa.

Janji bagi para pemenang (ay. 20-22)

Panggilan untuk bertobat itu disusul dengan sebuah janji. Apa yang penting dalam janji ini adalah ancaman penghakiman, “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” bagi jemaat yang semangatnya suam-suam kuku dan arogan (ay. 16) belum dilaksanakan. Jemaat masih diberi kesempatan untuk mendengarkan Yesus yang mengetuk pintu dan mengundang Dia untuk masuk ke dalam hati mereka. Di sini Yesus tidak memaksakan diri-Nya untuk diperlakukan secara ramah oleh jemaat. Dia menantikan undangan jemaat-Nya untuk masuk ke dalam hati mereka. Jika mereka membuka pintu hati, Yesus akan masuk ke dalam hati dan hidup mereka. Dengan demikian, persekutuan dan persahabatan dengan Yesus itu betul-betul lahir dari dalam diri umat sendiri dan bukan sesuatu yang datang dari luar.
Para pemenang dijanjikan akan duduk bersama dengan Yesus di atas takhta-Nya seperti Yesus telah duduk bersama dengan Bapa-Nya di atas takhta Bapa-Nya (2:21). Janji ini mirip dengan janji Yesus kepada para murid-Nya, yakni duduk di atas dua belas takhta untuk menghakimi dua belas suku Israel (Mat 19:28; Luk 22:20). Janji ini sejajar dengan janji kekuasaan dan kedaulatan atas bangsa-bangsa pada bagian sebelumnya (Why 2:26-27). Orang-orang kristiani yang melalui baptisan telah diangkat menjadi raja (1:6) pada akhirnya akan memerintah bersama Kristus dan Bapa-Nya (bdk Luk 22:30; Why 5:6; 20:6; 22:5). Seperti Yesus oleh karena penaklukan-Nya telah menjadi pemenang dan memerintah bersama dengan Bapa-Nya, demikian juga mereka yang bertahan dalam iman akan berpartisipasi dalam pemerintahan mesianik dan mengambil bagian dalam kedaulatan Kristus. Tidak ada privilese yang lebih besar, tidak ada nasib yang lebih berjaya daripada duduk bersama dengan Yesus di atas takhta-Nya seperti Yesus duduk bersama dengan Bapa-Nya di atas takhta Bapa-Nya. Inilah “mahkota dari janji-janji” yang ada dalam tujuh surat dan yang ditemukan pada akhir surat yang dialamatkan kepada gereja yang semangat rohaninya suam-suam kuku.

Penutup

Surat kepada tujuh gereja di Asia kecil merefleksikan kehidupan gereja awal. Dari refleksi tujuh gereja inilah kita melihat ada beberapa kesulitan umum yang dihadapi oleh jemaat kristiani awal. Kesulitan umum itu berkaitan dengan orang-orang Yahudi dan dengan penyembahan berhala orang-orang bukan Yahudi. Baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi memiliki kuasa dan pengaruh atas kehidupan jemaat kristiani awal. Dalam banyak hal kedua kelompok itu didukung oleh pemerintah Romawi. Untuk melawan kuasa dan pengaruh baik dari orang-orang Yahudi maupun dari yang bukan Yahudi, jemaat kristiani awal dituntut untuk tetap setia beriman kepada Yesus.
Kesulitan umum lain yang dihadapi oleh umat kristiani awal adalah munculnya pengajar-pengajar palsu. Pada waktu Perjanjian Baru belum ditulis jemaat kristiani hanya memiliki sedikit petunjuk dan fondasi bagi pembentukan dan penghayatan iman mereka. Umat kristiani sedang berjuang untuk memahami iman mereka yang baru. Pada saat yang sama ada banyak penafsiran iman yang muncul dan berkembang. Tidak semua tafsiran itu akurat sehingga menimbulkan banyak kesulitan. Ada beberapa kelompok yang disebut seperti kelompok Bileam-Balak (2:14), Nikolaus (2:6, 15), dan Izebel (2:20-24). Meski tidak dapat dipastikan siapa dan bagaimana ajaran mereka, namun yang jelas ajaran mereka telah menimbulkan kontroversi di tengah jemaat kristiani di Asia Kecil.
Selain masalah-masalah yang datang dari luar komunitas, jemaat kristiani awal juga menghadapi persoalan yang datang dari dalam komunitas mereka sendiri. Mereka kurang memiliki semangat hidup rohani. Sebagai umat kristiani, mereka tidak boleh bersemangat suam-suam kuku, mereka harus membuat suatu keputusan yang tegas. Sikap kompromi tidak dibenarkan karena kesetiaan yang total kepada Yesus tidak mungkin bisa dikompromikan dengan partisipasi mereka dalam upacara penyembahan kepada kaisar dan kepada berhala-berhala. Oleh karena itu celaan terhadap semangat iman yang suam-suam kuku itu diikuti dengan sebuah hukuman, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” (3:16).
Yohanes mengakui bahwa Yesus yang bangkit, seorang serupa Anak Manusia, adalah Tuhan yang mengarahkan dan yang menghakimi jemaat kristiani. Yesus yang bangkit dan yang berbicara sebagai Tuhan atas jemaat itu memerintah, memuji, mencela, dan memberi petunjuk tentang apa yang harus mereka lakukan supaya mereka bisa masuk ke dalam Yerusalem baru. Yesus yang bangkit adalah agen ilahi yang mengirim pesan-pesan Allah kepada gereja-gereja (1:9-20). Dialah Anak Allah (2:18), memiliki Roh Allah (3:1), seorang yang setia dan saksi yang benar dan yang memerintah alam semesta (3:14). Dia memegang kuasa bersama dengan Allah Yang Maha Kuasa. Dia memiliki pengetahuan yang melampaui pengetahuan manusia. Dia mengetahui segala sesuatu, yakni masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang (2:20-23). Dia mengadili dan menuntut pertobatan (bdk 3:9-10, 19) tetapi tidak pernah memaksa siapapun untuk bertobat (bdk 3:20). Sebagai Tuhan atas jemaat, Yesus mengevaluasi sikap dan tingkah laku jemaatnya dan menerapkan strategi yang berbeda-beda untuk mengoreksi situasi yang berbeda-beda yang dihadapi oleh jemaatnya. Da mendesak (2:5, 7, 9-11, 12, 17, 19; 3:13, 18, 22), mengingatkan dan menghukum (2:4-6; 14-16; 3:1-2, 15-17), memuji (2:2-3, 6, 13; 3:4, 8), dan memberi janji-janji keselamatan (2:7, 10, 11, 17, 26, 28; 3:5, 12, 21, 26-28; 3). Semuanya itu memperlihatkan perhatian Yesus bagi gereja-gereja awal yang sangat besar dan otoritas-Nya atas gereja-gereja.

21 Trafton, Reading Revelation, 51.

Senin, Juni 07, 2010










RINGKASAN PKS VOL.25
NO. 4, JULI-AGUSTUS 2010
Harga Rp. 7.500,-

Bersukacitalah Walau Dimusuhi dan Dikucilkan
Hari Minggu Biasa XIV – 4 Juli 2010

Orang-orang yang mau hidup secara benar dan jujur sering menghadapi berbagai risiko yang sulit. Mereka berhadapan dan berbenturan dengan orang-orang yang tidak jujur dan tidak tulus dalam menghayati imamnya.



Firman Tuhan Itu Sangat Dekat
Hari Minggu Biasa XV – 11 Juli 2010

Firman Tuhan bukanlah sesuatu yang bersifat rahasia, yang hanya diketahui dan dipahami oleh orang tertentu saja. Firman itu bersifat sederhana, dapat dipahami dan dipraktikkan.



Keramahan Abraham & Tertawanya Sara
Hari Minggu Biasa XVI – 18 Juli 2010

Percayalah kepada Allah yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dia tidak dapat dan tidak boleh diukur oleh ketidakmampuan kita.



50 - 10: Abraham Menawar Keputusan Tuhan
Hari Minggu Biasa XVII – 25 Juli 2010

Abraham nekat mendebat keputusan Tuhan demi keselamatan penduduk Sodom dan Gomora.



Banyak Bekerja Tidak Berguna
Hari Minggu Biasa XVIII – 1 Agustus 2010

Untuk apa kita bekerja keras? Apakah untuk mengumpulkan kekayaan? Apa guna kekayaan itu kalau toh pada akhirnya kita tetap akan mati? Pengkhotbah mengingatkan, semua itu tidak permanen, tidak abadi, dan tidak tahan lama.



Siaga Sepanjang Waktu
Hari Minggu Biasa XIX – 8 Agustus 2010

Menurut penulis kitab Kebijaksanaan Salomo, peristiwa keluaran bukanlah peristiwa sejarah biasa. Di situ ada iman yang mendapat jawaban, ada keluh kesah yang mendapat hiburan, ada kejahatan yang mendapat hukuman, ada penantian yang akhirnya terpuaskan; di situ ada karya Tuhan.



Perempuan Berselubungkan Matahari
Hari Raya Maria Diangkat ke Surga – 15 Agustus 2010

Dialah umat Allah. Dia itu seperti ibu yang melahirkan Sang Mesias. Sekalipun di dunia ini dihina dan ditindas, umat Allah tetap bersinar dan mulia karena Kristus meneranginya.



Semua Bangsa Akan Dikumpulkan
Hari Minggu Biasa XXI – 22 Agustus 2010

Seseorang yang percaya kepada Allah mengasihi sesama tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Sebab, semua manusia dikasihi oleh Allah dan darah Kristus tercurah demi keselamatan seluruh umat manusia.



Makin Besar Makin Merendah
Hari Minggu Biasa XXII – 29 Agustus 2010

Dalam keberhasilan dan kebesaran yang telah dicapainya, kita diajak untuk tetap rendah hati. Sebab, dalam keagungan dan kemahakuasaan-Nya, Tuhan juga tetap menunjukkan kerendahan hati-Nya, yakni dengan memperhatikan orang yang hina dina.



Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428

Email : pks@biblikaindonesia.org










RINGKASAN WACANA BIBLIKA VOL. 10
NO. 3, JULI-SEPTEMBER 2010
Harga Rp. 9.000,-
“KERJA”

Topik Utama
ANTARA PENGOLAH TANAH & TUAN TANAH: GEMA ARTI GANDA DALAM KEJ. 2:4b-3:24
Oleh: Deshi Ramadhani, SJ

Kej. 2:4b-3:24 ternyata punya dua lapisan arti. Pertama, pada lapisan permukaan, menegaskan bahwa manusia memang ada untuk bekerja. Kedua, pada lapisan tersembunyi, menggambarkan sebuah ketimpangan sosial antara para tuan tanah dan buruh tani.



Topik Utama
BEKERJA DALAM TERANG AJARAN YESUS
Oleh: A. Hari Kustono, Pr

Yesus adalah manusia pekerja. Ia berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Misi penyelamatan dihayati Yesus sebagai panggilan untuk bekerja. Bagaimanakah ajaran dan semangat Yesus dapat menjadi orientasi kerja kita sebagai umat Kristiani?



Topik Utama
BURUH SEJAHTERA VERSI ASG
Oleh: Peter C. Aman, OFM

Gereja memaklumkan diri sebagai bagian utuh dunia dengan segala duka, kecemasan, harapan, dan sukacitanya. Jadi sudah sewajarnya Gereja peduli pada persoalan yang melilit buruh sebagai pelaku kemajuan dan perubahan sejak era industrialisasi.



Kerasulan Kitab Suci
AKULAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP
Oleh: Andreas B. Atawolo, OFM

Kematian merupakan tanda ketidakberdayaan manusia secara total. Manusia hanya bisa menerimanya secara pasif. Kematian itu kejam, karena merenggut rencana-rencana masa depan manusia. Ia tidak pandang waktu dan usia; bahkan mendatangi manusia secara sadis…



Perikop-perikop Sulit
PEDANG RAJA SALOMO
Oleh: Jarot Hadianto

Demi keadilan, Raja Salomo siap membelah seorang bayi menjadi dua.



Apa Kata Kitab Suci tentang...
KOLEKTE
Oleh: Alfons Jehadut

Ternyata Injil tidak pernah berbicara tentang kolekte. Tidak ada kisah yang menceritakan bahwa setelah berkhotbah atau mengajar orang banyak, Yesus meminta para murid untuk mengedarkan kantong-kantong kolekte.



Arkeologi
OSUARI KAYAFAS

Inilah osuari Kayafas, imam besar yang memainkan peran penting dalam penangkapan Yesus dan pengadilan atas diri-Nya.



Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428

Email : wb@biblikaindonesia.org









ALKITAB EDISI STUDI
LAI
Cet.1, 2010, 170 x 250 mm, 2100 hlm, LAI
Harga Rp 350.000,-
Harga Member Rp. 315.000,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci


ALKITAB EDISI STUDI dilengkapi aneka ilustrasi untuk menolong pembaca menggali dan menghayati Firman Tuhan. Dan juga disediakan Pengantar dan Garis-garis Besar Setiap Kitab, 15 Artikel Latar Belakang dan Ratusan Artikel Singkat, Peta-peta, Pertanyaan-pertanyaan Renungan, Ayat-ayat Emas, Enam Jenis Catatan yang Ditandai dengan Lambang-lambang.

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428

Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









KOMPENDIUM TENTANG PRODIAKON
Emanuel Martasudjita, Pr
Cet.1, 2010, 160 x 220 mm, viii + 233 hlm, KANISIUS
Harga Rp 22.000,-
Harga Member Rp. 19.800,- (disc 10%)
Kategori : Liturgi
ISBN : 978-979-21-2660-0

Kompendium tentang Prodiakon menunjuk arti kurang lebih: ikhtisar segala hal yang mesti diketahui dan dipahami tentang prodiakon dan oleh prodiakon. Buku ini menyampaikan secara kurang lebih lengkap dan dalam bahasa yang ringkas, padat, dan sederhana mengenai pengertian dan sejarah prodiakon, peran kaum awam dalam liturgi Gereja, syarat dan tugas prodiakon, profil prodiakon yang baik, spiritualitas prodiakon, paham dasar tentang liturgi, perlengkapan liturgi bagi prodiakon, penerimaan komuni, pelayanan sabda, pelayanan ibadat sakramentali-devosi.

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428

Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









TERESA DARI KALKUTA
Krispurwana Cahyadi, SJ
Cet.1, 2010, 130 x 180 mm, 224 hlm, KANISIUS
Harga Rp 30.000,-
Harga Member Rp. 27.000,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN : 978-979-21-2665-5


Buku ini berisikan beberapa tulisan yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam satu tema besar, “Belajar beriman dari Teresa”. Sosok pribadi Teresa dipakai sebagai acuan untuk belajar menbangun hidup dan iman di tengah kenyataan hidup yang kita hadapi dewasa ini. Kenyataan hidup yang ditandai dengan krisis iman dan moral memang merupakan tantangan. Namun, bukan tantangan untuk dihadapi dengan sikap marah dan ketertutupan, sebaliknya tantangan untuk dihadapi dengan membarui hidup dan cara beriman, cara menjalin relasi dengan Allah dan sesama.

Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428

Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org

SURAT-SURAT KEPADA TUJUH GEREJA - Bagian 6

“DILINDUNGI DARI HARI PENCOBAAN YANG AKAN DATANG”
Kepada jemaat di Filadelfia (Why. 3:7-13)

7 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. 8 Aku tahu segala pekerjaanmu: Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku. 9 Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan sujud di depan kakimu dan mereka akan tahu bahwa Aku mengasihi engkau. 10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang tinggal di bumi. 11 Aku datang segera. Peganglah terus apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu. 12 Siapa yang menang, ia akan Kujadikan tiang di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru. 13 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.

Sapaan si teralamat (ay. 7)
Surat ini diawali dengan sapaan kepada jemaat di Filadelfia. Kota Filadelfia terletak di bagian tenggara kota Sardis dan menghubungkan beberapa jalur perdagangan karena letaknya sangat strategis. Selain itu, tanahnya subur terutama di bagian utara sehingga sangat cocok untuk kebun anggur. Kota, yang dibangun pada paruhan abad ke-2 SM, dihancurkan oleh gempa bumi pada tahun 17 M dan dibangun kembali dengan bantuan kaisar Tiberius. Kota yang dibangun kembali itu diberi nama baru, yakni Kaisarea baru.

Identifikasi diri pemberi perintah (ay. 7b)
Yohanes mengidentifikasikan Yesus yang memberi perintah kepadanya untuk menulis dan mengirimkan surat sebagai “yang kudus, yang benar.” Identifikasi diri Yesus semacam ini di tempat lain hanya digunakan untuk Allah (6:10). Dalam Perjanjian Lama sebutan ini digunakan untuk Allah. Allah disebut sebagai yang kudus dan yang benar (Hos 11:9). Dialah satu-satunya yang pantas dipercaya penuh baik dalam kata-kata maupun dalam tindakan-Nya. Identifikasi Yesus sebagai “yang kudus dan yang benar” ini menunjukkan secara jelas bahwa Yesus mengambil bagian dalam kuasa dan privilese Allah Bapa-Nya.
Selanjutnya, Yohanes mengidentifikasikan Yesus sebagai “yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (ay. 7b). Identifikasi ini tampaknya mengungkapkan secara lain apa yang tertulis di dalam kitab Yes 22:22, “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” Dalam kitab Yesaya, kata-kata ini mengacu kepada Elyakim bin Hilkia yang menggantikan pelayan raja yang bernama Sebna sebagai kepala pelayan dan penjaga pintu gerbang rumah raja Daud (Yes 22:15-25). Seperti Elyakim mengizin dan melarang orang masuk ke dalam rumah Daud di Yerusalem lama, demikianlah juga Yesus yang bangkit memegang kunci kerajaan surga sehingga Dia mempunyai kuasa untuk mengizinkan atau melarang orang masuk ke dalam Yerusalem baru, kerajaan Surga. Di dalam Mat 16:19 kunci kerajaan surga diberikan kepada Petrus sebagai wakil Kristus.

Pujian dan janji (ay. 8-11)
Bagian tubuh surat memuat dua hal pokok, yakni pujian (ay.8) dan janji-janji (ay. 9-11). Jemaat Filadelfia adalah jemaat kedua yang tidak menerima kritikan atau celaan dari Yesus yang bangkit (yang pertama adalah jemaat Smirna). Jemaat Filadelfia dipuji karena mereka menuruti firman Allah dan tidak menyangkal nama Yesus meski jumlah mereka tidak seberapa. Tindakan mereka yang terpuji ini menjadi pintu masuk bagi orang lain untuk mengenal dan masuk ke dalam gereja. Oleh karena itu, Kristus berjanji untuk membuka pintu bagi mereka. Ungkapan, “membuka pintu” berarti membuka jalan masuk ke dalam kerajaan Surga, kerajaan Allah. Yesus yang membuka pintu itu memiliki kunci sehingga tidak ada seorangpun dapat menutupnya. Memiliki kunci berarti memiliki kuasa penuh atas sebuah rumah. Dia memiliki otoritas untuk menentukan siapa yang diperbolehkan untuk masuk dan siapa yang tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam Yerusalem surgawi.
Setelah memuji jemaat Filadelfia karena mereka menuruti firman Allah dan tidak menyangkal nama-Nya, Yesus lagi-lagi berbicara tentang orang-orang Yahudi yang disebutnya sebagai “jemaah iblis.” Dengan menyebut mereka sebagai “jemaah Iblis” kesan bahwa orang-orang Yahudi di Filadelfia menciptakan persoalan bagi orang-orang kristiani sangat kuat. Sangatlah mungkin bahwa beberapa anggota jemaat Filadelfia itu berlatar belakang Yahudi dan mereka mengajar bahwa keselamatan yang benar ditemukan dalam Yudaisme. Mereka menolak Yesus sebagai pembawa keselamatan Allah tetapi jemaat Filadelfia tampaknya tidak tergoda oleh ajaran mereka.
Karena jemaat Filadelfia dengan tekun menuruti firman Allah dan tidak menyangkal Yesus, mereka diberikan dua buah janji. Pertama, orang-orang Yahudi akan datang dan tersungkur di depan kaki mereka. Janji ini menyinggung secara jelas janji yang diberikan kepada orang Israel bahwa orang-orang non-Yahudi akan datang dan tersungkur di depan kaki mereka (Mzm 86:9; Yes 45:14; 49:23; 60:14). Ada sebuah ironi yang jelas di sini. Orang-orang non-Yahudi tidak datang dan tersungkur di depan kaki orang-orang Yahudi, tetapi orang-orang Yahudi akan datang dan tersungkur di hadapan jemaat-Nya, Israel yang benar. Pembalikan ini terjadi karena Yesus mengasihi jemaat-Nya (3:9; bdk 1:5). Kedua, Yesus akan melindungi mereka “dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang tinggal di bumi” (ay. 10). Meski tidak disebutkan secara jelas apa yang dimaksudkan dengan “hari pencobaan,” namun pada bagian selanjutnya akan menjadi jelas bahwa hari pencobaan itu mengacu pada hari pengadilan terakhir (6:1-17; 9:20-21; 16:9, 11, 21; 20:12-13). Yang akan mengalami pencobaan pada hari pengadilan terakhir adalah “seluruh dunia” dan “semua yang diam di bumi.” Kedua ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pencobaan itu meliputi seluruh bangsa manusia. Yesus akan melindungi mereka pada hari pengadilan seluruh bangsa manusia. Perlindungan semacam ini telah dijamin oleh kematian dan kebangkitan Yesus.
Yesus yang menjanjikan perlindungan bagi umat-Nya yang dengan setia menuruti firman Allah dan yang tidak menyangkal nama-Nya itu akan segera datang. Ungkapan “Aku datang segera” adalah sebuah ungkapan khas apokaliptik yang memberikan pesan penghiburan dan dorongan untuk setia (2:25). Pesan dasar ungkapan itu bukan hanya bahwa segala sesuatu itu berada di bawah kontrol Allah tetapi bahwa Allah akan turut campur tangan pada waktu kita mengalami kesulitan dan penderitaan dengan maksud untuk mengubah segala-galanya dan membawa kemenangan bagi orang yang setia. Oleh karena itu, jemaat diminta untuk berpegang pada iman yang telah mereka miliki sehingga tidak seorang pun dapat mengambil mahkota iman dari mereka. Yohanes memberi jaminan bagi mereka dengan memberi janji-janji yang akan mereka terima pada masa yang akan datang. Janji-janji itu dimaksudkan supaya mereka termotivasi untuk mempertahankan iman mereka dengan setia.

Janji bagi para pemenang dan panggilan untuk mendengarkan (ay. 12-13)
Yesus menjanjikan dua hal kepada para pemenang, yakni mereka mempertahankan kesetiaan iman mereka. Pertama, mereka dijanjikan akan menjadi tiang di dalam bait Allah. Sama seperti Yakobus, Peter, dan Yohanes dijadikan sebagai soko guru komunitas Yerusalem (Gal 2:9), demikian juga para pemenang yang mempertahankan imannya dengan setia akan dijadikan soko guru bagi komunitas Yerusalem Baru, bait surgawi (21:1-4, 22-27). Kedua, Yesus akan menuliskan nama Allah-Nya, nama kota Allah-Nya dan nama-Nya yang baru bagi mereka. Mereka yang dijadikan tiang di Bait Allah itu dituliskan nama, yakni nama Allah, nama kota Allah, nama Kristus. Penulisan nama itu menjadi suatu tanda bahwa mereka adalah milik Allah dan Kristus yang berhak tinggal di Yerusalem baru dan yang dilindungi dari hari pencobaan yang akan datang. Jaminan tulisan tiga nama itu akan melindungi orang-orang Filadelfia dari hukuman kekal.
Kedua janji itu akhirnya disusul dengan sebuah panggilan bagi tiap-tiap orang untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh kepada mereka. Panggilan ini mengikuti rumusan yang biasa muncul pada bagian penutup tiap-tiap surat, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”