Kamis, Maret 11, 2010

SURAT-SURAT KEPADA TUJUH GEREJA - Bagian 4

“MEMBIARKAN WANITA IZEBEL, YANG MENYEBUT DIRINYA NABIAH”
Surat kepada jemaat di Tiatira (Why 2:18-29)


18 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: 19 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. 20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. 21 Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. 22 Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. 23 Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. 24 Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. 25 Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. 26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; 27 dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku -- 28 dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. 29 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Sapaan bagi si teralamat (ay. 18a)
Seperti surat-surat yang lain, surat yang paling panjang di antara surat-surat Yohanes ini ditujukan kepada jemaat di Tiatira. Kota Tiatira yang terletak 40 mil bagian tenggara kota Pergamus itu dikenal sebagai pusat perdagangan (Kis 16:14) sehingga di sana muncul sejumlah perkumpulan pedagang. Keanggotaan dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan perkumpulan itu bukanlah suatu kewajiban tetapi konsekuensi logis dari interaksi sosial mereka dalam kegiatan berdagang. Secara periodik mereka mengadakan pertemuan dan kadang-kadang menyelenggarakan pesta yang dikhususkan untuk memohon pertolongan dewa-dewi yang menjadi pelindung asosiasi tersebut. Makanan yang disajikan untuk pesta itu mencakup makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewi. Beberapa anggota jemaat tidak melihat adanya persoalan dengan mengambil bagian dalam perjamuan tersebut. Akan tetapi, Yesus yang bangkit yang memberi perintah kepada Yohanes untuk menulis apa yang telah dilihatnya menganggap partisipasi itu sebagai suatu bentuk penyembahan berhala.


Identifikasi diri pemberi perintah (ay. 18b)
Yesus yang memberi perintah untuk menulis itu mengidentifikasikan dirinya sebagai “Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga” (ay. 18). Gelar “Anak Allah” adalah gelar yang umum untuk Yesus dalam Perjanjian Baru (Mat. 14:33; Mrk. 1:1; Luk. 1:35; Yoh. 1:49; Rom. 1:14; Ibr 4:14; 1Yoh. 5:5) tetapi dalam kitab wahyu gelar ini hanya muncul di sini. Gelar ini dimaksudkan untuk melawan kebiasaan jemaat yang menyebut dan menyembah kaisar sebagai anak Allah. Jadi, Yohanes menekan bahwa Kristus yang mewahyukan diri kepada Yohanes untuk menulis apa yang dilihat dan didengarnya itu benar-benar Anak Allah.
Yohanes melukiskan Anak Allah secara lebih lanjut dengan berfokus pada mata dan kaki-Nya. Dilukiskan bahwa “Mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga membara di dalam perapian” (bdk 1:14-15; 19:12). Gambaran kaki Yesus yang bangkit yang menyerupai tembaga membara di dalam perapian (1:15; 2:18) mungkin berasal dari produk khas kota Tiatira. Jika benar demikian, gambaran ini merefleksikan pengetahuan dan budaya lokal tentang Kristus.14
Mata Yesus yang bangkit digambarkan seperti nyala api. Gambaran ini melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari penglihatan-Nya. Dia menyelidiki pikiran dan hati setiap orang dan mengadilinya secara bijaksana menurut perbuatannya (ay. 23). Lukisan ini ditarik dari sifat Allah sendiri. Allah mengetahui pikiran dan hati kita. Sifat Allah ini terungkap baik dalam Perjanjian Lama (1Sam 16:7; 1Raj 8:39; 1Taw 28:9; Mzm 7:9; Am 24:12; bdk Sir 42:18; 2Bar 83:3) maupun dalam Perjanjian Baru (Kis 1:24; 1Kor 4:5; Ibr 4:12-13). Allah yang mengetahui hati dan pikiran itu mengadili setiap orang menurut perbuatannya (Mzm 62:12; Am 24:12; Yes 59:18; Yer 17:10; Rom 2:6; 2Tim 4:14; bdk Sir 16:12). Di sini kita melihat bahwa lukisan Perjanjian Lama seputar sifat Allah dipakai oleh Yohanes untuk melukiskan Kristus yang bangkit sebagai Anak Allah.

Pujian, kritikan, peringatan, dan nasihat (ay. 19-25)
Bagian tubuh surat ini dimulai dengan pujian karena perbuatan jemaat Tiatira (ay. 19). Perbuatan yang pantas mendapat pujian itu mencakup cinta, yang menurut Paulus sebagai karunia roh yang paling tinggi (1Kor 13); iman, yang mungkin dipahami dalam pengertian kesetiaan (bdk 13:10); pelayanan, yang mengacu kepada kegiatan yang mendukung orang miskin, orang tua, dan orang sakit; dan ketekunan, yang mengacu pada ketabahan dalam memberikan kesaksian iman meski mendapat tekanan dari lingkungan yang tidak beriman.
Meski mendapat pujian, jemaat Tiatira ternyata tidak bebas sama sekali dari celaan. Mereka dicela karena bersikap toleran terhadap seorang perempuan yang menyebutkan dirinya nabi, yakni Izebel. Nama Izebel itu mungkin dipakai secara simbolis untuk pengajar dan nabi palsu yang menyesatkan jemaat kristiani. Secara historis, Izebel adalah putri raja Sidon yang menikah dengan Ahab, raja Israel. Ratu dari bangsa asing itu secara agresif memperkenalkan penyembahan berhala dan sihir kepada orang-orang Israel (bdk 2Raj 9:22; 1Raj 16:31). Dialah yang menyebabkan suaminya menyembah Baal, agama suku Kanaan (1Raj 16-21).
Ajaran nabiah Izebel di Tiatira itu identik dengan ajaran pengajar-pengajar palsu di Pergamus, yakni makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala dan perzinahan (2:20; bdk 2:14). Akan tetapi, tekanan yang paling mendominasi di sini adalah perzinahan. Di sini kata “perzinahan” dipahami secara kiasan. Kata itu dipakai untuk mengungkapkan penerimaan dan partisipasi dalam praktek-praktek berhala (bdk 2:14). Masalah utamanya mungkin partisipasi dalam berbagai perkumpulan pedagang di Tiatira. Karena perkumpulan dagangan itu kadang-kadang mengadakan ibadat dan perjamuan di kuil-kuil dewa-dewi, maka keterlibatan jemaat kristiani menimbulkan sebuah persoalan. Izebel mungkin membenarkan partisipasi jemaat kristiani dalam ritual penyembahan kepada dewa-dewi dan makan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewi.
Partisipasi dalam ritual penyembahan berhala dan makan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewi itu tidak dibenarkan bagi orang kristiani. Yesus yang bangkit memberi waktu kepada Izebel dan para pengikutnya untuk bertobat. Pemberian waktu itu mengisyaratkan bahwa Izebel dan pengikutnya diberi peringatan. Jika mereka tidak bertobat, maka mereka akan dilemparkan ke atas ranjang orang sakit dan orang-orang yang berzina dengannya akan dilemparkan ke dalam kesusahan besar, dan anak-anak mereka akan dimatikan. Sangatlah mungkin bahwa ungkapan “orang-orang yang melakukan zinah dengannya” mengacu kepada orang-orang yang bersimpati dengannya dan ungkapan, “anak-anaknya” mengacu kepada murid-muridnya. Pembedaan ini dapat menjelaskan mengapa para muridnya akan mati sementara para simpatisannya hanya menderita kesusahan besar.15 Ancaman hukuman baik bagi para simpatisan maupun bagi para murid Izebel ini memperlihatkan kuasa dan kewibawaan Yesus sebagai hakim eskatologis. Melalui ancaman hukuman ini Yesus menghendaki supaya seluruh jemaat mengakui peran-Nya sebagai hakim eskatologis (bdk ay 18 dengan Yer 11:20; 17:10; 20:12, dan Mzm 7:9).
Tidak semua jemaat Kristiani di Tiatira mengikuti Izebel. Beberapa dari antara mereka tidak berpegang pada ajarannya dan tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis. Kepada mereka inilah Yesus hanya meminta supaya mereka “berpegang pada apa yang mereka miliki” sampai kedatangan-Nya. Mereka dinasihatkan untuk tetap konsisten menghayati iman mereka sampai kedatangan Kristus yang kedua (ay. 25). Mereka tidak diberi “beban lain” (ay. 24). Apa yang dimaksudkan dengan ungkapan, “beban lain” tidak dikatakan lebih jauh. Namun, ada yang berpendapat bahwa ungkapan “beban lain” itu mungkin mengacu pada keputusan konsili Yerusalem (Kis 15:28-29) meski bahasanya tidaklah mirip.16

Panggilan untuk mendengar dan janji bagi para pemenang (ay. 26-29)
Pada bagian akhir surat, Yohanes menampilkan janji bagi para pemenang. Pemenang yang dimaksudkan adalah orang-orang yang tetap setia kepada Yesus dan ajaran-Nya sampai kedatangan-Nya kembali. Ada dua janji yang diberikan kepada mereka. Pertama, Yesus akan memberi mereka kuasa atas bangsa-bangsa dan akan memerintah bangsa-bangsa dengan tongkat besi; bangsa-bangsa itu akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk (ay. 26). Janji ini mungkin dipinjam dari Mzm 2:8-9. Apa yang dijanjikan terkait erat dengan kekuasaan dan kedaulatan Kristus sendiri atas bangsa-bangsa pada masa yang akan datang (12:5; 19:15). Sebagai Anak Allah, Yesus memiliki kuasa untuk menaklukkan dan menghancurkan bangsa-bangsa dan karena itu memiliki kedaulatan atas bangsa-bangsa tersebut. Melalui janji iini Yesus berbagi kekuasaan dan kedaulatan-Nya sebagai Mesias dengan orang-orang yang setia.
Kedua, Yesus akan memberikan bintang timur. Janji yang kedua dapat dilihat sebagai versi lain dari janji yang pertama. Bintang timur adalah simbol kemenangan dan otoritas kekaisaran di daerah-daerah Romawi.17 Dalam Why 22:16, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “bintang timur yang gilang-gemilang" karena Dialah “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (19:16). Barangkali identifikasi diri Yesus sebagai “bintang timur” di sini dimaksudkan untuk melawan kuasa dan otoritas kaisar Romawi sebagai seorang raja. Melalui identifikasi ini Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus adalah seorang Raja yang benar. Dengan janji memberikan bintang timur, Yohanes memberi jaminan kepada jemaat Tiatira bahwa kemenangan Kristus atas kematian akan menjadi milik mereka yang setia dan karena itu tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan mereka.

14 Krodel, Revelation, 122.
15 Krodel, Revelation, 126.
16 Ladd, Revelation, 53; Morris, Revelation, 73; Sweet, Revelation, 95-96.
17 Harrington, Revelation: The Book of the Risen Christ, 49.