MENULIS APA YANG TELAH DILIHAT
Why. 1:9-20
Tempat pengalaman pewahyuan Yohanes (ay. 9)
Mendengarkan suara panggilan (ay. 10-11)
Kitab yang ditulis oleh Yohanes itu dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil, yakni Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. Tujuh gereja ini perlu dilihat sebagai angka simbolis yang melambangkan kepenuhan atau kesempurnaan. Angka simbolis itu muncul dalam berbagai ungkapan seperti “tujuh roh” (1:4; 4:5; 5:6), “tujuh kaki dian” (1:12), tujuh bintang (1:16); tujuh meterai (5:1); seekor anak domba dengan tujuh tanduk dan tujuh mata (5:6), tujuh sangkakala ditiup oleh tujuh malaikat (8:2), tujuh guruh (10:3), tujuh malapetaka di dalam tujuh cawan murka Allah (15:1; 16:1). Angka simbolis itu mengisyaratkan bahwa Yohanes menulis kitabnya untuk diperdengarkan oleh semua gereja.
Melihat suara yang berbicara (ay. 12-16)
Di tengah-tengah tujuh kaki dian emas itu Yohanes melihat seorang serupa Anak Manusia. Gambaran seorang serupa Anak Manusia itu diambil secara langsung maupun tidak langsung dari Dan 7:13, “tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia.” Akan tetapi, seorang serupa anak manusia dalam kitab Daniel itu mengacu pada orang-orang kudus Israel yang dijanjikan kemuliaan dan kekuasaan atas bangsa-bangsa yang telah menindas mereka sementara dalam kitab Wahyu seorang serupa Anak Manusia mengacu kepada pribadi Mesias.
Seorang seperti Anak Manusia itu menampakkan diri kepada Yohanes pada hari Tuhan, yang mungkin mengacu pada hari Minggu, hari peringatan kebangkitan Tuhan (bdk 1:10). Penampakan itu dilukiskan oleh Yohanes dari dua aspek, yakni penampilan dan peran-Nya dengan memakai lambing-lambang yang digunakan dalam berbagai teks biblis. Hampir setiap lukisan didasarkan pada ungkapan-ungkapan biblis meski tidak mengutipnya secara harafiah. Ungkapan-ungkapan biblis itu memperlihatkan suatu keyakinan bahwa kemuliaan Kristus yang telah bangkit itu hanya dapat diungkapkan melalui berbagai gambaran dan kiasan. Kita tidak dapat mengetahui Kristus yang telah bangkit dalam keadaannya yang sesungguhnya.
Dari segi penampilan, seorang seperti Anak Manusia itu memakai jubah panjang dan dadanya dililitkan dengan ikat pinggang dari emas. Penampilan ini mengisyaratkan statusnya sebagai seorang Mesias imam (Kel 28:4; 29:5 dan Im 8:7).2 Kepala dan rambutnya putih bagaikan bulu putih metah. Lukisan ini mungkin dipinjam dari gambaran Daniel dengan sedikit modifikasi tentang Allah yang dilukiskan sebagai seorang tua, berambut putih, dan berpakaian putih (Dan 7:9). Yohanes menerapkan gambaran Daniel itu kepada seorang serupa Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan. Matanya “bagaikan nyala api.” Lukisan ini mungkin berasal dari Daniel 10:6: “matanya seperti suluh yang menyala-nyala.” Gambaran ini mengungkapkan kebenaran dan pengetahuan-Nya yang tidak hanya melihat hal-hal yang bersifat lahiriah tetapi juga dapat melihat hal-hal yang bersifat batiniah. Suaranya “bagaikan desau air bah.” Gambaran ini mungkin dipinjam dari penglihatan awal Yehezkiel, di mana suara sayap empat makhluk hidup dikatakan seperti “suara air terjun yang menderu” (Yeh 1:24; 43:2). Gambaran ini biasanya dipakai untuk menyingkapkan ciri-ciri kehadiran Allah dan hal ini digunakan oleh Yohanes untuk menunjukkan kehadiran seorang seperti Anak Manusia sama seperti kehadiran Allah sendiri. Kakinya mengkilap “bagaikan tembaga membara di dalam perapian” (ay 15). Gambaran ini mungkin berasal dari Dan 10:6 dan Yeh 1:7. Wajahnya bersinar-sinar bagaikan “matahari yang terik.” Gambaran-gambaran ini merefleksikan kekuatan dan kemuliaan ilahi yang tak tertandingi (bdk Mat 17:2). Dengan demikian, seorang seperti Anak Manusia yang dilihat sebagai Kristus yang mulia.
Setelah menggambarkan penglihatannya akan seorang seperti Anak Manusia dari segi penampilannya, kini Yohanes menggambarkan penglihatannya dari segi perannya. Digambarkan bahwa “di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang.” Lukisan ini tampaknya sulit untuk dipahami karena kita tidak menemukan gambaran serupa dalam Perjanjian Lama. Namun, bintang dalam dunia kuno dipandang sebagai kekuatan yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib manusia.3 Dalam konteks ini memegang tujuh bintang berarti juga menguasainya. Oleh karena tujuh bintang itu digenggam oleh seorang seperti Anak Manusia, Dialah yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib hidup manusia.
Peran seorang seperti Anak Manusia itu dilukiskan lebih lanjut dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dilukiskan bahwa kata-katanya “tajam seperti pedang bermata dua.” Lukisan ini mengingatkan kita pada gambaran Yesaya tentang hamba Allah yang memiliki mulut “seperti pedang yang tajam” (Yes. 49:2). Lukisan ini memperlihatkan perannya sebagai hakim tertinggi atas gereja (bdk 2:16) dan atas dunia (19:5; bdk Yes 11:4).
Apa yang mau dikatakan oleh Yohanes dengan menggambarkan seorang seperti Anak Manusia baik dari segi penampilan maupun dari segi perannya? Meski penting bagi kita untuk memberi perhatian pada masing-masing gambaran di atas, namun kita tidak perlu terlalu dipusingkan oleh keterangan terperinci mengenai gambaran-gambaran tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah pesannya secara keseluruhan. Secara keseluruhan, gambaran-gambaran itu mau menunjukkan bahwa seorang seperti Anak manusia yang dilihat oleh Yohanes itu benar-benar seorang tokoh yang memiliki kuasa dan otoritas yang luar biasa.4
Reaksi Yohanes dan tanggapan seorang seperti Anak Manusia (ay. 17-20)
Reaksi Yohanes di atas ditanggapi oleh seorang seperti Anak Manusia. Dia menghiburnya dengan meletakkan tangan kanan-Nya di atas Yohanes. Dia yang memegang tujuh bintang itu menyentuh hambanya yang takut dengan sentuhan cinta. Sentuhan cinta itu mungkin membuat Yohanes sadar kembali. Setelah sadar, seorang serupa Anak manusia itu menasihatinya supaya jangan takut. Sentuhan dan nasihat itu menghilangkan ancaman kematian karena bertemu dengan yang ilahi (Luk 1:13, 30; 2:10; Mrk 16:6).
Seorang seperti Anak Manusia itu memberikan tiga alasan mengapa Yohanes tidak perlu takut. Pertama, Dia menyatakan diri-Nya sebagai “Yang Awal dan Yang Akhir” (bdk Why 1:8; 22:13) yang mengingatkan kita penyingkapan diri Allah dalam Yes 44:6; 48:12 dan sebagai “Yang Hidup” yang menggemakan apa yang dikatakan di dalam Yos 3:10; Mzm 42:2; Why 4:9-10; 10:6. Di sini gambaran diri Allah yang terungkap dalam Perjanjian Lama ditransferkan kepada seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang dibangkitkan. Dengan gambaran ini Yohanes mau menyatakan bahwa seorang Anak Manusia mengambil bagian dalam kehormatan dan kemuliaan Allah.6
Kedua, Dia telah mati, namun Dia hidup, sampai selama-lamanya. Seorang seperti Anak Manusia yang menampakkan diri kepada Yohanes itu benar-benar seorang manusia dan karena itu mengalami peristiwa hidup seperti manusia dengan kematian-Nya. Dia benar-benar seorang manusia yang mengalami nasib seperti manusia di dalam peristiwa kematian-Nya, namun dibangkitkan oleh Allah dan kini hidup untuk selama-lamanya.
Ketiga, Dia memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Seperti Allah, Dia memiliki kuasa atas kematian dan atas orang-orang yang telah meninggal (bdk 20:13; bdk 1Sam 2:6). Kuasa itu diperoleh-Nya karena Dia telah menaklukkan kematiannya sendiri dan karena itu memiliki kuasa untuk menaklukkan kematian orang lain. Dia yang telah menaklukkan kematiannya sendiri melalui kebangkitan-Nya itu memegang kunci maut dan kerajaan maut. Sebagai pemegang kunci, Dia memiliki kuasa untuk membuka gerbang dan kerajaan maut yang membawa-Nya menuju dunia orang-orang mati. Oleh karena itu, Yohanes dan orang-orang Kristen tidak perlu takut akan kematian. Seorang seperti Anak Manusia itulah yang menguasai semua peristiwa sejarah di atas muka bumi dan di bawah bumi.
Penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan, berfungsi tidak hanya untuk memberi jaminan supaya Yohanes tidak takut tetapi juga supaya dia menulis apa yang telah dilihatnya (ay. 19). Tugas ini menekankan kembali perintah yang telah dikatakan sebelumnya (1:1, 11). Akan tetapi, di sini isi perintah itu dijelaskan secara lebih lanjut dalam dua cara: “apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi sesudah ini.“ Ungkapan “apa yang terjadi sekarang” mungkin mengacu kepada situasi tujuh gereja (2:1-3:12) dan ungkapan “apa yang akan terjadi sesudah ini” tidak perlu diartikan sebagai peristiwa akhir zaman (Yes 48:6 LXX; Kis 27:33) tetapi lebih baik dipahami sebagai saat-saat mendekati akhir zaman (Mat 24:6; Dan 2:29).7 Apa yang terjadi pada saat-saat mendekati akhir zaman itu akan diungkapkannya pada bagian kedua kitabnya (Why 4:1-22:5). Dengan demikian, penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia itu memberi legitimasi bagi tulisan Yohanes. Apa yang ditulis oleh Yohanes itu berasal dari wahyu yang diterimanya dari Kristus Yesus tentang diri-Nya sendiri.
Yohanes diperintahkan juga untuk menulis rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas yang telah dilihatnya. Dia menyebut bintang dan kaki dian sebagai sebuah rahasia. Konsep tentang rahasia ini diambilnya dari kitab Daniel (2:18, 19, 27-30, 47) yang mengungkapkan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Apa yang sebelumnya hanya diketahui oleh Allah kini disingkapkan kepada umat-Nya. Seorang seperti Anak Manusialah yang menjelaskan rahasia itu kepada Yohanes sehingga kita diyakinkan bahwa apa yang ditulis oleh Yohanes itu benar-benar menyingkapkan kebenaran ilahi.8 Kebenaran ilahi itu di sini disingkapkan artinya secara jelas. Ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat. Tafsiran ini juga berfungsi sebagai peralihan menuju bagian berikutnya, yakni tujuh surat yang dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil.
1 Laurin J. Wenig, The Challenge of the Apocalypse: Embracing the Book of Revelation with Hope and Faith (New York: Paulist Press, 2002), 32.
2 Gerhard A. Krodel, Revelation (ACNT; Minneapolis: Augsburg, 1989), 95.
3 Elisabeth Schüssler Fiorenza, Revelation: Vision of a Just World (Minneapolis: Fortress Press, 1991),52.
4 Joseph L. Trafton, Reading Revelation: A Literary and Theological Commentary (Georgia: Smyth & Helwys, 2005), 29.
5 Jürgen Roloff, Revelation of John: A Continental Commentary, trans. John E. Alsup (Minneapolis: Fortress Press, 1993), 37.
6 Thomas B. Slater, Christ and Community: A Socio-Historical Study of the Christology of Revelation (JSNTSup 178; Sheffield: Sheffield Academic Press, 1999), 101.
7 Leonard L. Thompson, Revelation (ANTC; Nashville: Abingdon Press, 1998), 60.
8 Trafton, Reading Revelation, 30.