MENULIS APA YANG TELAH DILIHAT
Why. 1:9-20
9 Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. 10 Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, 11 katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." 12 Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. 13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. 14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. 15 Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. 16 Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. 17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, 18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. 19 Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. 20 Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."
Yohanes melukiskan situasi seputar panggilan dan tugasnya untuk menuliskan apa yang telah dilihatnya dan mengirimkannya kepada tujuh gereja di Asia Kecil. Dalam lukisan itu termuat empat hal: 1) tempat berlangsungnya pewahyuan (ay. 9); 2) awal pengalaman pewahyuan, yakni mendengar suatu suara yang berbicara kepadanya (ay. 10-11), 3) penglihatan akan seorang yang berbicara kepadanya (ay. 12-16), 4) reaksi atas apa yang telah dilihatnya dan tanggapan seorang yang menampakkan diri kepadanya (ay 17-20).
Tempat pengalaman pewahyuan Yohanes (ay. 9)
Dalam memulai cerita pengalaman pewahyuan, penulis memperkenalkan dirinya. Perkenalan itu dilakukan dengan dua cara: memberitahukan namanya, yakni Yohanes (bdk 1:1, 4) dan hubungannya dengan si teralamat (1:9). Hubungannya dengan si teralamat dilukiskan dengan kata “saudara” yang dipahami dalam pengertian pengikut Kristus (6:11; 12:10; 19:10; 22:9; Kis 21:7; Rom 1:13, Ibr 3:1; Yak 1:2; 1Ptr 3:8; 1Yoh 3:13) dan dengan kata “sekutu.”
Persekutuan Yohanes dengan si teralamat dilukiskan dalam tiga hal, yakni kesusahan, kerajaan, dan ketekunan menantikan Yesus. Baik Yohanes maupun si teralamat berada dalam situasi yang serupa. Mereka sama-sama mengalami kesusahan dalam beraneka ragam bentuk seperti cemoohan, fitnahan, pengucilan, penindasan, pemenjaraan, dan kemartiran. Aneka ragam bentuk kesusahan ini mungkin mereka alami dengan tingkatan yang berbeda-beda satu sama lain. Seperti umat kristiani lainnya, Yohanes mengalami kesusahan karena dia sendiri diasingkan di pulau Patmos. Yohanes juga bersekutu dengan umat beriman lainnya di dalam kerajaan Allah karena baik Yohanes maupun umat kristiani pada umumnya akan mengambil bagian di dalam kerajaan Allah pada masa yang akan datang. Sebagai anggota kerajaan Allah pada masa yang akan datang, baik Yohanes maupun umat kristiani sama-sama menantikan dengan bertekun kepenuhan kerajaan Allah meski mereka menghadapi penindasan kerajaan Kaisar dan penindas-penindas yang lainnya di dunia ini.
Yohanes kemudian mengidentifikasikan tempat di mana dia mendengar suara panggilan. Dia berada di pulau Patmos ketika mendengarkan suara panggilan Kristus dan melihat berbagai penglihatan. Keberadaannya di sana dikaitkan dengan firman Allah dan kesaksian yang diberikannya tentang Yesus. Dalam terang Why 6:9 dan 20:4 yang memakai ungkapan yang sama “firman Allah dan kesaksian Yesus” dalam kaitannya dengan jiwa-jiwa orang yang telah dibunuh dan dipenggal kepala, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Yohanes berada di Patmos karena dia sedang dihukum dengan cara diasingkan karena pewartaannya tentang Kristus sebagai raja tidak bisa ditolerir oleh kaisar Roma yang merepresentasi raja dunia.1 Hukuman itu dimaksudkan untuk membungkam ajaran dan kesaksiannya tetapi ternyata hukuman itu tidak berhasil membungkamya. Pengasingan itu justru memberinya waktu untuk menghasilkan sebuah karya yang mengagumkan. Di sanalah dia merefleksikan apa yang sedang terjadi pada diri dan gerejanya. Pada saat itulah dia mendengar suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala.
Mendengarkan suara panggilan (ay. 10-11)
Setelah menginformasikan tempat di mana dia mendengarkan suara panggilannya, Yohanes lalu melukiskan situasi yang mengitari panggilannya. Situasinya adalah dia dikuasai oleh Roh. Dalam keadaan dikuasai oleh Yohanes melihat berbagai penglihatan. Keadaan dikuasai oleh Roh ini mungkin menunjukkan bahwa dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri (Kis 10:10; 11:5; 22:17; bdk 2 Kor 12:2-4). Dalam keadaan diliputi oleh Roh Yohanes mendengar suatu suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala. Gambaran itu mengacu pada gambaran penampakan yang ilahi (Kel. 19:16, bdk 1 Tes 4:16).
Suara ilahi yang tampak dalam penampakan itu memerintah Yohanes untuk menulis apa yang telah didengar dan dilihatnya dan mengirimkannya kepada tujuh gereja di Asia Kecil. Perintah itu mengingatkan kita pada perintah yang serupa yang diberikan kepada Yesaya (Yes 30:8) dan Yeremia (Yer 30:2). Di dalam seluruh kitabnya, Yohanes menggarisbawahi perintah ini secara berulang-ulang (1:19; 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14; 14:13; 19:9; 21:5). Pengulangan perintah ini menekankan bahwa apa yang ditulis oleh Yohanes itu sungguh-sungguh didasarkan pada wahyu Kristus sendiri. Yohanes menulis dan mengirim kitabnya kepada tujuh gereja di Asia kecil bukan karena kehendaknya sendiri tetapi karena diperintah oleh Kristus sendiri.
Kitab yang ditulis oleh Yohanes itu dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil, yakni Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. Tujuh gereja ini perlu dilihat sebagai angka simbolis yang melambangkan kepenuhan atau kesempurnaan. Angka simbolis itu muncul dalam berbagai ungkapan seperti “tujuh roh” (1:4; 4:5; 5:6), “tujuh kaki dian” (1:12), tujuh bintang (1:16); tujuh meterai (5:1); seekor anak domba dengan tujuh tanduk dan tujuh mata (5:6), tujuh sangkakala ditiup oleh tujuh malaikat (8:2), tujuh guruh (10:3), tujuh malapetaka di dalam tujuh cawan murka Allah (15:1; 16:1). Angka simbolis itu mengisyaratkan bahwa Yohanes menulis kitabnya untuk diperdengarkan oleh semua gereja.
Kitab yang ditulis oleh Yohanes itu dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil, yakni Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. Tujuh gereja ini perlu dilihat sebagai angka simbolis yang melambangkan kepenuhan atau kesempurnaan. Angka simbolis itu muncul dalam berbagai ungkapan seperti “tujuh roh” (1:4; 4:5; 5:6), “tujuh kaki dian” (1:12), tujuh bintang (1:16); tujuh meterai (5:1); seekor anak domba dengan tujuh tanduk dan tujuh mata (5:6), tujuh sangkakala ditiup oleh tujuh malaikat (8:2), tujuh guruh (10:3), tujuh malapetaka di dalam tujuh cawan murka Allah (15:1; 16:1). Angka simbolis itu mengisyaratkan bahwa Yohanes menulis kitabnya untuk diperdengarkan oleh semua gereja.
Melihat suara yang berbicara (ay. 12-16)
Ketika berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadanya, Yohanes melihat tujuh kaki dian dari emas. Ungkapan “tujuh kaki dian dari emas” di sini mungkin menyinggung kiasan yang digunakan oleh Zakharia ketika melihat sebuah kandil dari emas dengan tujuh lampu di atasnya (Zak 4:2). Allah telah memerintah orang-orang Israel untuk membuat kandil bercabang tujuh sebagai bagian dari perhiasan untuk Tabernakel (25:31-37). Namun, Yohanes memakai ungkapan “tujuh kaki dian” untuk mengacu kepada tujuh gereja (bdk 1:4, 11, 20).
Di tengah-tengah tujuh kaki dian emas itu Yohanes melihat seorang serupa Anak Manusia. Gambaran seorang serupa Anak Manusia itu diambil secara langsung maupun tidak langsung dari Dan 7:13, “tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia.” Akan tetapi, seorang serupa anak manusia dalam kitab Daniel itu mengacu pada orang-orang kudus Israel yang dijanjikan kemuliaan dan kekuasaan atas bangsa-bangsa yang telah menindas mereka sementara dalam kitab Wahyu seorang serupa Anak Manusia mengacu kepada pribadi Mesias.
Seorang seperti Anak Manusia itu menampakkan diri kepada Yohanes pada hari Tuhan, yang mungkin mengacu pada hari Minggu, hari peringatan kebangkitan Tuhan (bdk 1:10). Penampakan itu dilukiskan oleh Yohanes dari dua aspek, yakni penampilan dan peran-Nya dengan memakai lambing-lambang yang digunakan dalam berbagai teks biblis. Hampir setiap lukisan didasarkan pada ungkapan-ungkapan biblis meski tidak mengutipnya secara harafiah. Ungkapan-ungkapan biblis itu memperlihatkan suatu keyakinan bahwa kemuliaan Kristus yang telah bangkit itu hanya dapat diungkapkan melalui berbagai gambaran dan kiasan. Kita tidak dapat mengetahui Kristus yang telah bangkit dalam keadaannya yang sesungguhnya.
Dari segi penampilan, seorang seperti Anak Manusia itu memakai jubah panjang dan dadanya dililitkan dengan ikat pinggang dari emas. Penampilan ini mengisyaratkan statusnya sebagai seorang Mesias imam (Kel 28:4; 29:5 dan Im 8:7).2 Kepala dan rambutnya putih bagaikan bulu putih metah. Lukisan ini mungkin dipinjam dari gambaran Daniel dengan sedikit modifikasi tentang Allah yang dilukiskan sebagai seorang tua, berambut putih, dan berpakaian putih (Dan 7:9). Yohanes menerapkan gambaran Daniel itu kepada seorang serupa Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan. Matanya “bagaikan nyala api.” Lukisan ini mungkin berasal dari Daniel 10:6: “matanya seperti suluh yang menyala-nyala.” Gambaran ini mengungkapkan kebenaran dan pengetahuan-Nya yang tidak hanya melihat hal-hal yang bersifat lahiriah tetapi juga dapat melihat hal-hal yang bersifat batiniah. Suaranya “bagaikan desau air bah.” Gambaran ini mungkin dipinjam dari penglihatan awal Yehezkiel, di mana suara sayap empat makhluk hidup dikatakan seperti “suara air terjun yang menderu” (Yeh 1:24; 43:2). Gambaran ini biasanya dipakai untuk menyingkapkan ciri-ciri kehadiran Allah dan hal ini digunakan oleh Yohanes untuk menunjukkan kehadiran seorang seperti Anak Manusia sama seperti kehadiran Allah sendiri. Kakinya mengkilap “bagaikan tembaga membara di dalam perapian” (ay 15). Gambaran ini mungkin berasal dari Dan 10:6 dan Yeh 1:7. Wajahnya bersinar-sinar bagaikan “matahari yang terik.” Gambaran-gambaran ini merefleksikan kekuatan dan kemuliaan ilahi yang tak tertandingi (bdk Mat 17:2). Dengan demikian, seorang seperti Anak Manusia yang dilihat sebagai Kristus yang mulia.
Setelah menggambarkan penglihatannya akan seorang seperti Anak Manusia dari segi penampilannya, kini Yohanes menggambarkan penglihatannya dari segi perannya. Digambarkan bahwa “di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang.” Lukisan ini tampaknya sulit untuk dipahami karena kita tidak menemukan gambaran serupa dalam Perjanjian Lama. Namun, bintang dalam dunia kuno dipandang sebagai kekuatan yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib manusia.3 Dalam konteks ini memegang tujuh bintang berarti juga menguasainya. Oleh karena tujuh bintang itu digenggam oleh seorang seperti Anak Manusia, Dialah yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib hidup manusia.
Peran seorang seperti Anak Manusia itu dilukiskan lebih lanjut dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dilukiskan bahwa kata-katanya “tajam seperti pedang bermata dua.” Lukisan ini mengingatkan kita pada gambaran Yesaya tentang hamba Allah yang memiliki mulut “seperti pedang yang tajam” (Yes. 49:2). Lukisan ini memperlihatkan perannya sebagai hakim tertinggi atas gereja (bdk 2:16) dan atas dunia (19:5; bdk Yes 11:4).
Apa yang mau dikatakan oleh Yohanes dengan menggambarkan seorang seperti Anak Manusia baik dari segi penampilan maupun dari segi perannya? Meski penting bagi kita untuk memberi perhatian pada masing-masing gambaran di atas, namun kita tidak perlu terlalu dipusingkan oleh keterangan terperinci mengenai gambaran-gambaran tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah pesannya secara keseluruhan. Secara keseluruhan, gambaran-gambaran itu mau menunjukkan bahwa seorang seperti Anak manusia yang dilihat oleh Yohanes itu benar-benar seorang tokoh yang memiliki kuasa dan otoritas yang luar biasa.4
Di tengah-tengah tujuh kaki dian emas itu Yohanes melihat seorang serupa Anak Manusia. Gambaran seorang serupa Anak Manusia itu diambil secara langsung maupun tidak langsung dari Dan 7:13, “tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia.” Akan tetapi, seorang serupa anak manusia dalam kitab Daniel itu mengacu pada orang-orang kudus Israel yang dijanjikan kemuliaan dan kekuasaan atas bangsa-bangsa yang telah menindas mereka sementara dalam kitab Wahyu seorang serupa Anak Manusia mengacu kepada pribadi Mesias.
Seorang seperti Anak Manusia itu menampakkan diri kepada Yohanes pada hari Tuhan, yang mungkin mengacu pada hari Minggu, hari peringatan kebangkitan Tuhan (bdk 1:10). Penampakan itu dilukiskan oleh Yohanes dari dua aspek, yakni penampilan dan peran-Nya dengan memakai lambing-lambang yang digunakan dalam berbagai teks biblis. Hampir setiap lukisan didasarkan pada ungkapan-ungkapan biblis meski tidak mengutipnya secara harafiah. Ungkapan-ungkapan biblis itu memperlihatkan suatu keyakinan bahwa kemuliaan Kristus yang telah bangkit itu hanya dapat diungkapkan melalui berbagai gambaran dan kiasan. Kita tidak dapat mengetahui Kristus yang telah bangkit dalam keadaannya yang sesungguhnya.
Dari segi penampilan, seorang seperti Anak Manusia itu memakai jubah panjang dan dadanya dililitkan dengan ikat pinggang dari emas. Penampilan ini mengisyaratkan statusnya sebagai seorang Mesias imam (Kel 28:4; 29:5 dan Im 8:7).2 Kepala dan rambutnya putih bagaikan bulu putih metah. Lukisan ini mungkin dipinjam dari gambaran Daniel dengan sedikit modifikasi tentang Allah yang dilukiskan sebagai seorang tua, berambut putih, dan berpakaian putih (Dan 7:9). Yohanes menerapkan gambaran Daniel itu kepada seorang serupa Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan. Matanya “bagaikan nyala api.” Lukisan ini mungkin berasal dari Daniel 10:6: “matanya seperti suluh yang menyala-nyala.” Gambaran ini mengungkapkan kebenaran dan pengetahuan-Nya yang tidak hanya melihat hal-hal yang bersifat lahiriah tetapi juga dapat melihat hal-hal yang bersifat batiniah. Suaranya “bagaikan desau air bah.” Gambaran ini mungkin dipinjam dari penglihatan awal Yehezkiel, di mana suara sayap empat makhluk hidup dikatakan seperti “suara air terjun yang menderu” (Yeh 1:24; 43:2). Gambaran ini biasanya dipakai untuk menyingkapkan ciri-ciri kehadiran Allah dan hal ini digunakan oleh Yohanes untuk menunjukkan kehadiran seorang seperti Anak Manusia sama seperti kehadiran Allah sendiri. Kakinya mengkilap “bagaikan tembaga membara di dalam perapian” (ay 15). Gambaran ini mungkin berasal dari Dan 10:6 dan Yeh 1:7. Wajahnya bersinar-sinar bagaikan “matahari yang terik.” Gambaran-gambaran ini merefleksikan kekuatan dan kemuliaan ilahi yang tak tertandingi (bdk Mat 17:2). Dengan demikian, seorang seperti Anak Manusia yang dilihat sebagai Kristus yang mulia.
Setelah menggambarkan penglihatannya akan seorang seperti Anak Manusia dari segi penampilannya, kini Yohanes menggambarkan penglihatannya dari segi perannya. Digambarkan bahwa “di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang.” Lukisan ini tampaknya sulit untuk dipahami karena kita tidak menemukan gambaran serupa dalam Perjanjian Lama. Namun, bintang dalam dunia kuno dipandang sebagai kekuatan yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib manusia.3 Dalam konteks ini memegang tujuh bintang berarti juga menguasainya. Oleh karena tujuh bintang itu digenggam oleh seorang seperti Anak Manusia, Dialah yang menentukan jalannya dunia dan yang mengontrol nasib hidup manusia.
Peran seorang seperti Anak Manusia itu dilukiskan lebih lanjut dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dilukiskan bahwa kata-katanya “tajam seperti pedang bermata dua.” Lukisan ini mengingatkan kita pada gambaran Yesaya tentang hamba Allah yang memiliki mulut “seperti pedang yang tajam” (Yes. 49:2). Lukisan ini memperlihatkan perannya sebagai hakim tertinggi atas gereja (bdk 2:16) dan atas dunia (19:5; bdk Yes 11:4).
Apa yang mau dikatakan oleh Yohanes dengan menggambarkan seorang seperti Anak Manusia baik dari segi penampilan maupun dari segi perannya? Meski penting bagi kita untuk memberi perhatian pada masing-masing gambaran di atas, namun kita tidak perlu terlalu dipusingkan oleh keterangan terperinci mengenai gambaran-gambaran tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah pesannya secara keseluruhan. Secara keseluruhan, gambaran-gambaran itu mau menunjukkan bahwa seorang seperti Anak manusia yang dilihat oleh Yohanes itu benar-benar seorang tokoh yang memiliki kuasa dan otoritas yang luar biasa.4
Reaksi Yohanes dan tanggapan seorang seperti Anak Manusia (ay. 17-20)
Ketika menghadapi pengalaman penglihatannya, Yohanes tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati. Reaksi semacam ini bukanlah sesuatu yang baru. Inilah reaksi khas orang-orang kudus atas penglihatan atau penampakan ilahi yang mereka alami (Dan 10:8-9, 15; bdk Dan 8:17-18; Yos 5:14; Yeh 1:28; Mat 17:6; Kis 9:4). Reaksi semacam ini dilandasi oleh keyakinan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bertahan memandang wajah Allah dapat hidup (Kel 33:20; Yes 6:5; Yeh 1:28). Di balik keyakinan itu tersirat suatu pengakuan bahwa dosa manusia tidak dapat bertahan di hadapan kesucian dan kemurnian Allah.5
Reaksi Yohanes di atas ditanggapi oleh seorang seperti Anak Manusia. Dia menghiburnya dengan meletakkan tangan kanan-Nya di atas Yohanes. Dia yang memegang tujuh bintang itu menyentuh hambanya yang takut dengan sentuhan cinta. Sentuhan cinta itu mungkin membuat Yohanes sadar kembali. Setelah sadar, seorang serupa Anak manusia itu menasihatinya supaya jangan takut. Sentuhan dan nasihat itu menghilangkan ancaman kematian karena bertemu dengan yang ilahi (Luk 1:13, 30; 2:10; Mrk 16:6).
Seorang seperti Anak Manusia itu memberikan tiga alasan mengapa Yohanes tidak perlu takut. Pertama, Dia menyatakan diri-Nya sebagai “Yang Awal dan Yang Akhir” (bdk Why 1:8; 22:13) yang mengingatkan kita penyingkapan diri Allah dalam Yes 44:6; 48:12 dan sebagai “Yang Hidup” yang menggemakan apa yang dikatakan di dalam Yos 3:10; Mzm 42:2; Why 4:9-10; 10:6. Di sini gambaran diri Allah yang terungkap dalam Perjanjian Lama ditransferkan kepada seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang dibangkitkan. Dengan gambaran ini Yohanes mau menyatakan bahwa seorang Anak Manusia mengambil bagian dalam kehormatan dan kemuliaan Allah.6
Kedua, Dia telah mati, namun Dia hidup, sampai selama-lamanya. Seorang seperti Anak Manusia yang menampakkan diri kepada Yohanes itu benar-benar seorang manusia dan karena itu mengalami peristiwa hidup seperti manusia dengan kematian-Nya. Dia benar-benar seorang manusia yang mengalami nasib seperti manusia di dalam peristiwa kematian-Nya, namun dibangkitkan oleh Allah dan kini hidup untuk selama-lamanya.
Ketiga, Dia memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Seperti Allah, Dia memiliki kuasa atas kematian dan atas orang-orang yang telah meninggal (bdk 20:13; bdk 1Sam 2:6). Kuasa itu diperoleh-Nya karena Dia telah menaklukkan kematiannya sendiri dan karena itu memiliki kuasa untuk menaklukkan kematian orang lain. Dia yang telah menaklukkan kematiannya sendiri melalui kebangkitan-Nya itu memegang kunci maut dan kerajaan maut. Sebagai pemegang kunci, Dia memiliki kuasa untuk membuka gerbang dan kerajaan maut yang membawa-Nya menuju dunia orang-orang mati. Oleh karena itu, Yohanes dan orang-orang Kristen tidak perlu takut akan kematian. Seorang seperti Anak Manusia itulah yang menguasai semua peristiwa sejarah di atas muka bumi dan di bawah bumi.
Penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan, berfungsi tidak hanya untuk memberi jaminan supaya Yohanes tidak takut tetapi juga supaya dia menulis apa yang telah dilihatnya (ay. 19). Tugas ini menekankan kembali perintah yang telah dikatakan sebelumnya (1:1, 11). Akan tetapi, di sini isi perintah itu dijelaskan secara lebih lanjut dalam dua cara: “apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi sesudah ini.“ Ungkapan “apa yang terjadi sekarang” mungkin mengacu kepada situasi tujuh gereja (2:1-3:12) dan ungkapan “apa yang akan terjadi sesudah ini” tidak perlu diartikan sebagai peristiwa akhir zaman (Yes 48:6 LXX; Kis 27:33) tetapi lebih baik dipahami sebagai saat-saat mendekati akhir zaman (Mat 24:6; Dan 2:29).7 Apa yang terjadi pada saat-saat mendekati akhir zaman itu akan diungkapkannya pada bagian kedua kitabnya (Why 4:1-22:5). Dengan demikian, penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia itu memberi legitimasi bagi tulisan Yohanes. Apa yang ditulis oleh Yohanes itu berasal dari wahyu yang diterimanya dari Kristus Yesus tentang diri-Nya sendiri.
Yohanes diperintahkan juga untuk menulis rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas yang telah dilihatnya. Dia menyebut bintang dan kaki dian sebagai sebuah rahasia. Konsep tentang rahasia ini diambilnya dari kitab Daniel (2:18, 19, 27-30, 47) yang mengungkapkan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Apa yang sebelumnya hanya diketahui oleh Allah kini disingkapkan kepada umat-Nya. Seorang seperti Anak Manusialah yang menjelaskan rahasia itu kepada Yohanes sehingga kita diyakinkan bahwa apa yang ditulis oleh Yohanes itu benar-benar menyingkapkan kebenaran ilahi.8 Kebenaran ilahi itu di sini disingkapkan artinya secara jelas. Ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat. Tafsiran ini juga berfungsi sebagai peralihan menuju bagian berikutnya, yakni tujuh surat yang dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil.
Reaksi Yohanes di atas ditanggapi oleh seorang seperti Anak Manusia. Dia menghiburnya dengan meletakkan tangan kanan-Nya di atas Yohanes. Dia yang memegang tujuh bintang itu menyentuh hambanya yang takut dengan sentuhan cinta. Sentuhan cinta itu mungkin membuat Yohanes sadar kembali. Setelah sadar, seorang serupa Anak manusia itu menasihatinya supaya jangan takut. Sentuhan dan nasihat itu menghilangkan ancaman kematian karena bertemu dengan yang ilahi (Luk 1:13, 30; 2:10; Mrk 16:6).
Seorang seperti Anak Manusia itu memberikan tiga alasan mengapa Yohanes tidak perlu takut. Pertama, Dia menyatakan diri-Nya sebagai “Yang Awal dan Yang Akhir” (bdk Why 1:8; 22:13) yang mengingatkan kita penyingkapan diri Allah dalam Yes 44:6; 48:12 dan sebagai “Yang Hidup” yang menggemakan apa yang dikatakan di dalam Yos 3:10; Mzm 42:2; Why 4:9-10; 10:6. Di sini gambaran diri Allah yang terungkap dalam Perjanjian Lama ditransferkan kepada seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang dibangkitkan. Dengan gambaran ini Yohanes mau menyatakan bahwa seorang Anak Manusia mengambil bagian dalam kehormatan dan kemuliaan Allah.6
Kedua, Dia telah mati, namun Dia hidup, sampai selama-lamanya. Seorang seperti Anak Manusia yang menampakkan diri kepada Yohanes itu benar-benar seorang manusia dan karena itu mengalami peristiwa hidup seperti manusia dengan kematian-Nya. Dia benar-benar seorang manusia yang mengalami nasib seperti manusia di dalam peristiwa kematian-Nya, namun dibangkitkan oleh Allah dan kini hidup untuk selama-lamanya.
Ketiga, Dia memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Seperti Allah, Dia memiliki kuasa atas kematian dan atas orang-orang yang telah meninggal (bdk 20:13; bdk 1Sam 2:6). Kuasa itu diperoleh-Nya karena Dia telah menaklukkan kematiannya sendiri dan karena itu memiliki kuasa untuk menaklukkan kematian orang lain. Dia yang telah menaklukkan kematiannya sendiri melalui kebangkitan-Nya itu memegang kunci maut dan kerajaan maut. Sebagai pemegang kunci, Dia memiliki kuasa untuk membuka gerbang dan kerajaan maut yang membawa-Nya menuju dunia orang-orang mati. Oleh karena itu, Yohanes dan orang-orang Kristen tidak perlu takut akan kematian. Seorang seperti Anak Manusia itulah yang menguasai semua peristiwa sejarah di atas muka bumi dan di bawah bumi.
Penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia, Kristus yang telah dibangkitkan, berfungsi tidak hanya untuk memberi jaminan supaya Yohanes tidak takut tetapi juga supaya dia menulis apa yang telah dilihatnya (ay. 19). Tugas ini menekankan kembali perintah yang telah dikatakan sebelumnya (1:1, 11). Akan tetapi, di sini isi perintah itu dijelaskan secara lebih lanjut dalam dua cara: “apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi sesudah ini.“ Ungkapan “apa yang terjadi sekarang” mungkin mengacu kepada situasi tujuh gereja (2:1-3:12) dan ungkapan “apa yang akan terjadi sesudah ini” tidak perlu diartikan sebagai peristiwa akhir zaman (Yes 48:6 LXX; Kis 27:33) tetapi lebih baik dipahami sebagai saat-saat mendekati akhir zaman (Mat 24:6; Dan 2:29).7 Apa yang terjadi pada saat-saat mendekati akhir zaman itu akan diungkapkannya pada bagian kedua kitabnya (Why 4:1-22:5). Dengan demikian, penyingkapan diri seorang seperti Anak Manusia itu memberi legitimasi bagi tulisan Yohanes. Apa yang ditulis oleh Yohanes itu berasal dari wahyu yang diterimanya dari Kristus Yesus tentang diri-Nya sendiri.
Yohanes diperintahkan juga untuk menulis rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas yang telah dilihatnya. Dia menyebut bintang dan kaki dian sebagai sebuah rahasia. Konsep tentang rahasia ini diambilnya dari kitab Daniel (2:18, 19, 27-30, 47) yang mengungkapkan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Apa yang sebelumnya hanya diketahui oleh Allah kini disingkapkan kepada umat-Nya. Seorang seperti Anak Manusialah yang menjelaskan rahasia itu kepada Yohanes sehingga kita diyakinkan bahwa apa yang ditulis oleh Yohanes itu benar-benar menyingkapkan kebenaran ilahi.8 Kebenaran ilahi itu di sini disingkapkan artinya secara jelas. Ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat. Tafsiran ini juga berfungsi sebagai peralihan menuju bagian berikutnya, yakni tujuh surat yang dialamatkan kepada tujuh gereja di Asia Kecil.
1 Laurin J. Wenig, The Challenge of the Apocalypse: Embracing the Book of Revelation with Hope and Faith (New York: Paulist Press, 2002), 32.
2 Gerhard A. Krodel, Revelation (ACNT; Minneapolis: Augsburg, 1989), 95.
3 Elisabeth Schüssler Fiorenza, Revelation: Vision of a Just World (Minneapolis: Fortress Press, 1991),52.
4 Joseph L. Trafton, Reading Revelation: A Literary and Theological Commentary (Georgia: Smyth & Helwys, 2005), 29.
5 Jürgen Roloff, Revelation of John: A Continental Commentary, trans. John E. Alsup (Minneapolis: Fortress Press, 1993), 37.
6 Thomas B. Slater, Christ and Community: A Socio-Historical Study of the Christology of Revelation (JSNTSup 178; Sheffield: Sheffield Academic Press, 1999), 101.
7 Leonard L. Thompson, Revelation (ANTC; Nashville: Abingdon Press, 1998), 60.
8 Trafton, Reading Revelation, 30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar