Kamis, Oktober 27, 2011

ALLAH MEMBUNUH UZA
Jarot Hadianto

“Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.”
(2Sam. 6:6-7; bdk. 1Taw. 13:9-10)

Israel, sekitar tahun 1000 SM. Daud telah menjadi raja atas seluruh Israel, telah merebut Yerusalem dan menjadikan kota itu sebagai ibu kota kerajaan, juga telah mendirikan istana yang nyaman untuk dihuni. Namun, bagi Daud, masih ada satu hal lagi yang kurang: tabut Allah belum ada bersamanya, masih “tertinggal” di Baale-Yehuda yang juga disebut Kiryat-Yearim (1Sam. 7:2). Ia pun kemudian memindahkan tabut itu ke Yerusalem dalam suatu prosesi yang sangat meriah (lih. 2Sam. 6:1-5). Pada saat itu, sampai-sampai dikatakan bahwa seluruh kaum Israel – Daud tidak ketinggalan – turut serta sambil menari-nari “dengan sekuat tenaga”. Lagu-lagu pujian dilambungkan dan segala macam alat musik dibunyikan, sehingga bisa kita bayangkan betapa riuhnya suasana perarakan itu.

Namun, belum sampai Yerusalem, keramaian itu ternyata harus berujung pada kesedihan. Sebuah insiden terjadi, nyawa seorang anak manusia melayang, dan nama baik Tuhan menjadi taruhan. Masalahnya, salah seorang yang mengiringi tabut Allah itu melakukan hal yang sangat baik – memegangi tabut agar tidak jatuh – tapi justru karena itu, Allah malah kemudian membunuh dia. Begitu membaca perikop ini, para pencinta Kitab Suci niscaya langsung menggerutu penuh rasa kecewa, “Aneh benar Allah ini!”

Tabut menggenapi kejayaan Daud
Agar rasa kecewa itu tidak berkepanjangan, mari kita melihat duduk masalah yang sebenarnya. Meski menyajikan kisah yang tragis, jika dikaitkan dengan perikop-perikop sebelumnya, penulis melalui 2Sam. 6:1-23 sebenarnya sedang berkisah tentang masa-masa keemasan pemerintahan Raja Daud. Seperti telah disinggung di muka, negeri yang diperintahnya telah memiliki ibu kota yang tepat; situasi politik juga sudah agak stabil; dan Daud sendiri hidup dengan sejahtera bersama istri-istri dan anak-anaknya (poligami, jangan ditiru).

Terasa agak aneh, tiba-tiba saja Daud (atau penulis kisah ini) teringat pada tabut Allah. Sebab, tabut itu sebenarnya sudah sekian lama “tersingkir” dan mungkin juga terlupakan. Sejak dirampas – lalu dikembalikan – oleh orang Filistin dan mendatangkan bencana di tempat-tempat yang disinggahinya, tabut Allah diputuskan untuk “diamankan” di rumah Abinadab di Kiryat-Yearim (1Sam. 7:1-2), lalu sekian lama tidak disebut-sebut lagi. Lebih dari dua puluh tahun sesudah itu, Daud mengingatnya kembali dan sadar bahwa bersama “sang tabut”, legitimasi pemerintahannya akan semakin kokoh. Andai saja tabut Allah ada di Yerusalem, kegemilangan Daud lengkap sudah. Dilihat dari kepentingan politik dan agama, keberadaan tabut Allah di ibu kota negara memang akan sangat menguntungkan. Tidak heran untuk acara pemindahan ini Daud menyelenggarakan prosesi yang sangat meriah, bahkan ikut menari ke sana kemari dengan penuh semangat. Namun, perlu dicatat bahwa dari Alkitab, kita tidak mendapatkan penjelasan yang memadai tentang peran konkret tabut Allah dalam pemerintahan Daud, juga raja-raja sesudahnya.

Misteri kematian Uza
Ada penafsir yang berpendapat bahwa kisah yang memuat insiden tergelincirnya lembu-lembu dan kematian Uza (2Sam. 6:6-8) itu sebenarnya semacam “kisah asal-usul” tempat yang disebut Perez-Uza. Alkisah, Daud dan orang-orang Israel, yang sedang berarak-arak dalam rangka memindahkan tabut Allah ke Yerusalem, sampai di tempat pengirikan Nakhon. Tempat itu dianggap keramat karena biasa dipakai untuk ritual penyembahan berhala terhadap dewa yang disebut Perez.

Roh-roh yang menguasai tempat keramat itu tiba-tiba saja datang mengganggu karena tidak menyukai kehadiran Daud, orang-orang Israel, dan tabut Allah yang mereka bawa itu. Dengan satu dan lain cara, gangguan itu mengagetkan lembu-lembu yang asyik menarik kereta berisi tabut Allah, sehingga hewan-hewan itu pun tergelincir. Akibatnya, tabut Allah nyaris terjungkal ke tanah. “Beruntung” Uza secara spontan mengulurkan tangannya sehingga tabut itu tidak jadi jatuh ke tanah. Sayangnya, Allah tidak berkenan tabut-Nya dipegang-pegang manusia. Ia murka dan langsung membunuh Uza. Demikianlah kisahnya sehingga orang lalu memberi nama tempat itu Perez-Uza.

Legenda yang menarik. Namun, pembaca mungkin masih merasa sedikit penasaran: dengan cara apa Allah membunuh Uza? Atau lebih tepatnya: apa yang menyebabkan Uza tiba-tiba tewas? Perikop 2Sam. 6:6-8 memang tidak memberi penjelasan apa-apa tentang hal itu. Namun, ada yang berpendapat bahwa mungkin saja Uza waktu itu begitu gugup dan tegang melihat tabut Allah hampir jatuh. Begitu tegangnya, sampai-sampai jantungnya “kumat” sehingga ia pun langsung meninggal di tempat. Tafsir lain yang jelas-jelas berusaha menyelamatkan citra Allah menghindari kesan bahwa Uza pernah memegang tabut Allah. Menurut tafsir ini, posisi Uza waktu itu persis di samping kereta. Ketika lembu-lembu itu tergelincir, langsung saja tabut jatuh ke arah samping dan dengan mantap menimpa Uza. Tabut Allah selamat, sedangkan Uza langsung tewas di tempat...

Namun, berdasar kisah dalam kitab 2 Samuel, “fakta” (kalau boleh dikatakan begitu) yang bisa kita pegang adalah (1) Uza memegang tabut Allah dan (2) Uza mendadak mati. Kalimat selanjutnya “maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu...” (ay. 7) tidak bisa disebut sebagai fakta. Sebab, jelas tidak ada orang yang melihat Allah datang sambil marah-marah kepada Uza karena berani pegang-pegang tabut-Nya, lalu membunuh dia. Jika demikian, ungkapan “Allah membunuh Uza” rupanya harus dimengerti dan dilihat dari sudut pandang yang tepat. Sebab, ungkapan itu lebih merupakan suatu tafsir teologis, bukan laporan atas suatu peristiwa yang sungguh terjadi.

YHWH, Allah yang Mahakudus
Maka setelah membaca kisah kematian Uza yang menyedihkan ini, salah sasaran jika pencinta Kitab Suci merasa kecewa terhadap Allah yang tega membunuh orang tidak bersalah. Mestinya pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah: “Mengapa penulis menafsirkan atau menyimpulkan bahwa Uza mati karena dibunuh Allah?” Mendukung perenungan kita, dapat dilihat pula kasus-kasus lain yang mirip dengan kasus Uza, yaitu kematian “beberapa” (tujuh puluh!) penduduk Bet-Semes yang iseng melongok-longok ke dalam tabut (1Sam. 6:19), juga bencana yang menghajar orang-orang Filistin (1Sam. 5). Terhadap siapa saja yang tidak menghargai kekudusan-Nya, Allah tidak segan bertindak keras!

Demikianlah, penulis dengan kisah-kisah itu sebenarnya sedang menguraikan gagasannya tentang “Allah yang Mahakudus”. Kudus saat ini umumnya kita mengerti sebagai kata lain dari suci. Jika seseorang atau sesuatu disebut kudus, itu artinya ia berada dalam keadaan bersih, tanpa cela, bebas dari dosa. Namun, perlu diketahui bahwa kudus pertama-tama berarti “terpisah”. Allah disebut Mahakudus, berarti Dia itu “terpisah” dari manusia. Antara Allah dengan manusia ada jurang perbedaan yang besar. Celakalah orang yang sampai berhadapan muka dengan Allah, sebab maut akan segera mencabut nyawanya (bdk. Kel. 33:20).

Tabut memang hanyalah suatu barang. Namun, bukan sembarang barang, tabut adalah barang yang kudus, sebab melambangkan kehadiran YHWH di tengah-tengah bangsa Israel. Karena itu, tabut tidak boleh diperlakukan secara tidak hormat. Sikap seseorang pada tabut menggambarkan sikapnya pada YHWH sendiri. Termasuk hal yang dilarang adalah menyentuh/memegang tabut Allah. Jika Anda tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang dikuduskan (baca: “dipisahkan” dalam rangka melayani Allah atau peribadatan), jangan berani-beraninya menyentuh barang kudus itu. Anda akan dianggap telah melakukan “tindak pelecehan” dan hukuman mati adalah ganjaran yang paling cocok untuk membayar kesalahan Anda itu. Hanya orang-orang tertentu yang diperkenankan berurusan dengan tabut Allah, orang-orang Lewi misalnya, itu pun dengan berbagai ketentuan yang sangat ketat (bdk. Bil. 4:5,15,20; Kel. 25:15). Apa boleh buat, kehadiran Allah rupanya bisa sangat berbahaya bagi manusia!

Naas bagi Uza. Meski dengan tujuan baik – lagi pula terjadi secara spontan – ia telah memegangi tabut yang nyaris jatuh. Itu namanya pelecehan! Maka, ketika setelah itu Uza mendadak meninggal, langsung saja penulis melihat itu sebagai dampak tindakan Uza yang telah melanggar kekudusan tabut Allah. “Allah murka. Ia pun lalu membunuh Uza,” demikian kira-kira katanya. Entah apa maksudnya dengan menambahi keterangan bahwa Uza telah bertindak “teledor” (ay. 7). Yang jelas, pencinta Kitab Suci disarankan untuk tidak memerhatikan aspek-aspek moral (bahwa Uza sebenarnya melakukan hal yang baik) ketika membaca kisah ini. Seorang penafsir memberi perumpamaan yang menarik tentang hal ini. Tindakan Uza yang memegang tabut Allah itu bagaikan seseorang yang secara tidak sengaja memegang kabel listrik. Entah orang itu berniat baik atau jahat, yang namanya berurusan dengan listrik, tetap saja ia akan hangus terbakar...

Penutup: Allah tak bisa diperalat
Jika pembaca sedih hati melihat nasib malang yang menimpa Uza, masih ada yang lebih menyedihkan lagi: penulis agaknya tidak terlalu peduli dengan Uza. Sebab, meski bercerita tentang Uza, sosok yang lebih ia perhatikan dalam perikop ini sebenarnya adalah Daud.

Daud berniat memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Pembaca jangan buru-buru menilai bahwa hal itu pertama-tama terdorong oleh kesalehan hati Daud. Sebagian besar penafsir meyakini bahwa pemindahan itu sedikit banyak memiliki nuansa politis. Raja Daud ingin memanfaatkan tabut Allah sedemikian rupa agar pemerintahan dan kekuasaannya atas Israel semakin kokoh dan legitimate. Namun, mungkinkah Allah berkenan dikendalikan oleh manusia?

Kematian Uza membuat kaget semua orang, termasuk Daud. Sang raja menyadari bahwa kuasa Allah yang luar biasa besar hadir dalam dan melalui tabut-Nya yang kudus. Dari kematian Uza yang terjadi di depan matanya, Daud tampaknya mengambil pelajaran bahwa Allah tidak mau diperalat oleh manusia. Bukan manusia yang berkuasa mengatur Allah, tapi sebaliknya Allahlah yang berkuasa atas diri manusia. Karena itu, Daud pun menjadi “takut” kepada Allah (ay. 9). Prosesi dihentikan dan untuk sementara, pemindahan tabut Allah ke Yerusalem ditunda. Mungkin agar kegemparan atas kematian Uza terlebih dahulu reda, mungkin juga agar Daud dapat melihat-lihat apakah kehadiran tabut itu membawa berkah atau bencana. Yang jelas ada waktu yang cukup bagi Daud yang (semoga) dimanfaatkannya untuk merenungkan kembali motivasinya mengangkut tabut itu ke Yerusalem. Ah, setidaknya Uza tidak mati sia-sia...***

1.Kalau pembaca tidak mengenal arti “pengirikan”, Mat. 3:12 atau Luk. 3:17 mungkin bisa membantu.
2.Penulis kitab 1 Tawarikh memberi tafsir teologis lain atas kematian Uza. Menurutnya (dititipkan dalam perkataan Daud), Allah murka karena waktu itu yang mengangkut tabut-Nya bukan orang-orang Lewi. Mereka tidak menghadiri prosesi pemindahan tabut Allah itu (lih. 1Taw. 15:11-14).

Rabu, Oktober 19, 2011










APA YANG AKAN TERJADI sekarang & yang akan datang
(Pengantar dan Tafsir Wahyu 1-11) New Book!
Alfons Jehadut

Cet. 1. 2011, 148 x 210 mm, 146hlm, Lembaga Biblika Indonesia
Harga Rp 35.000,-
Harga Member Rp. 31.500,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci


Kitab Wahyu kepada Yohanes berbicara tentang apa yang akan terjadi sekarang dan yang akan datang. Barangkali yang terakhir ini menjelaskan mengapa buku yang paling sulit dalam Perjanjian Baru ini begitu diminati oleh banyak orang. Apalagi, Kitab Wahyu membicarakannya dengan bahasa yang memikat dan penuh rahasia. Orang semakin penasaran agar rahasia masa depan itu disingkapkan. Dan banyak penulis, penceramah, guru, dan pengkhotbah telah berusaha membantu sidang pembaca Kitab Wahyu yang haus itu.

Martin Harun, OFM
STF Drikarya, Jakarta

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Kamis, Oktober 13, 2011










Setia Kendati Lemah New Book!
Wihelminus van der Weiden, MSF

Cet. 1. 2011, 110 x 179 mm, 192hlm, KANISIUS
Harga Rp 36.000,-
Harga Member Rp. 32.400,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci
ISBN 978-979-21-3081-2


Dalam kumpulan meditasi ini, kita diajak untuk merenungkan sejumlah tokoh Kitab Suci, orang-orang yang seperti kita, yang dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan. Baik dari kelemahan maupun dari kestiaan mereka, kita bisa belajar dan mengambil penghiburan serta kekuatan.

Setia kendati lemah: mereka dan juga kita

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Menjadi Katekis Volunter New Book!
ST. Hendro Budiyanto

Nihil Obstat: M. Purwatma, Pr
(Yogyakarta, 21 April 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 28 April 2011)

Cet. 1. 2011, 124 x 189 mm, 128hlm, KANISIUS
Harga Rp 18.000,-
Harga Member Rp. 16.200,- (disc 10%)
Kategori : Katekise
ISBN 978-979-21-3046-1


Anda orang Katolik?
Terpanggil dalam tugas pewartaan?
Anda bingung mau berbuat apa?
Buku ini menjawabnya. Menjadi Katekis Volunter adalah buku yang dipersembahkan kepada Anda kaum awam yang punya semangat membara dan yang mau menghidupi buah Sakramen Baptis. Anda akan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai supaya Anda bisa terjun dalam karya katekese.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Kompendium ikhtisar KATEKISMUS GEREJA KATOLIK New Book!
LIBRERIA EDITRICE VATICANA

Imprimatur: L. Heru Susanto, Pr., Vikjen Keuskupan Malang
(2 April 2011)
Penerjemah: Dr. Paskalis Edwin Nyoman Paska

Cet. 1. 2011, 164 x 209 mm, 238hlm, DIOMA
Harga Rp 70.000,-
Harga Member Rp. 63.000,- (disc 10%)
Kategori : Gereja
ISBN 10: 979-26-1461-3
ISBN 13: 978-979-26-1461-9


“Saya mempercayakan Kompendium (Ikhtisar) ini kepada seluruh Gereja, khususnya kepada setiap orang Kristen, supaya dalam milenium ketiga ini bangkit kembali semangat baru dalam tugas-tugas evangelisasi dan pendidikan iman, yang seharusnya menjadi ciri khas setiap komunitas gerejawi dan setiap orang Kristen dari segala usia dan bangsa mana pun.
Kompendium, yang ringkas, jelas, dan menyeluruh ini diperuntukkan bagi setiap orang yang hidup di dunia yang penuh dengan kebingungan dan berbagai macam tawaran ini, agar semakin mengenal Jalan Kehidupan, dan Kebenaran yang dipercayakan Allah kepada Gereja Putra-Nya.”

Paus Benedictus XVI

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Kisah Manusia, Kisahnya Tuhan New Book!
Agustinus Gianto, S.J.

Cet. 1. 2011, 109 x 181 mm, 120hlm, KANISIUS
Harga Rp 20.000,-
Harga Member Rp. 18.000,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci
ISBN 978-979-21-3106-2


Tuhan mahir bercerita dengan bahasa manusia mengenai DiriNya, mengenai manusia yang dijadikanNya, mengenai alam semesta yang disiapkanNya. Semakin dibaca, semakin menarik; semakin didengarkan, semakin menggugah.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Hidup Membiara dalam Tantangan Kehidupan MODERN New Book!
Paul Suparno, S.J.

Cet. 1. 2011, 114 x 208 mm, 160hlm, DIOMA
Harga Rp 36.000,-
Harga Member Rp. 32.400,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN 10: 979-26-0065-5
ISBN 13: 978-979-26-0065-0


“Buku ini ditunjukan kepada biarawan-biarawati, rohanian dan para simpatisan awam. Buku ini sangat tepat bila menjadi acuan dalam proses pendidikan maupun dalam pengelolaan hidup keseharian. Formator dan formandi sama-sama memahami, memiliki wawasan, pandangan paradigma yang luas. Buku ini sangat membantu untuk memperbaiki sikap prasangka negatif di lingkungan biara.”
-BR. A. Ranto Basuki, O. Carm-

“Buku Hidup Membara dalam Tantangan Zaman Modern ini dapat menjadi bahan permenungan dan refleksi yang bagus bagi biarawan-biarawati yang menghayati hidup membiara, dapat menjadi bahan rekoleksi atau bacaan rohani dalam hidup berkomunitas. Contoh-contoh yang disajikan sangat sesuai dengan zaman sekarang.”
-Sr. Yulia, SPM-

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org










Rata Penuh


Ekaristi Sumber dan Puncak Hidup Kristiani New Book!
L. Prasetya, Pr

Nihil Obstat: Romo A. Denny Firmanto, Pr
(Malang, 15 September 2011)
Imprimatur: Romo L. Heru Susanto, Pr
(Malang, 20 September 2011)

Cet. 1. 2011, 114 x 138 mm, 94hlm, DIOMA
Harga Rp 13.000,-
Harga Member Rp. 11.700,- (disc 10%)
Kategori : Sakramen Gereja
ISBN 10: 979-26-0072-8
ISBN 13: 978-979-26-0072-8


Penulis buku ini mengajak pembaca sekalian semakin menjunjung tinggi Sakramen Ekaristis dalam kehidupan berimannya. Dengan memahami apa itu Sakramen Ekaristi diharapkan pembaca semakin menyadari bahwa hidup beriman tidak mungkin menjadi subur tanpa Ekaristi. Semakin Ekaristi dihayati dalam kehidupan, semakin berbuahlah hidup seseorang. Sebuah buku yang akan mengajak Anda sekalian semakin berbuah dalam kehidupan berkat Ekaristi.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org













Doa-doa Sesudah Menerima Komuni(Untuk anak-anak & remaja sesudah menerima komuni pertama) New Book!
M. Budi Sardjono

Nihil Obstat: E. Martasudjita, Pr
(Yogyakarta, 24 Mei 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 31 Mei 2011)

Cet. 1. 2011, 123 x 189 mm, 64hlm, KANISIUS
Harga Rp 18.000,-
Harga Member Rp. 10.800,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN 978-979-21-3096-6


Doa-doa yang tersusun dalam buku ini, kecuali Doa-doa Dasar, boleh Adik-adik tambah atau kurangi. Bahkan jika nanti sudah dewasa dan mau menyusun doa sendiri, silahkan saja. Itu berarti imanmu semakin berkembang dan dewasa.
Selamat Berdoa!

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org











Dibaptis dalam ROH New Book!
Yohanes Indrakusuma. O. Carm

Nihil Obstat: M. Purwatma, Pr
(Yogyakarta, 21 April 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 28 April 2011)

Cet. 1. 2011, 153 x 223 mm, 64hlm, KANISIUS
Harga Rp 8.000,-
Harga Member Rp. 7.200,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN 978-979-21-3016-4


Dewasa ini, umat kristiani mengalami kuasa dan karunia Roh Kudus secara berlimpah yang kemudia menjadikannya manusia baru setelah menerima pembaptisan dalam Roh Kudus. Buku kecil ini disajikan bagi anda yang ingin mengerti lebih dalam dan ingin mempersiapkan diri untuk menerima Roh Kudus yang mengubah kita menjadi manusia baru.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org












Dengarkan CERITAKU...(Pergulatan Manusia Sepanjang Masa) New Book!
Panitia Spiritualitas KOPTARI

Nihil Obstat: F. Hartono, S.J.
(Yogyakarta, 11 Agustus 2008)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 15 Agustus 2008)

Cet. 1. 2011, 134 x 210 mm, 295hlm, KANISIUS
Harga Rp 55.000,-
Harga Member Rp. 49.500,- (disc 10%)
Kategori : Kitab Suci
ISBN 978-979-21-2034-9

Seperti ajakan di cover depan, betul ini buku cerita. Ide dasarnya diambil dari tokoh-tokoh Perjanjian Lama: ada kisah persahabatan semu dua bersaudara KAIN dan HABEL, ada kisah Simson yang bertenaga luarrr biasa, ada kisah Daud dan Yonatan, dan tidak ketinggalan pula kisah seru Susana yang nyaris diperkosa 2orang tua bangka (wah, kebangetan! Udah tua, bau tanah, kok ya nggak mikirin soorga), tapi untung ada Daniel! Masih ada pula kisah tokoh yang lain, seperti Ruth, Ester, Elia, Janda dari Sarfat, Yudit, Gideon. Semuanya dikemas apik-naratif-imajinatif....menampilkan pergulatan para tokoh tersebut menghadapi situasi penuh konflik.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org









Bahasa ROH New Book!
Yohanes Indrakusuma. O. Carm

Nihil Obstat: M. Purwatma, Pr
(Yogyakarta, 21 April 2011)
Imprimatur: Pius Riana Prapdi, Pr., Vikjen KAS
(Semarang, 28 April 2011)

Cet. 1. 2011, 115 x 143 mm, 47hlm, KANISIUS
Harga Rp 7.000,-
Harga Member Rp. 6.300,- (disc 10%)
Kategori : Rohani
ISBN 978-979-21-3009-6


BAHASA ROH menjadi fenomena yang umum sebagai sarana untuk pertumbuhan dalam hidup Ilahi. Buku ini memaparkan fenomena BAHASA ROH dalam kehidupan kristiani dan manfaatnya bagi pertumbuhan hidup rohani. Semoga buku ini membawa kepada kita pengenalan yang mendalam akan karunia Roh Kudus.

©
Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 - 93692428
Daftar menjadi Member : kbr@biblikaindonesia.org


Senin, Oktober 10, 2011




IMAN DAN PERBUATAN (Yak. 2:14-26)
Alfons Jehadut

Perikop ini termasuk dalam bagian inti surat dan dianggap sebagai perikop kunci surat Yakobus. Dalam bagian ini Yakobus menegaskan pesan dan inti ajarannya. Ditegaskan bahwa iman harus disertai dengan perbuatan nyata. Pesan dan inti ajaran ini disebutkan lima kali dengan varian yang berbeda-beda (ay. 14, 17, 18, 20, 26).

Bagian inti ini mulai dibicarakannya dengan pertanyaan retoris (ay. 14) dan contoh sederhana tentang seorang yang hanya bisa memberi nasihat yang baik, tetapi tidak melakukan tindakan konkrit (ay. 15-16). Pertanyaan retoris dan contoh itu dipakai untuk menarik perhatian jemaatnya pada inti pesannya, yakni iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (ay. 17).

Inti pesan ini dipertegas lagi dalam sebuah dialog imajinatif antara Yakobus dengan lawan-lawannya (ay. 18). Argumen dalam dialog imajinatif itu diperkuatnya dengan menampilkan tiga contoh iman. Pertama, iman setan-setan: contoh iman yang tidak benar (ay. 19); Kedua, iman Abraham: contoh iman yang benar (bdk. Kej. 15:6 dan 22:16-17; ay 20¬-23). Ketiga, iman Rahab: contoh iman seorang pendosa yang menyelamatkan (Yos. 2; ay 24-25).

Setelah memperkuat dialog imajinatifnya, Yakobus lagi-lagi mengulang gagasan atau pesan inti suratnya, iman terlepas dari perbuatan adalah mati – dengan membandingkannya dengan tubuh tanpa roh (ay. 26).

Iman tanpa perbuatan tidak menyelamatkan
Yakobus memulai bagian inti suratnya dengan sebuah pertanyaan retoris. Melalui pertanyaan yang tidak mengharapkan jawaban itu ia berharap jemaatnya sadar bahwa iman tanpa perbuatan tidak dapat menyelamatkan dan bahkan tidak ada gunanya. Harapan ini mengingatkan kita pada Mat. 7:21 yang menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan itu tidak dapat menyelamatkan; Mat. 25:31-46 yeng menceritakan bahwa kambing dan domba dipisahkan berdasarkan perbuatan kasih yang mereka lakukan; 1Yoh. 3:17-18 yang menyatakan bahwa kasih Allah tidak diam dalam hati orang yang menutup pintu hatinya terhadap orang yang berkekurangan; dan Yak. 1:27 yang menjelaskan tentang ibadah yang benar.

Contoh sederhana tentang pertentangan antara kata-kata dan perbuatan
Pertanyaan retoris di atas diperkuat dengan menampilkan sebuah contoh yang menunjukkan adanya ketegangan antara kata-kata dan perbuatan. Ketegangan itu dilukiskan secara sederhana dengan contoh seorang yang puas hanya dengan memberi nasihat yang baik kepada orang lain, tetapi tidak melakukan tindakan konkrit.

Ada seorang yang melihat saudara-saudarinya yang tidak mempunyai pakaian untuk melindungi tubuhnya dan tidak mempunyai makanan untuk dimakan. Orang itu bersimpati dengan membualkan kata-kata manis, “Pergilah dalam damai, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang”, tetapi tidak melakukan tindakan konkret. Apakah orang seperti ini sungguh-sungguh bersimpati dengan keadaan mereka yang berkekurangan? Tentu tidak! Jika benar-benar bersimpati dengan mereka yang berkekurangan, seorang pasti rela berbagi dengannya. Itulah ungkapan simpati dan kepedulian yang konkret. Rasa simpati yang diwujudkan dalam perbuatan kasih merupakan ukuran sejati kehidupan iman seorang kristiani.

Iman yang hidup dan yang mati
Pertanyaan retoris dan contoh konkret di atas dipakai sebagai pengantar untuk mengungkapkan pesan intinya. “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, iman itu pada hakikatnya mati” (ay. 17). Yang dikontraskan di sini bukan hanya antara iman dan perbuatan, melainkan juga antara iman yang mati dan yang hidup. Iman yang hidup adalah iman yang dihayati dalam kehidupan sehari-hari, misalnya beramal kepada orang yang berkekurangan. Iman yang mati adalah iman yang hanya sebatas ucapan bibir seperti seorang yang puas hanya dengan membualkan kata-kata manis kepada orang-orang yang berkekurangan, tetapi tidak melakukan perbuatan konkret apapun.

Dialog imaginatif antara Yakobus dan lawan-lawannya
Pesan inti bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati dipertegas lagi dalam dialog imajinatif antara Yakobus dan para lawannya. Para lawannya, entah itu real atau hanya imajinasinya, ingin memisahkan iman dari perbuatan. Pemisahan itu ditolaknya karena dianggap tidak masuk akal. Karena itu, ia menantang mereka dengan pernyataan berikut, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Dengan tantangan ini, Yakobus berharap agar orang tidak memisahkan iman dan perbuatan.

Iman setan-setan: contoh iman yang tidak benar
Yakobus membandingkan iman tanpa perbuatan dengan iman setan-setan. Perbandingan itu diawali dengan menyebut ajaran utama yang dianut baik oleh Yakobus maupun para lawannya: "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan gemetar” (ay. 19a). Penyataan ini dapat dibaca sebagai pernyataan sederhana tentang iman monoteis (bdk. 1 Kor. 8:4-6; Gal. 3:20; Ef. 4:6; 1 Tim. 2:5). Pengakuan ini bukan sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang sudah dikatakan dalam Perjanjian Lama (bdk. Ul. 6:4-5: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”). Pengakuan iman ini tidak diangkat untuk meragukan apa yang yakini oleh para lawannya, tetapi untuk menunjukkan bahwa iman kepada Allah mempunyai implikasi praktis.

Iman Abraham: Contoh iman yang benar
Yakobus memperkuat argumennya untuk melawan para musuhnya dengan menampilkan contoh iman Abraham, bapa kaum beriman (bdk. Kej. 15:6 dan 22:16-17). Abraham dijadikan sebagai model iman yang benar (bdk. Ibr. 11:8-40) sebab ia menghayati imannya dalam perbuatan konkrit (ay. 22). Ia rela mengorbankan anaknya sendiri ketika diminta oleh Allah (bdk. Kej. 22:1-18). Ketaatan iman itu diperhitungkan oleh Allah sebagai kebenaran. Dalam ketaatan Abraham mengurbankan anaknya sendiri, iman dan perbuatan sungguh-sungguh saling terkait satu sama lain. Perbuatan menunjukkan iman dan iman menginspirasi perbuatan.

Ketaatan iman menjadikan Abraham sebagai “sahabat Allah.” Lukisan tentang Abraham sebagai “sahabat Allah” berasal dari Yes. 41:8; 2 Taw. 20:7. Allah berbicara dengan Abraham sebagai sabahat. Yesus memakai gelar ini pula untuk menyebut rasul-rasul-Nya: "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (Yoh. 15:15). Istilah ini tidak hanya digunakan untuk Abraham dan para rasul, tetapi juga untuk semua orang. Allah memanggil semua orang untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya. Ia ingin bersahabat akrab dan intim dengan semua orang seperti dengan Abraham dan para Rasul.

Iman perempuan berdosa: Contoh iman yang menyelamatkan
Yakobus mengangkat pula contoh penghayatan iman Rahab. Contoh iman seorang perempuan pendosa diangkat sebagai contoh iman yang membawa keselamatan. Kisah itu diceritakan dalam kitab Yosua (Yos. 2:1-21; 6:17-25). Rahab, yang tinggal di antara suku Kanaan, menyelamatkan hidup dua mata-mata Israel yang dikirim oleh Yosua ke Yeriko. Tindakan penyelamatan ini didasarkan pada keyakinan imannya kepada Allah yang menyertai orang Israel (bdk. Yos. 2:9-13; bdk. Ibr. 11:31).

Tindakan Rahab di atas diganjari oleh orang Israel. Rahab dan keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menyerang kota Yeriko. Tindakan ini pula dihormati sebagai salah seorang dari empat perempuan asing yang disebutkan dalam silsilah Tuhan Yesus (bdk. Mat. 1:5). Contoh iman perempuan berdosa ini memperlihatkan ajaran inti bahwa iman harus diungkapkan dalam perbuatan konkrit supaya bisa diselamatkan.

Tubuh tanpa Roh adalah mati
Yakobus mengulang kembali pesan dan ajaran intinya dengan menampilkan sebuah analogi. "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian pula iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." Di sini Roh (Yunani: Pneuma) menunjuk kepada "nafas kehidupan" (bdk. Kej. 2:7, 6:17; Yeh. 37:8 dstnya; Pkh. 7:7). Analoginya sangat jelas, yakni tubuh kita dihidupi oleh nafas. Jika kita tidak mempunyai nafas hidup, tubuh kita akan mati. Seperti Roh memberi hidup bagi tubuh sehingga tubuh dapat bergerak dan merasakan sesuatu, demikian pula kasih memberi hidup bagi iman. Perbuatan kasih memperlihatkan iman yang hidup.

Kamis, Oktober 06, 2011










"Istri yang cakap menantang orang untuk berani bertanggung jawab. Ruang geraknya amat terbatas, tapi ia sanggup melakukan segala hal yang dapat dilakukannya dalam keterbatasan itu."



RINGKASAN PKS VOL.26
NO. 6, November-Desember 2011 New
Harga Rp. 7.500,-



CARILAH KEBIJAKSANAAN!
Hari Minggu Biasa XXXII – 6 November 2011

Kebijaksanaan mengajar orang untuk dapat menempatkan diri dan mengambil sikap dalam segala situasi: bagaimana orang harus mengambil sikap terhadap kegembiraan, kesengsaraan, tugas, dan tanggung jawab.



BUKAN KECANTIKAN, MELAINKAN HIKMAT
Hari Minggu Biasa XXXIII – 13 November 2011

Istri yang cakap menantang orang untuk berani bertanggung jawab. Ruang geraknya amat terbatas, tapi ia sanggup melakukan segala hal yang dapat dilakukannya dalam keterbatasan itu.



MENANTI GEMBALA SEJATI
Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam – 20 November 2011

Para raja dan para pemimpin Israel tidak menunaikan tugasnya dengan baik. Mereka hanya mengambil keuntungan dari umat yang dipercayakan kepada mereka.



PERASAAN & PENGALAMAN DITINGGALKAN
Hari Minggu Adven I – 27 November 2011

Tuhan telah menarik diri ke tempat kediaman-Nya yang kudus, telah melepaskan diri-Nya secara total dari keterlibatan-Nya bersama umat-Nya, dan tidak peduli lagi terhadap penderitaan mereka?



MENGHIBUR KAUM BUANGAN & TAWANAN
Hari Minggu Adven II – 4 Desember 2011

Umat Tuhan sudah cukup lama berada dalam situasi hidup yang suram dan penuh dukacita. Mereka merintih dan berteriak, tetapi tidak ada seorang pun yang menghibur, tidak ada seorang pun yang melindungi, dan tidak ada seorang pun yang campur tangan.



NABI BAGI ORANG-ORANG KECIL
Hari Minggu Adven III – 11 Desember 2011

Ada cara mudah membedakan nabi Tuhan dengan mereka yang mengaku-ngaku nabi Tuhan.



KOKOH UNTUK SELAMANYA
Hari Minggu Adven– 18 Desember 2011

Hasrat Daud untuk mendirikan rumah bagi Tuhan dibalas Tuhan dengan ketetapan untuk melestarikan pemerintahan sang raja sampai selama-lamanya.



TUHAN TELAH MENGHIBUR UMAT-NYA
Hari Raya Natal – 25 Desember 2011

Bagi sejumlah besar orang Yehuda yang ada di pembuangan Babel, harapan untuk kembali ke Yerusalem tak ubahnya lilin yang hampir padam. Mereka sungguh merindukannya, namun karena tak kunjung terwujud, kerinduan itu lama-kelamaan meredup seiring jalannya waktu.




Pemesanan : 021 - 8318633, 8290247
Fax : 021 – 83795929
SMS Center : 021 – 93692428
Email : pks@biblikaindonesia.org